Seminggu setelah kejadian itu, Ara sama sekali belum bertemu Juno. Padahal kelas mereka bersebelahan. Cukup sulit untuk menemui Juno saat awal tahun ajaran baru karna OSIS disibukkan dengan berbagai acara. Saat upacara dan istirahat pun ia tidak dapat melihat juno. Ia juga dengan sengaja melewati kelas juno tapi pintunya selalu tertutup.
Sebenarnya dirinya juga tidak berharap bertemu Juno setelah kejadian itu. Jiwanya menciut seketika. Ada rasa aneh memikirkan ia akan bertemu si robot Juno. Ara memang aneh, tidak berharap tapi dia masih saja mencari kesempatan untuk dapat melihat Juno.
Hari ini hari Sabtu yang berarti Ara dapat bersantai. Dengan pakaian ala kadarnya, Ara berjalan sendirian di kawasan kota lama . Tadi sore setelah melihat referensi cafe kekinian otak dan badannya langsung bereaksi cepat.
Dan disinilah ia sekarang, berjalan sendirian, menikmati semilir angin malam yang memanjakannya. Ara memang tidak berniat mengajak teman-temannya termasuk oliv karna ia juga butuh me time.
Setelah turun dari halte bus dan kakinya melangkah ke dalam gang sekitar 200 meter. Dengan santai Ara berjalan sesekali melihat pengendara motor yang berlalu lalang.
Drrttt....drrrtttt..drrrtttt
Mendengar ponselnya meraung, Ara berhenti di tempat segera mengambil HP dari tas selempang yang di bawanya. Di layar nama oliv dengan tanda hati pink tertera jelas, membutuhkan jawaban.
"Ya ada apa liv?" Setelah mengucapkan kalimat pertama, Ara kembali berjalan perlahan.
"Ra, jalan yuk! Lagi ngidam green tea latte nih," ajak oliv
"Maaf liv, udah mau nyampe kafe nih,"
"HAH! SAMA SIAPA IH, KOK GAK NGAJAK SIH. JANGAN BILANG NGE DATE SAMA JUNO ,"celetuk oliv
"Ngaco ah,"
"Sama siapa ih perginya,"
"Sendirian aja," jawab ara sekenanya karna ia juga harus fokus pada langkahnya. Salah-salah bisa tersandung. Kafe yang ingin di kunjunginya sudah nampak. Hanya berjarak 20 meter. Di bawah penerangan lampu jalan yang membantu penglihatannya, sudut mata Ara tidak sengaja melihat siluet di gang sepi 1 blok sebelum kafe.
Ara semakin memicingkan matanya melihat siluet itu hanya di terangi lampu jalan 5 watt. Ara terkadung penasaran, lalu perlahan mendekat. Gesekan antara sol sepatu dengan tanah hilang begitu saja ketika suara pekikan dan pukulan keras mengenai gendang telinganya.
"Ra, halo, Ra? Kemana sih," disebrang sana, oliv memaki ara yang tidak menjawab pertanyaannya dan malah mendiamkannya. Ara dengar jelas suara oliv yang terus mengoceh karna ponsel masih menempel di telinga kanannya.
Ara mendesis terkaget sambil menutup kedua mulutnya ketika tau siluet tadi adalah sekelompok orang yang tengah bertengkar. Dan yang lebih membuatnya terkejut, tubuh tegap Juno ada di sana yang tengah menahan pukulan bertubi dari pria bertubuh bongsor. Ara juga melihat ke 3 teman Juno yang satu sekolah juga dengannya. Sedangkan ada 6 pria asing yang tidak ara ketahui.
"RA! ARA, KENAPA? ARA HEY JANGAN BIKIN KHAWATIR DONG?RA..." ara menjatuhkan Hpnya dari telinganya. Digenggamnya erat ponsel itu dan tanpa sengaja mematikan telepon dari Oliv.
Masih dengan wajah kaget dan tegang melihat adegan perkelahian itu, tubuh Ara malah mendorongnya lebih mendekat.
"Ju-no," lirihnya