.
.
.
"Yura gimana kalau kita kencan bareng gitu. Lo bareng Juna, gue bareng Dani" ucap Dian antusias. Yura mengangguk setuju. Sedangkan Nada hanya menatap kedua temannya dengan bosan.
"Lo berdua pada sibuk sama kencan. Gak mikir tugas udah kayak kasbonnya Risan di kantin mak surti. Menumpuk banyak" Yura menatapnya sambil tersenyum lalu mengibas-ngibaskan tangannya.
"Udah ah tugas mah belakangan. Yang penting nih jalan bareng pacar gitu"
"Iya betul tuh Yur" tambah Dian menyetujui ucapan Yura.
Nada menjatuhkan kepalanya di atas meja dengan malas, "tau ah lo berdua. Nanti rasain nilai gak tuntas baru tau"
"Makanya Nada lo pacaran juga" Nada menatap Dian dengan tajam. Enak aja main nyuruh-nyuruh orang pacaran. Emang cari pacar semudah cari kutu apa.
"Eh gue gak mau"
Dian mengangkat bahu, "yaudah menjomblo aja sampai sukses"
"Serah gue" gumam Nada kesal.
"Em tapi Nad mending lo pacaran aja dari pada menjomblo kan. Kemana-mana sendiri udah kayak orang gila di lampu merah"
Nada mengangkat kepalanya dari atas meja, menatap kedua temannya yang tertawa. Bibir nomor berapa tuh? Nyamain seorang Nada yang imut dengan pipi tembem dam alis tebal yang gak semua orang bisa mempunyainya, kayak orang gila di lampu merah. Kedua otak temannya sudah tergeser mungkin.
"Lo berdua apa-apaan sih"
"Makanya jadian aja sama Risan. Dari pada lo berdua berantem mulu mending pacaran kan"
"Ih ogah gue"
"Eh apa-apaan ini nyebut-nyebut nama gue" ucap Risan yang baru saja masuk kelas dengan Juna dan Dani. Yura dan Dian langsung saja menempel kepada pujaan hati masing-masing.
Nada dan Risan saling menatap satu sama lain kemudian kembali menatap mereka dengan bosan. Dunia serasa milik berempat.
Risan tersenyum jahil, lalu merangkul bahu Nada, "kalian pikir cuma kalian aja yang bisa nempel, gue juga bisa"
Nada menatapnya tajam, "eh apaan sih lo. Lepasin"
"Cie cie. Nada malu-malu" ujar Yura berusaha menggoda Nada.
"Yah gitulah Yur, namanya juga baru pacaran" tambah Dian tak lupa senyuman jahilnya yang membuat Nada menatapnya tajam.
"Ih apaan sih kalian" ucap Nada sambil melepaskan rangkulan Risan dengan kasar.
Risan tertawa keras melihat raut kesal gadis itu. Ia kemudian mencubit gemas pipi tembem Nada.
"Liat deh mereka romantis" Yura dan Dian lagi-lagi berbicara kompak. Menggoda temannya yang sedang kesal itu.
Nada mengelus pipinya yang berdenyut, "sakit Risan"
"Sorry deh. Nanti bentar pulangnya gue anterin"
Nada menatapnya bosan, "iya, ujung-ujungnya lo buat gue lalatan di bawah pohon. Untungnya ada De..." ucapnya terhenti sambil menutup mulutnya karna hampir keceplosan.
"Oh iya. Kira-kira siapa yang anter lo waktu gue gak balik itu?" tanya Risan.
Nada membuka mulutnya sambil menatap hiasan di langit-langit kelas. Mencari alasan yang mampu memengaruhi otak teman-temannya. Ia tak mungkin bilang kalau ia diantar oleh Denal, bisa bisa kedua temannya akan heboh dan menanyakan siapa itu Denal. Jika mereka mengetahui bahwa dia adalah pacar Nada, nantinya ia akan disidang oleh Yura dan Dian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Dream (END)
FanfictionSemua terasa membingungkan, ia memimpikan sesuatu yang aneh. Padahal seumur hidup ia belum pernah merasakan hal tersebut. Apakah ini pertanda?. Atau apa, kenapa sangat mengganjal dipikirannya. "Jadi bagaimana?" Mimpinya menjadi nyata, tapi ini seper...