.
.
.
'Yossa' teriak tim putri serentak lalu mulai mengatur posisi. Nada yang memang menjadi pemain utama pun memilih tempat di tengah seperti yang dikatakan coach Tahir. Ia terlihat seperti atlet profesional menggunakan baju voly berwarna pink hitam kebesaran dipadukan dengan celana hitam, saking pendeknya celana itu, ia terlihat seperti tidak memakai celana karena tertutup dengan bajunya yang kebesaran. Rambutnya diikat kuda dan menggunakan sepatu sport bergaris hitam pink.
Permainan dimulai ketika wasit meniup pluit, bola yang diservis dari tim lawan melayang kepada mereka. Nada yang sudah mengetahui bahwa bola itu akan menghamprinya pun mem-pasing pada temannya yang berada di muka net, gadis itu men-toser bola hingga melayang ke atas, Nada melompat dan pass, smash nya berhasil, sehingga tim lawan tak bisa menerima bola itu. Pluit berbunyi, mereka mendapatkan satu poin, cepat-cepat mereka berkumpul dan berteriak 'Yossa', lalu kembali pada posisi yang sudah berubah, karena waktunya mereka yang akan melakukan servis.
Permainan kembali berlanjut sampai mereka istirahat hanya dua menit untuk menerima aba-aba dari pelatih. Mereka berkumpul mendengar ucapan coach Tahir dengan seksama.
"Coach saya diganti dulu yah"
"Yaudah, tapi kamu main sebentar dulu baru coach akan meminta pergantian pemain"
Nada mengangguk patuh, dan kembali ke lapangan karena tanda dimulai permainan telah berbunyi. Seperti yang coach Tahir katakan, ia akan bermain beberapa menit dulu lalu digantikan dengan pemain cadangan.
Bunyi tanda pergantian pemain berbunyi, permainan terhenti sejenak, Nada melangkah mendekati penggantinya yang sedang berdiri sambil memegang papan tertulis angka tiga, ia mengambil papan itu lalu keluar digantikan dengan gadis itu yang masuk. Permainan kembali berlanjut. Nada yang sudah duduk di tempat khusus pemain voly mengambil air mineral yang disediakan pihak pengadaan lomba, meneguknya dengan rakus sampai tersisa sedikit.
Coach Tahir tiba-tiba duduk di sampingnya, "gimana permainannya?"
"Biasa aja coach, saya dari smp udah sering ikut pertandingan voly" pria itu mengangguk.
"Main kamu tadi bagus, bahkan kamu memborong 7 poin hanya dengan beberapa smash dan servis"
"Iya dong Coach" ucap Nada santai. Sudah biasa dikatakan jago dalam permainan voly, karena memang dari smp sudah terkenal karena smashnya yang menusuk lawan, tak jarang lawan main takut dengan smashnya.
"Nada" panggil seseorang tiba-tiba, Nada berbalik menatap bingung pada seorang lelaki yang sedang mengatur nafasnya karena kelelahan habis berlari. Ia tahu lelaki itu adalah teman Denal, yang ditemuinya tadi di kantin.
"Kenapa?" tanya Nada.
"Denal.."
"Kenapa Denal?" sergas Nada cepat.
"Dia kecelakaan"
"Apa, di-dimana. Cepet lo antar gue kesana"
Coach Tahir pun yang mendengarnya kaget, ia menahan Nada yang akan pergi. Tidak Nada tak boleh pergi begitu saja, pertandingan masih berjalan.
"Coach lepasin, saya mau pergi"
"Pertandingan belum selesai Nada, kamu gak boleh pergi begitu saja"
"Coach aku mohon, aku mau ketemu Denal, dia lagi sekarat sekarang" ujar Nada dengan panik.
"Aku mohon coach" pria itu menarik nafas panjang sambil mengangguk.
Tak ingin membuang-buang waktu Nada langsung pergi dari tempat itu diikuti teman Denal.
.
.
.
Nada berlari di koridor rumah sakit dengan perasaan cemas, tadi ketika mereka akan pergi ke tempat kecelakaan, teman Denal menelfon dan mengatakan bahwa lelaki itu sudah dilarikan ke rumah sakit. Nada pun langsung pergi ke rumah sakit, sedang teman Denal memilih untuk tinggal, karna ia akan pergi ke rumah Denal memberitahukan pada orangtuanya. Kalian bertanya, kenapa tidak menelfon saja, alasannya lelaki itu tak mempunyai nomor ponsel kedua orangtua Denal, lalu Nada, gadis itu melupakan ponselnya yang berada dalam tas, karena ia terburu-buru tadi.
Nada menghentikan larinya ketika melihat dua teman Denal sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Ia mendekat.
"Denal dimana?"
Kedua lelaki itu saling menatap satu sama lain, lalu menatap Nada, "dia udah di ruang inap kelas satu"
Tanpa banyak berkata Nada kembali berlari lagi setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih pada kedua orang itu. Jantungnya berdegup kencang karena takut. Melihat ruangan yang akan didatanginya di depan mata, gadis itu melajukan langkahnya, dan membuka pintu dengan perlahan lalu kembali menutupnya lagi.
Ia tak bisa menahan air matanya ketika melihat keadaan lelaki itu, perban dimana-mana. ia mulai terisak, dalam hatinya menyesal karena membuat lelaki itu terluka.
Berjalan pelan-pelan. Denal, lelaki itu sepertinya sudah sadar, hanya saja ia tak menatap Nada, ia lebih memilih menatap keluar jendela.
"Ngapain lo ke sini?"
.
.
.
Bersambung...
Vote dan komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Dream (END)
FanfictionSemua terasa membingungkan, ia memimpikan sesuatu yang aneh. Padahal seumur hidup ia belum pernah merasakan hal tersebut. Apakah ini pertanda?. Atau apa, kenapa sangat mengganjal dipikirannya. "Jadi bagaimana?" Mimpinya menjadi nyata, tapi ini seper...