.
.
.
Nada mendudukan dirinya dikursi tunggu depan ruang TU sambil mengotak-atik ponselnya. Kelima temannya sudah pulang terlebih dahulu, sedang ia menunggu Denal untuk menjemputnya. Secara spontan ia menoleh ketika merasa ada seseorang yang duduk di sampingnya.
"Belum pulang?" tanya Reno tiba-tiba. Lelaki itu sudah tidak lagi memakai seragam sekolah, ia sudah menggantinya dengan celana training selutut dengan kaos abu-abu polos. Nada menebak pasti lelaki itu tidak pulang ke rumah dan akan langsung latihan voly.
"Nih lagi tunggu yang jemput" jawab Nada seadanya.
"Oh. Eh btw bentar lo balik gak? soalnya ada latihan voly"
Nada memasang pose berpikir, "gue gak tau, nantilah gue kabarin"
Reno mengangguk lalu mengambil ponselnya yang berada di kantong celana, mulai mengotak-atik benda tersebut. Keduanya pun sibuk dengan dunia sendiri.
Lelaki itu menghentikan acara bermain gamenya, lalu menoleh pada Nada yang sedang mengucek-ngucek matanya. "lo ngantuk?"
"Gak, mata gue kayak kemasukan debu. Coba liatin dulu Reno, perih" Reno memasukan ponselnya di saku celana, lalu memajukan wajahnya hingga mendekati wajah Nada.
Nada terus mengucek matanya karena merasa gatal sekaligus perih secara bersamaan, bahkan air matanya sudah keluar.
"Jangan dikucek pea"
"Ih gatal tau" Reno mengehembuskan nafas kesal dan menahan tangan kanan Nada yang sedari tadi tak berhenti mengucek matanya.
"Gue bilang jangan dikucek, sini gue tiupin"
Gadis itu berdecak kesal mendengar ucapan Reno, ia pun memilih mendekatkan wajahnya, tanpa banyak berkomentar.
Reno menangkup kedua pipi Nada, menatap fokus pada mata gadis itu. " jangan ditutup Nada"
"Makanya buruan tiupya" Reno langsung meniup mata yang memerah itu.
"Gimana?"
"Lagi" rengek gadis itu. Reno kembali meniupnya, hingga suara seseorang menghentikan aktivitasnya.
Nada melebarkan matanya ketika mendengar suara seseorang yang sangat dikenalinya, apalagi nada suara itu terdengar menyeramkan. Dengan cepat ia menjauhkan wajahnya dari wajah Reno dan melepas paksa tangan lelaki itu dari pipipnya.
"Pulang" satu kata yang keluar dari bibir Denal membuat bulu kuduk Nada berdiri. Ia mulai merasakan hawa-hawa mencekam di sekitar sini.
"De-denal aku"
"Beranjak dari situ" seperti kucing kecil yang menurut pada tuannya, gadis itu langsung berdiri dari duduknya dan menunduk takut. Merutuki kebodohannya, seharusnya ia tak perlu meminta bantuan Reno. Lihat jadinya seperti ini kan, dasar Nada bodohnya dirimu.
Reno menatap Nada dengan bingung, kenapa gadis itu terlihat sangat takut. Memang kesalahan apa yang dilakukannya.
Denal yang tahu bahwa Reno membutuhkan jawaban. Ia mendekat pada Nada merangkul kekasihnya sambil menatap tajam lelaki yang tengah duduk itu.
"Jahuin Nada, dia pacar gue"
Reno mengangguk bosan, lalu berdiri dari duduknya. Ia menepuk-nepuk pelan pundak Denal.
"Santai aja kali bro, gue gak akan rebut Nada dari lo"
"Hee gak akan rebut, tapi akan menciumnya" dengan bersamaan Nada dan Reno menatap lelaki itu dengan kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Dream (END)
FanfictionSemua terasa membingungkan, ia memimpikan sesuatu yang aneh. Padahal seumur hidup ia belum pernah merasakan hal tersebut. Apakah ini pertanda?. Atau apa, kenapa sangat mengganjal dipikirannya. "Jadi bagaimana?" Mimpinya menjadi nyata, tapi ini seper...