.
.
.
Nada menduduki dirinya di sudut lapangan voly, menetrelkan nafasnya yang memburu karena baru saja selesai latihan voly. Sebenarnya ia bukan pemain utama, ia hanyalah cadangan. Tapi karena satu anggota pemain utama sedang cedera dan belum bisa mengikuti pertandingan yang digelar minggu depan jadi ia yang menggantinya.
Mengambil botol yang berisi air mineral di dalam tas punggungnya, lalu meneguk sampai tersisa setengah botol. Ia menatap pada tim putri yang sedang melatih smash mereka dengan coach Tahir, sedang tim putra sedang dihukum. Mungkin karena mereka banyak bermain dalam latihan. Ia menggelengkan kepala sambil tersenyum lucu ketika melihat wajah kesal Reno yang disuruh push-up. Lelaki itu memang salah satu anggota tim voly putra, bahkan dulu ia yang memaksa Nada untuk mengikuti ekskul voly, karena melihat kemampuannya yang lumayan untuk atlet voly.
Nada menunduk ketika teringat akan Denal. Apakah lelaki itu sudah menyerah padanya, batin Nada bertanya-tanya. Jujur ia merindukan sosok Denal karena ia masih sayang. Hanya saja ia tak mau Denal bersamanya, lelaki itu terlalu baik untuknya. Ia hanya bisa berharap lelaki itu mendapatkan seseorang yang selalu mengerti dan menyayanginya. Tidak sepertinya yang haya bisa meminta ini itu dan merengek.
"Ngelamunin siapa?" tanya seseorang tiba-tiba. Nada tersentak kaget sambil menoleh pada Reno yang asyik duduk disampingnya, dan seenak jidat meminum air mineralnya.
"Air gue Reno" Reno mendengus kesal lalu mengembalikan botol yang sudah kosong pada Nada.
"Pelit amat, nih ambil aja"
"Bukan pelit cuma air gue sisa dikit mau ke kantin, kantinnya udah tutup" Ucap Nada setengah mengeluh.
"Iya nanti gue beliin lagi, di depan sekolah ada warung. Sewarung lagi gue beliin untuk lo" Nada memutar bola matanya bosan.
"Mulai sombongnya, gue tabok baru tau rasa lo"
"Lo mentang-mentang udah kenal gue, ngelunjang yah. Ingat gue ini kakak kelas lo"
Nada menatap wajahnya sejenak, dan lelaki itu langsung dihadiahi tamparah di wajah mulusnya, "songong amat lo, lo pikir gue takut sama lo, wakil ketua osis aja pernah gue tonjok, lah elo cuma siswa yang secuil. Hee" ucap Nada merendahkan lelaki itu. Reno hanya terkekeh geli, ya ia ingat saat Nada awal masuk sekolah, Arif a.k.a wakil ketua osis itu tak sengaja menabrak Yura yang sedang membawa setumpuk buku, ia tak meminta maaf atau membantu dan langsung pergi begitu saja dikarenakan ia yang sangat sibuk. Nada pun tak menerima teman baruya diperlakukan seperti itu, seharusnya sesibuk apapun Arif, ia harus tetap membantu kan, tapi ini tidak. Dan berakhirlah ia mendapatkan hadiah tonjokan dari adik kelasnya saat ia sedang makan di kantin. Setelah itu Arif meminta maaf pada Yura dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Yah Nada memang sang penolong. Tapi ia tak bisa menolong hatinya yang terluka, miris sekali.
"Huu gue ngaku kalah kalau ngomong sama lo" Gumam Reno sambil berdiri dan menepuk-nepuk celananya. "Yuk gue anter pulang, sekalian beliin lo minum"
"Gue masih mau ngelatih servis gue, lo duluan aja"
Reno mengadahkan kepalanya ke atas langit, hari mulai malam. Anggota lain pun sudah mulai bersiap pulang, dan gadis itu baru akan melanjutkan latihan. Aneh memang.
"Udah nanti besok aja lanjutinnya" Nada mendengus lalu berdiri, ia menghentakan kakinya kesal.
"Iya gue pulang"
Lelaki itu mendorong bahu Nada sehingga membuatnya berdecak kesal, "lepasin Den, eh Reno" menutup mulutnya ketika ia hampir saja menyebut nama Denal, lagi-lagi ia teringat lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Dream (END)
FanfictionSemua terasa membingungkan, ia memimpikan sesuatu yang aneh. Padahal seumur hidup ia belum pernah merasakan hal tersebut. Apakah ini pertanda?. Atau apa, kenapa sangat mengganjal dipikirannya. "Jadi bagaimana?" Mimpinya menjadi nyata, tapi ini seper...