.
.
.
Hembusan napas keluar dari mulut Nada. Ia menatap malas kekasihnya yang sibuk mengomelinya karena pergi tak bilang-bilang dan mereka bertemu di jalan. Oke Nada benar salah tapi ia sudah meminta maaf kenapa malah tambah marah-marah tak jelas. Jika tak ingin memaafkan jangan mengatakan 'iya gakpapa kok'. Gini kan ujung-ujungnya marah tak jelas.
"Kamu sengaja pergi gak bilang sama aku supaya kamu bisa bebas ketemu sama cowok lain? Iya"
Nada melebarkan matanya sambil menatap tajam lelaki itu. Cukup sudah tuduhan Denal dengan mengatainya pembohong padahal baru kali ini ia bepergian tidak bilang. Dan lelaki itu kembali menuduh bahwa dirinya bertemu dengan lelaki lain. Apa itu tidak gila padahal sudah jelas-jelas ia pergi ke rumah temannya dan langsung pulang. Memang laki-laki dengan segala kecurigaan itu sangat menyebalkan bahkan bisa lebih menyebalkan dari kecemburuan perempuan.
"Kamu nuduh aku"
"Gak nuduh tapi siapa tau aja kan bener"
Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya dengan ucapan kekasihnya, "jadi pemikiran kamu ke aku kayak gitu. Ingat yah aku gak pernah ketemu sama cowok lain dan jelas aku udah bilang aku cuma ke rumah Rita lalu langsung pulang. Oke terserah kamu percaya atau gak"
"Kamu bener-bener kan"
"Bener-bener apa. Coba ngomong dilengkapin"
"Tau kamu Nada" ucap Denal kesal lalu lelaki itu memilih diam sambil memainkan ponselnya.
Nada ikut diam, ia terus memperhatikan gerak-gerik kekasihnya. Denal benar-benar marah padanya. Tapi ia sudah minta maaf apa itu tak cukup.
"Denal kamu marah?" tanya Nada lembut. Mencoba untuk mengerti suasana hati lelaki itu.
Denal tak menjawab ia hanya menoleh sejenak dan kembali asik dengan ponselnya.
Nada menunduk. Ia merasa bersalah sekali pada Denal. Apalagi dengan sikap Denal belakangan ini yang sedikit cuek padanya membuatnya semakin bingung salah apa yang dibuatnya sampai Denal seperti ini.
"Hmm kalau kamu marah gakpapa marah aja" gumam Nada diiringi senyum paksanya.
Denal lagi-lagi tak menjawab bahkan kali ini ia tak menoleh ia lebih memilih memainkan ponselnya.
"Yaudah dari pada aku disini gangguin kamu main game mending aku pulang. Lagian aku gak guna juga kok duduk-duduk disini kan" ucap Nada sambil beranjak dari sofa tersebut. Belum melangkahkan kakinya Denal sudah lebih dulu bersuara.
"Mau pergi diam-diam lagi trus ketemu sama cowok lain?"
Nada berdiri diam sambil menahan napasnya sejenak. Oke Denal sudah keterlaluan. Curiganya sangat di luar batas dan bukannya tadi ia sudah minta maaf. Kenapa lelaki itu semakin menyebalkan sekali sih.
"Kenapa diam, emang benar kan Nada kamu diam-diam kayak gitu"
Gadis itu berbalik tiba-tiba menghadap kekasihnya, ia menatap tajam wajah Denal yang terlihat santai.
"Kamu keterlaluan banget. Kapan kamu liat aku ketemu sama cowok lain Denal"
"Emang aku belum pernah liat tapi..."
"Tapi apa?. Kamu ngomong ngaco banget. Yaudah karena tuduhan kamu gak bener sekarang juga bakal aku buat supaya tuduhan kamu bener. Aku mau ketemu sama cowok. Puas kan tuduhan kamu jadi bener" ujar Nada dengan penuh kekesalan. Wajahnya memerah karena berteriak pada lelaki itu. Jika Denal terus menuduh hal yang tidak benar maka dia akan dengan senang hati membuat tuduhannya benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Dream (END)
FanfictionSemua terasa membingungkan, ia memimpikan sesuatu yang aneh. Padahal seumur hidup ia belum pernah merasakan hal tersebut. Apakah ini pertanda?. Atau apa, kenapa sangat mengganjal dipikirannya. "Jadi bagaimana?" Mimpinya menjadi nyata, tapi ini seper...