.
.
.
Nada memegang perutnya yang berdenyut sakit. Ia meringis berusaha menahan mulutnya untuk tidak berteriak karena sakit tersebut. Itu semua karna datang bulannya. Subuh-subuh ia terbangun dan ternyata datang bulannya tembus, sehingga dengan malas-malasan ia ke kamar mandi untuk mengganti celananya. Lalu langsung mandi pagi, padahal itu bukan jam mandi paginya untuk ke sekolah. Jam mandinya pukul 06.15.
Berakhirlah disini. Meringis dalam kelas karna nyeri diperutnya. Untung saja guru tak masuk mengajar, karena mereka sibuk dengan kakak kelas 12 yang sedang fokus ujian.
Nada pun menenggelamkan kepalanya di atas meja. "Sakit banget" gumamnya pelan.
Yura yang sedari tadi hanya diam kini mengelus-ngelus punggung temannya itu.
"Sakit banget. Nyeri pokoknya deh" ucap gadis itu asal.
"Yur?" Yura menoleh, menatap temannya yang bertampang menyedihkan itu.
"Gue harus minum apa yah supaya sakitnya hilang"
Yura berpikir sejenak, "oh itu gue biasanya minum khi*anti"
"Haa khilanti? Tinggal dimana dia?"
Yura tertawa keras mendengar pertanyaan temannya itu. Padahal di saat-saat seperti ini. Masih saja ia melucu, dasar Nada.
Nada menatapnya kesal, "eh gue nanya"
"Gila lo Nad. Itu minuman penghilang nyeri haid bukan manusia"
"Oh. Mana gue tau. Habis namanya kayak nama orang"
"Memang lo gesrek kalau datang bulan"
"Udah ah. Mending lo beliin minuman itu"
Yura mengernyitkan alisnya, sedikit tak suka dengan keputusan gadis itu. Enak saja langsung nyelenong nyuruh-nyuruh orang.
"Enak aja, jangan gue dong. Dian aja sana atau suruh pacar lo"
"Gak ah mending gue beli sendiri"
"Yaudah. Eh ngomong-ngomong pr lo udah gak? Gue nyontek dong"
Nada melirik Yura dengan bosan. Kenapa teman-temannya sangat malas membuat pekerjaan rumah. Padahal teknologi di Indonesia semakin maju. Tinggal bicara sama om Google, jawabannya udah langsung timbul. Tapi masih saja mereka malas.
"Udah. Ambil sana ditas gue"
"Wah makasi. Lo memang the best deh"
Nada kembali terdiam. Memikirkan kekasinya Denal yang entah sedang apa sekarang ini. Apakah lelaki itu sedang memikirkannya seperti dirinya.
Lamunan gadis itu langsung buyar ketika ponselnya berdering. Ia melihat nomor yang tertera di layar. Nomor baru. Siapa, pikirnya. Dan tanpa banyak kata ia langsung memgangkatnya.
"Hmm halo?"
"Hay" sapa orang itu.
Nada mengernyitkan alisnya ketika merasa suara itu tak asing lagi, "ini Denal yah?"
"Iyalah. Siapa lagi kalau bukan pacar lo yang paling ganteng"
Gadis itu tersenyum kecil. Baru saja ia memikirkannya, udah langsung telfon.
"Kenapa?" tanya Nada.
"Gak. Cuma pengen telfon lo aja"
"Oh lo kangen kan sama gue?"
"Kok lo tau"
"Feeling seorang gadis yang baik hati dan tidak sombong"
Terdengar tawa dari dalam ponsel tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Dream (END)
FanfictionSemua terasa membingungkan, ia memimpikan sesuatu yang aneh. Padahal seumur hidup ia belum pernah merasakan hal tersebut. Apakah ini pertanda?. Atau apa, kenapa sangat mengganjal dipikirannya. "Jadi bagaimana?" Mimpinya menjadi nyata, tapi ini seper...