.
.
.
Nada dan Denal memasuki rumah Yura dengan santai, didapati lima orang itu telah berkumpul. Yura, Dian, Risan, Juna dan Dani menatap mereka lalu mengajak untuk bergabung. Nada dapat melihat tatapan tajam Risan yang diberikan untuk kekasihnya. Oh ayolah, ia pikir masalah ini sudah berakhir. Ternyata belum sepenuhnya.
Menarik tangan Denal untuk berjalan mendekati mereka. Lelaki itu hanya mengikut tanpa banyak bicara. Yura dan Dian langsung heboh sendiri sehingga membuat Nada memutar bola matanya bosan. Kenapa teman-temannya sangat berisik.
Keduanya ikut duduk bergabung dengan mereka. Denal memicingkan matanya ketika melihat tali pink Nada terlihat, dengan segera ia menyuruh kekasihnya mendekat.
"Sayang sini dulu" Nada menatapnya bingung lalu mendekat, "kenapa?"
Denal mengangkat sedikit baju kekasihnya sehingga tak lagi menampakan tali berwarna pink tersebut. Lelaki itu maju dan membisikannya.
"Tali b*a kamu kelihatan tadi. Pink" Wajah gadis itu seketika memerah padam. Tak ingin teman-temannya melihat wajah itu. Ia segera menyembunyikan wajahnya di dada Denal. Membuat mereka menatap penasaran. Apa yang dibisikan Denal sampai gadis itu memeluknya.
"Mentang-mentang udah baikan. Lo berdua nempel trus" tamplok Dian dengan mulut corongnya. Nada menatapnya kesal.
"Diam lo bacod" umpat Nada sambil menjauhkan dirinya dari Denal.
"Galak amat sih lo Nad. Udah kayak monster aja" ucap Yura.
Denal melirik ketiga gadis yang tengah berdebat itu, "emang Nada monster. Kalian aja yang gak tau" ujar Denal tiba-tiba. Membuat Yura dan Dian tertawa.
"Tuhkan pacar lo aja ngatain monster"-Dian
"Gimana gak mau dikatain monster. Lah Nada hobinya namplok wajah orang" tambah Yura. Membuat mereka tertawa. Beda dengan gadis itu hanya memasang wajah kesal ketika dirinya dijadikan pusat pembullyan.
Dengan cepat Nada mendekat pada Risan yang hanya diam sedari tadi. Itung-itung menghibur lelaki itu, pikirnya.
"Abang tolong gue. Liat tuh gue dibully" lapor Nada dengan wajah memelas. Membuat Risan gemas dibuatnya. Lelaki itu kemudian mencubit pipinya gemas. Tak sampai disitu, ia bahkan merangkul gadis itu dengan erat.
"Lepasin Risan. Sesak" Risan melepaskan rangkulannya, "tadi katanya minta ditolongin"
"Itu bukan pertolongan tapi pembunuhan" ucap Nada kesal. Lari dari pembullyan bukannya mendapatkan pertolongan eh malah penyiksaan.
Denal menatap kekasihnya dan Risan yang tengah bercanda dengan diam. Dalam hatinya ada rasa cemburu karena Nada dekat dengan lelaki lain, walaupun itu temannya. Tapi tetap saja terkadang cemburu tak memandang orang. Yeah you know lah.
Lama ia terdiam sampai panggilan Risan membuatnya bingung. "Kenapa?"
"Gue minta maaf yah, atas kejadian kemarin" Denal tersenyum tipis sambil menggeleng.
"Nyantai aja. Gue udah lupain kok" ucapan Denal membuat semuanya lega. Akhirnya mereka baikan.
Nada pun meninggalkan lelaki-lelaki itu yang mulai asyik dengan game. Dan bergabung dengan kedua temannya yang tengah bergosip ria.
"Kalian pada ngomongin apa sih?" tanya Nada penasaran. Pasalnya kedua gadis itu terlihat serius.
"Itu loh. Kakak kelas ganteng yang pernah nembak lo"-Yura.
"Oh Reno. Kenapa dia?"
"Lo tau Nada. Kemarin gue ketemu sama dia lagi jalan bareng Dona si heters mulut taik itu"-Dian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Dream (END)
FanfictionSemua terasa membingungkan, ia memimpikan sesuatu yang aneh. Padahal seumur hidup ia belum pernah merasakan hal tersebut. Apakah ini pertanda?. Atau apa, kenapa sangat mengganjal dipikirannya. "Jadi bagaimana?" Mimpinya menjadi nyata, tapi ini seper...