TigaEmpat - (Chat)

392 22 0
                                    

.

.

.

"HALO DENAL NADA" terdengar teriakan tiba-tiba dari arah pintu. Nada langsung panik, dan dengan kecepatan kilat menjauhkan wajahnya dari wajah kekasihnya. Gadis itu berpura-pura mengelus kepala Denal, agar teman-teman kampretnya tidak curiga pada mereka berdua.

Ia berbalik sambil menatap kelima temannya dengan senyum palsunya. Padahal jantungnya sudah berdetak kencang karna hampir ketahuan atau entahlah mungkin mereka sudah melihatnya.

Denal berdecak kesal, hatinya sangat dongkol dengan kelima manusia menyebalkan itu, kalau mereka tidak datang mungkin saja misinya mencuri ciuman pertama Nada akan terlaksanan. Benar-benar menyebalkan memang, batinnya.

"Ngapain kalian kesini?" tanya Denal sambil mendengus bosan, Nada yang tahu isi hati lelaki itu pun berbalik padanya, memberikan senyum hangat tak lupa mengedipkan sebelah mata.

"Jenguk lo lah, gak mungkin kan mau minta makanan hambar lo" Sahut Dani santai, ia berbalik mengajak Risan dan Juna  untuk duduk di sofa. Mereka mengikutinya lalu Duduk. Sedang Dian dan Yura lebih memilih mendekati sepasang kekasih itu.

"Nih kita bawain buat Denal" ucap Yura sambil menyodorkan keranjang buah-buahan dan  Sekantong Roti pada Nada. Nada menggumamkan terima kasih lalu menerimanya, dan menaruh di atas nakas.

"Gws yah Denal, sorry kita baru datang. Soalnya sibuk ngerjain tugas kelompok" ujar Dian. Denal tersenyum kecil sambil mengangguk.

"Tadi gue ditaruh izin kan?" Yura dan Dian menoleh pada gadis itu sambil mengangguk.

"Eh Btw gimana sekolah kita menang gak?" Tanya Nada pada kedua temannya itu. Ya mereka memang sudah tahu kejadian dimana Nada meninggalkan pertandingan karena kekasihnya kecelakaan. Keduanya saling menatap satu sama lain, lalu Dian memutuskan tatapan mereka dengan menatap Nada, "Hmm lo jangan kaget yah"

Nada mengernyit bingung dengan ucapan Dian, apa jangan-jangan sekolah mereka kalah. Jika iya itu pasti karenanya.

"Sekolah kita MENANG DONG" teriakan Yura membuat Nada terlonjak kaget, gadis itu langsung histeris sendiri.

"Serius, wah pasti semua itu karena gue kan" seru Nada sambil menarik turunkan kedua alisnya membuat kedua temannya memasang wajah akan muntah. Dasar padahal ia meninggalkan pertandingan itu dan dengan seenak jidat mengatakan bahwa itu karena dirinya, percaya diri sekali dirimu Nada.

Nada yang melihat raut bosan kedua temannya memlih mengajak mereka untuk duduk di sofa dan kembali melanjutkan berbincang-bincang.

"Kita duduk di sofa yuk" ajak Nada. Kedua temannya mengangguk, kemudian mereka berjalan mendekati sofa yang diduduki ketiga lelaki itu.

"Gantian dong kita yang duduk" rengek Dian pada kekasihnya. Dani menatapnya lembut sambil menganguk, ia harus menuruti kekasihnya itu jika tidak, Dian akan kembali ngambekan dan itu akan susah membujuknya nanti.

Mereka bertiga pun berdiri dan memilih duduk di kursi batangan yang berada di samping ranjang Denal. Kemudian para gadis langsung menduduki diri dengan nyaman di sofa, selanjutnya mereka mulai berbicara mengenai hal yang penting sampai tak penting. Beda dengan para lelaki yang sudah mengeluarkan ponsel untuk mabar.

"Sayang hp aku dimana?" terdengar teriakan dari Denal, Nada menoleh sambil mengernyit alis tak suka dengan pertanyaan lelaki itu.

"Mau buat apa?" bukannya menjawab gadis itu malah balik bertanya.

Denal menangkap raut tak suka dari wajah kekasihnya. Memang sih belakangan ini ia tak di izinkan bermain game karna itu akan mengganggu kesehatannya, itu kata Nada. Tapi tetap saja ia menginginkan benda mungil itu, apalagi dengan godaan ketiga temannya yang mengajak mabar.

Real Dream (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang