Ara mengikuti langkah kaki Esa menuju ke ruang wakepsek. Ara yang mempunyai kaki pendek seakan tak mampu menyaingi langkah kaki Esa yang jenjang. Hal itu malah membuatnya ngos-ngosan.
"Tungguin dong,"
Esa memperlambat jalannya lalu membalikkan badannya," Makannya olahraga, lelet banget,"
Ara hanya mendengus kesal dan menatap Esa dari jarak 7 langkah," Bilang aja kaki saya pendek,"
"Nah itu sadar,"
Ara menggoyang-goyangkan kakinya"Kaki saya pendek kan karna keturu..,"
"Woy jun," Esa mengabaikan dirinya. Dan dia berjalan lebih dekat ke arah Ara. Lalu melambaikan tangan, jelas bukan ke arah dirinya, tapi seseorang di belakangnya yang Ara rasa semakin mendekat. Semakin dekat jarak Ara dengannya, semakin kencang pula kinerja jantung Ara. Dan kinerja Jantung Ara mencapai puncak maksimal saat dirasa orang itu berada 1 langkah di belakangnya.
"Lo dipanggil juga Sa?" Suara berat juno mengintrupsi
"Huum, ya udah yok langsung aja ke wakepsek,"
"Lo doang? Anak-anak yang lain?"
Ara masih menyimak percakapan keduanya, masih pada posisi yang sama tanpa bergerak se centi pun."Lah ini nih di depan lo,"
Ara berbalik badan dengan kaku dan memasang cengiran dengan memperlihatkan wajah konyolnya"Lah ngapain ra? Ikutan dipanggil juga?"
Juno mengernyit"Iya,"
"Lo kalo di tanya diem aja, inget biar gue yang jawab oke?" Perintah Juno yang hanya mampu dibalas anggukan Ara. Lalu Esa menepuk bahu Juno pelan dan keduanya melanjutkan jalan ke arah ruang Wakasek yang terletak di sebelah Aula meninggalkan Ara yang masih bingung sekaligus gugup. Karna sejatinya dia tidak tau apa-apa.
🍁🍁🍁
Ara memasuki ruang Wakasek yang sudah ramai. Kegugupan Ara bertambah tatkala ada wali kesiswaan, pembimbing Osis Wakasek, dan juga ke 4 anak yang Ara masih hafal sedikit wajahnya menggunakan seragam osis namun bet sekolahnya berbeda. Mereka anak-anak yang kemarin sabtu bertengkar dengn Juno. Walaupun seingat Ara ada 6 anak, tapi ara tau mereka yang kemarin terlibat baku hantam. Dan ada 1 orang bapak-bapak yang Ara tidak kenali wajahnya. Mungkin guru ke r cowok itu.
Juno dan Esa beserta 2 temannya yang lain sudah duduk bersebrangan dengan 4 cowok itu. Sedangkan wakasek, wali kesiswaan, pembimbing osis duduk di sekitar mereka. Serta bapak tadi duduk di sofa yang sama dengan ke 4 cowok itu
Ara seketika blank. Ia tidak tau apa yang harus dilakukan. Ia mematung di ambang pintu. Seketika ara sadar pasti ini berhubungan dengan kejadian sabtu lalu. Kesadaran kembali digugah saat wakasek mengintrupsinya.
"Ara? Mari masuk,"
Ara masuk dan duduk di kursi kosong yang sepertinya memang sudah di sediakan untuk dirinya berada di sebelah Juno yang duduk di sofa panjang.
"Baik, saya akan mulai. Saya tau, kalian mengerti saya memanggil kalian ada apa benar?"tanya wakasek
Juno,esa dan ke 2 temannya mengangguk serentak kecuali Ara yang menunduk," iya pak,"
"Saya tau kalian kemarin sabtu terlibat perkelahian dengan SMA semesta karna masalah yel yel suporter? Dan mendengar penuturan dari ke 4 murid SMA semesta yang terlibat, bahwa kalian terlebih dahulu yang mengajak bertengkar. Nah, tidak adil rasanya jika saya mendengar dari 1 pihak saja, saya mau mendengar dari kamu Juno,"
"Baik, begini pak, memang benar hal ini dikarenakan masalah yel yel suporter, namun pihak dari tim suporter SMA semesta yang terlebih dahulu menyulut," tanggap juno
"Loh, tapi kan lo duluan yang ngajak berantem," emosi salah satu siswa SMA semesta
"Gue ngajak berantem karna lo duluan yang nyulut api. Kalo lo gak nyulut api, gue gak bakal ngajak berantem. Buat apa woy gue berantem sama lo kalo gak ada yang nyulut duluan, buang tenaga!"
"SUDAH SUDAH DIAM! Saya minta penjelasan, bukannya malah debat,"
"Lanjutkan penjelasan kamu,"
"Iya, jadi sewaktu ada event basket, supporter dari SMA semesta membuat sebuah yel yel yang berisikan mengejek SMA kita pak. Kami pun berusaha tetap tenang, tetapi mereka mulai menjadi-jadi. Lalu selesai pertandingan basket, malamnya dia menghubungi saya lewat Line, dan kembali menghina SMA kita. Dia juga menghina saya. Karna saya rasa sudah berlebihan, saya pun memilih untuk bertarung dengan dia karna dia juga sudah keterlaluan,"
Ara hanya mendengarkan sesekali melirik sekitarnya termasuk Juno yang sedang menjelaskan kronologi kejadian.
Juno memang tergabung dalam tim resmi suporter sekolah, jadi selain sebagai wakil ketua OSIS dia juga aktif supporteran kalau ada event olahraga yang diikuti sekolah.
Pak minhyun, selaku wakepsek hanya mengangguk," Lalu, kalian berempat bilang kalau ada salah satu cewek yang ikut terlibat? Apa benar Ara orangnya?"Pak minhyun menunjuk Ara yang refleks menegakkan kepalanya. Menatap orang disekelilingnya dengan tanda tanya imajiner yang besar.
"Iya pak, saya yakin dia orangnya. Saya juga mendengar Juno menyebut namanya,"
"Oke, Ara, jelaskan kenapa kamu bisa terlibat dalam perkelahian itu,"
Ara keringat dingin. Dia sadar dia tidak terlibat sejauh itu dalam masalah ini. Ia hanya tidak sengaja terlibat. Tapi rasa gugupnya begitu besar apalagi dikelilingi orang yang menatapnya tajam. Ara merasa terintimidasi.
Ara kemudian melirik ke sebelahnya di mana Juno menatapnya teduh. Seperti mengatakan untuk dirinya tetap tenang. Namun ara masih belum bisa mengatasinya. Ara juga takut kalau orang tuanya akan dipanggil karna tau mungkin dia terlibat masalah.
Juno kemudian menarik nafasnya pelan," Dia gak bersalah pak. Dia gak tau apa-apa masalah ini. Dia cuma ngga sengaja menemukan kami bertengkar. Malahan, Ara yang membantu menghentikan perkelahian kami,"
Hah? Bantu dari mana si, orang aku malah nangis
"Dia ngga sengaja dateng waktu kami bertengkar, jadi jangan melibatkan dia dalam masalah ini. Dan kalian ngga usah nuduh. Kalo punya masalah sama saya, ya udah selesaikan sama saya. Memang kalian liat ara mukul kalian? Ngga kan? Orang dia malah nangis,"
Lah, buka aib,ish juno
"Baik juno, cukup penjelasan kamu. Ara, benar yang dikatakan Juno?"
"I-iya pak benar, saya ngga sengaja liat mereka bertengkar,"
"Baiklah saya rasa cukup penjelasannya, saya sudah mendengar dari kedua pihak. Saya rasa ini bisa diselesaikan dengan damai, bagaimana pak?"
"Ya saya rasa, ini bisa diselesaikan dengan damai. Dan saya rasa anak-anak hanya perlu diberi sanksi saja agar mereka memiliki rasa bersalah,"
Lalu Pak minhyun menyalami guru yang mendampingi ke 4 siswa tersebut lalu pergi meninggalkan ruang Wakepsek.
"Ara, kamu boleh kembali ke ruang kelas, kecuali kalian ber 4,"
"Baik pak saya permisi,"
Ara keluar dengan perasaan mengganjal. Diliriknya sebentar wajah juno yang serius memperhatikan gerak gerik pak Minhyun. Dan juga ke tiga temannya yang lain tengah menunduk.
Semoga kekhawatiranku ngga terjadi
🍁🍁🍁
Enjoy :)