.
.
.
Nada melirik jam tangannya yang menunjukkan angka 3 lewat 35 menit padahal Denal mengatakan padanya akan datang jam 3 tepat tapi ini sudah lewat sekali.
Saat ini ia sedang berdiri di depan rumah. Rumahnya sudah dikunci sebelumnya. Kakak serta keponakannya sedang keluar, ingin membawa Kiren jalan-jalan. Gadis kecil itu sedikit-dikit merengek pada ayahnya untuk jalan keluar dan berhubung ini hari libur jadi mereka menuruti keinginan Kiren. Ia juga diajak tapi sudah terlanjur ada janji dengan Denal.
Pakaiannya saat ini santai tapi terlihat cantik dan cocok di tubuh mungilnya. Memakai celana jeans dongker dengan beberapa sobekan di lutut dan paha serta baju putih polos yang sedikit ketat di badannya. Sengaja ia memakai baju itu agar jika nantinya akan memakai sweter pemberian dari Denal tidak akan merasa kegerahan.
Lamunannya buyar ketika motor berhenti tepat di depannya. Tanpa melihat pun siapa orang itu ia sudah mengetahuinya, ya Denal. Lelaki itu terlihat memakai pakaian santai. Celana jeans yang berwarna senada dengan baju hitam lalu dilapisi jaket dongker. Ia sengaja tak merestleting jaketnya.
"Sayang lama yah nunggunya?" tanya Denal. Pandangan matanya merasa bersalah.
Nada menggeleng,"gak lama-lama juga sih"
"Bagus deh sayang. Tadi aku kelamaan ngantri di pertamina" Nada mengangguk tanda mengerti lalu naik ke motor.
Denal sadar ada yang aneh dengan gadis itu, memintanya kembali turun. Nada sedikit bingung tapi menuruti ucapan kekasihnya.
"Coba balik badan" ujar Denal memerintah, nada bicaranya terdengar kesal.
Nada semakin bingung dan kembali menurut ucapan Denal. Lalu kembali berbalik menatap wajah kekasihnya dengan bingung.
"Kenapa sih Denal?" lelaki itu tak menjawab ia malah melirik sweter pemberiannya yang berada di pelukan Nada.
"Pake sweternya"
"I-iya Denal tapi bentar ini belum .."
"Pake sekarang Nada gak ada bentar-bentar"
"Kamu kok tiba-tiba banget sih" dumel Nada kesal. Ia melepaskan tas selempangnya, memberikan pada Denal untuk di pegang sementara.
"Sini aku bantu pakein" tawar Denal. Kekasihnya tak membalas tapi ia berjalan mendekat memberikan sweter itu kepada Denal. Tak menunggu lama-lama ia langsung memakaikannya pada Nada. Gadis itu diam tapi wajahnya terlihat senang.
"Sayang aku suru kamu pake ini karena baju kamu transparans. Keliatan sayang" gumam Denal sambil menangkup kedua pipi gadis itu. Nada masih menatapnya dengan diam tapi wajahnya sudah tidak terlihat kesal lagi. Mungkin karna tahu alasan mengapa Denal menyuruhnya memakai sweter tersebut.
Denal memberikan kecupan di pipi kekasihnya, "yaudah naik ke motor ya sayang"
Nada mengikuti ucapan kekasihnya dengan naik ke atas motor. Lalu lelaki itu menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
.
.
.
Nada tak menduga jika kekasihnya akan membawanya ke tempat ini. Tempat yang dulu akan didatanginya bersama kedua temannya tapi tak sempat karena masing-masing kekasih para gadis itu tak memberikan izin. Terlalu berbahaya kata mereka.
Ia kembali teringat, hanya karena hal tersebut ia bertengkar hebat dengan Denal. Sampai-sampai hubungan keduanya putus. Menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil, kekanakan sekali jika diingat dirinya yang dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Dream (END)
FanfictionSemua terasa membingungkan, ia memimpikan sesuatu yang aneh. Padahal seumur hidup ia belum pernah merasakan hal tersebut. Apakah ini pertanda?. Atau apa, kenapa sangat mengganjal dipikirannya. "Jadi bagaimana?" Mimpinya menjadi nyata, tapi ini seper...