.
.
.
Lama Denal menunggu gadis itu makan, sampai dia selesai dan mengembalikan piring kotor ke dapur, lalu kembali ke ruang tamu untuk menemaninya duduk.
Keadaan jadi canggung, Nada tak tahu harus berbuat apa. Karena seumur hidup, baru kali ini ia pacaran. Walaupun terpaksa tetap saja bawaannya canggung.
Denal tersenyum tipis, "gak perlu canggung gitu, nyantai aja"
"Siapa yang canggung. Gue biasa aja kok" dusta gadis itu.
"Terserah lo deh. Mana hp lo!"
"Buat apa?"
"Udah mana" Nada melempar ponselnya dengan kesal. Lelaki itu menangkapnya tepat, "apa sandinya?"
"Nada menyandarkan diri di sofa, " gak tau" lelaki itu berdecih kesal, "pelit banget lo jadi cewek. Buruan ah"
"Gak tau Denal"
"Nada serius sandinya apa?"
"Gak tau"
"Kata sandi sendiri gak tau. Cepetan Nada jangan main-main"
Nada beranjak dari sofa, lalu mengambil bantalan sofa dan melemparnya pada lelaki yang sekarang telah menjadi kekasihnya itu.
"Lo ngusir gue?" tanya Denal kesal.
Gadis itu menatapnya, "siapa yang ngusir lo. Gue cuma kesel aja sama lo" lalu kembali duduk.
Denal mengangkat ponsel gadis itu, "sandinya apa?"
"Udah gue bilang gak tau yah gak tau. Lo gimana sih" ucap Nada kesal dengan sifat keras kepala lelaki itu.
Lelaki itu menatapnya datar kemudian melempar ponselnya di atas meja, "tuh ambil. Bilang aja lo gak mau pinjemin gue kan, makanya lo bilang gak tau"
Nada menghembuskan nafasnya kemudian mengambil ponselnya, dan ia memilih duduk di samping Denal. Ia menunjukkan layar ponselnya dan mulai mengetik kata sandi. Denal hanya meliriknya tanpa minat.
"Hee lo liat. Kata sandinya 'gak tau' " ucapnya sambil mengetik kata sandi, setelah terbuka ia kemudian memberikan ponsel itu kepada lelaki disampingnya. Lalu Nada kembali ke tempat duduk awalnya.
Denal memutar mata, "lo sih gak bilang"
"Gak bilang apa!?" celosos Nada cepat.
"Iya iya gue minta maaf"
"Mmm"
Denal mulai mengotak-atik ponsel kekasih barunya itu, mulai dari membuka wa, messenger, facebook, instagram, wattpad dan aplikasi lainnya.
"Tenang aja gue gak punya pacar lain kok"
Denal meliriknya, "iya gue tau"
"Trus ngapain buka chat-chat gue. Kuota gue aja udah menipis gitu"
"Gue pengen liat doang, trus masalah kuota tenang aja gue udah kasih hotspot"
Nada mengangkat bahu tak peduli. Kemudian berjalan ke dalam, meninggalkan Denal yang asyik mengotak-atik ponselnya. Tak beberapa lama, Nada kembali lagi tapi rambutnya sebahu sudah disisir rapih. Ia menduduki dirinya di sofa.
Denal melepaskan ponsel gadis itu, lalu menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Nada membalas tatapannya sambil mengangkat kedua alis tebalnya, "kenapa?"
"Lo bosan?" Nada menggigit bibir bawahnya. Tatapannya di arahkan ke seluruh penjuru ruangan, lalu meringis, "iya sih"
"Gimana kalau kita jalan-jalan" Nada menggeleng, "gue lagi malas jalan-jalan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Dream (END)
FanfictionSemua terasa membingungkan, ia memimpikan sesuatu yang aneh. Padahal seumur hidup ia belum pernah merasakan hal tersebut. Apakah ini pertanda?. Atau apa, kenapa sangat mengganjal dipikirannya. "Jadi bagaimana?" Mimpinya menjadi nyata, tapi ini seper...