DuaSatu - (Tega)

462 24 3
                                    

.

.

.

Nada membuka matanya dan yang didapati hanyalah gelap gulita. Matanya ditutup dengan sesuatu, itu membuatnya kesulitan untuk melihat sekeliling. Ditambah lagi kedua tangannya terikat di belakang.

Meringis ketika kepalanya berdenyut. Ingin sekali memegang kepalanya tapi tak bisa.

Air matanya kembali mengalir ketika mengingat bahwa Denal sama sekali tak menolongnya. Lelaki itu bahkan dengan santai memberikannya pada teman-teman brengseknya itu. Sakit. Tentu saja, seseorang yang sudah menjadi setengah hidupmu memperlakukanmu seperti itu. Bagaimana perasaanmu?.

"Hiks... Kenapa kamu tega sama aku" gumam gadis itu diiringi tangisan pilunya. Apakah ia tak bisa bahagia. Tak habis fikir bahkan orang yang sangat dicintainya pun bisa memperlakukannya seperti itu.

Sekuat tenaga ia berusahan membuka tali yang mengikat tangannya. Namun sia-sia, ikatan itu sangat kuat. Sekarang saja malah tangannya sakit dan pasti sudah lecet.

"Lepasin gue, hiks siapapun gue mohon"

Kembali terdiam tapi isakan kecil terus lolos dari bibir gadis itu. Seketika ia menghentikan tangisannya ketika terdengar langkah seseorang mendekat. Ia langsung saja siaga, takut jika orang itu melakukan sesuatu padanya.

Langkah itu terhenti tepat di depannya. Ia bisa tahu dari suara decakan alas kaki dan lantai yang terdengar jelas.

"Hiks gu-gue mohon lepasin gue" mohon Nada pada orang itu.

Orang itu tak menggubrishnya. Nada kembali terdiam ia tak tahu harus berbuat apa. Seumur hidup baru kali ini ia diculik. Dan orang yang menculiknya merupakan teman kekasihnya. Aneh memang. Tapi begitulah.

Nada menahan nafas ketika wajahnya menghangat karna nafas seseorang. Sepertinya orang itu sengaja mendekatkan wajah mereka berdua. Nada kembali terisak sambil menggeleng lemah.

"Hiks ja-jangan huuu" tangisnya sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.

Seolah tak mendengar apapun orang itu tetap mendekatkan wajahnya dengan wajah Nada. Membuat Nada kalang kabut dibuatnya. Demi apapun firts kiss nya. Apakah akan diambil orang itu. Selama ini dijaganya dengan baik-baik. Apakah akan diambil secara paksa oleh orang asing itu.

Cup

Nada melebarkan matanya di balik kain yang menutupi matanya itu ketika bibir dingin menyentuh permukaan wajahnya. Ok bukan di bibir, tapi tetap saja yang menciumnya merupakan orang asing. Jadi tak menutup kemungkinan ia sudah menjadi gadis murahan.

Cup

Lagi. Orang itu menciumnya. Di kedua pipi lalu dijidat serta di dagunya. Nada menoleh agar orang itu tak seenaknya mencium seluruh wajahnya. Walaupun tak di bibir. Tetap saja kan. Wajahnya merupakan aset berharga.

"Hiks gue mohon berhenti huuu hiks"

Mulut orang itu diam tapi tangannya mencengkram kedua pipi Nada. Membuat Nada meringis, "le-lepasin, hiks sa-kit. A-apa sih mau lo huu apa?"

"Hiks anjing lepasin gue bangsat" umpat Nada yang sudah sangat marah. Kakinya yang memang tak diikat mulai menendang asal. Siapa tahu kan mengenai kaki orang itu, jadi ia bisa balas dendam walau hanya dengan tendangan.

Kembali mengumpat ketika dirasakan pinggangganya ada yang memegang, "fuck lepasin tangan kotor lo dari badan gue"

Orang itu tak mematuhinya. Nada kembali menangis histeris ketika orang itu membuka kancingnya. Walaupun ia memakai tank top tetap saja kan. Kulitnya akan tereksport.

"Jangan hiks gue mohon. Jangan, lepas tangan lo hiks ja-jangan macam-macam sama gue huuu jangan"

Gadis itu tahu pasti sekarang semua kancing bajunya telah terbuka. Entah setelah ini apa yang akan terjadi padanya. Apakah mereka akan melakukan sesuatu yang aneh-aneh padanya. Nada menggeleng, kenapa jalan hidupnya rumit sekali. Ia ingin sukses dan membalas semua kebaikan orang tuanya. Tapi sepertinya itu hanyalah khayalannya.

Seperti menemukam berlian disetumpuk batu krikil. Senyum Nada langsung merekah ketika mendengar suara temannya. Ya itu suara Yura.

"Nada lo..."

"Hiks Yur tolongin gue" teriak Nada sambil berusaha melepaskan tangannya dari ikatan itu.

"Tangkap cewek itu" terdengar suara dari sudut ruangan. Nada tak tahu siapa itu.

"Yur lo cepat lari. Minta pertolongan sama Risan dan yang lain. Cepet yur" teriak Nada lagi.

"Gak Nad gue gak akan ninggalin lo gak" ucap Yura, "lepasin gue. Hey gue bilang lepasin" keluh Yura ketika kedua tangannya di tarik paksa oleh orang asing itu

"Yur lo harus berusaha untuk la mptt mmmp" ujaran Nada terhenti ketika ada yang membekap mulutnya.

"Lep mpph" terdengar ringisan ketika dengan sengaja Nada menggigit tangan orang itu.

"Yur lo dimana?" tanya Nada.

"Dia udah dibawa ke gudang sekolah" terdengar suara dari arah belakangnya. Nada mendengus kesal. Ia tak pernah mendengar suara orang itu.

"Lo. Lepasin temen gue"

"Owhh gue takut" ucap orang itu sambil tertawa.

"Setan lo. Cuma berani sama cewek doang. Dasar pengecut" umpat Nada pada orang itu.

Nada menolehkan kepalanya ketika ada yang memegang dagunya, "gue bilang lepasin temen gue. Kalau sampai Yura kenapa-napa gue gak bakal segan-segan untuk balas lo anjing"

"Lepasin yah. Tapi udah telat. Denger tuh teriakan temen lo, mungkin aja kan dia udah di per"

"Brengsek diam mulut lo" teriak Nada memotong ucapan orang asing tadi. Tentu saja ia tak ingin mendengar kelanjutannya. Itu menyiksanya.

Ia terdiam berusaha mendengar dengan jelas suara teriakan minta tolong itu. Apakah betul temannya Yura.

Dan. Ya benar itu temannya. Nada kembali menangis sejadi-jadinya. Ia benar-benar teman yang tak becus. Yura berjuang untuk menolongnya dan malah gadis itu yang tersiksa. Sedang ia, ia tak sampai berteriak sehisteris Yura. Entah apa yang dilakukan mereka pada temannya itu. Ia tak bisa membantu. Dan mungkin saja setelah Yura, dirinya yang akan menjadi santapan mereka.

"Hiks gue bu-kan temen yang baikk, huuu maafin hiks gue Yura. Gu-gue hiks minta maaf" tangis Nada dengan nada keputus asaan. Di saat ia bermimpi menjadi teman yang baik untuk teman-temannya. Disitulah badai datang dan menjadi rintangan untuknya. Tapi badai ini terlalu besar. Ia tak bisa melaluinya. Hanya bisa berdoa. Semoga semuanya akan baik-baik saja.

"Ke-kenapa kalian lakuin itu sa-sama temen gue hiks kenapa gak gu-gue aja. Huuu kenapa haruss te-men gue. Hiks"

Tak terdengar sahutan dari orang itu. Membuat Nada semakin histeris karena teriakan Yura masih terdengar ditelinganya walau samar-samar. Ini semua karena Denal. Jika saja lelaki itu menolongnya tadi, pasti tak akan seperti ini. Lelaki itu kenapa sampai tega sekali pada dirinya. Jangan-jangan selama ini ia hanya bermain-main dengannya.

Hangat. Itulah yang ia rasakan ketika telapak tangan seseorang memegang wajahnya. Nada tak menolak ia hanya bisa pasrah. Jika Yura bisa mengorbankan diri sendiri demi dirinya, kenapa ia tak bisa.

Kembali menahan nafas ketika orang itu mencium seluruh wajahnya, dan membisikan sesuatu padanya.

"Happy brithday sayang"

.

.

.

Bersambung...

Jangan lupa ninggalin jejak....

Real Dream (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang