Ara
Seharusnya aku tidak ke sini. Seharusnya aku tidak memaksa Elvan untuk mau menuruti kemauanku. Seharusnya tadi aku mendengar kata Elvan. Seharusnya tadi aku mengikuti Elvan,bukan memaksa untuk pergi ke atap mall ini.
Tapi,aku tidak menyangka akan melihat kejadian ini. Sungguh,aku tidak menyangka. Entah apa yang mendorongku untuk pergi ke sini. Apa Tuhan ingin menunjukkan bahwa sebaiknya aku benar-benar pergi darinya. Bahwa aku harus merelakan semua perasaan yang sudah aku bangun dan pertahankan. Ya,mungkin ini saatnya. Sudah terlalu nyata bagiku.
Rasanya tamparannya berkali-kali lipat saat tau mereka jadian. Aku yakin mereka pasti pernah melakukan ini selain di sini. Tapi, melihatnya langsung sungguh berbeda rasanya.
Aku mencengkram lengan kemeja Elvan yang membuat pria itu menatapku lamat. Aku tau Elvan tengah menatapku. Menatap raut wajahku yang entahlah sudah kacau. Elvan membalikkan badanku dan merangkulku dan ia perlahan membawaku pergi dari atap mall dan pergi dari pemandangan yang tak pernah ingin kulihat.
Elvan
Ini titik paling maksimal yang bisa Ara rasakan betapa dia sangat tersakiti oleh Juno. Gue tau Ara sulit menerima gue. Gue paham banget seberapa cinta Ara ke Juno. Ngelihat dia nangis tersedu tanpa mengeluarkan suara, gue yakin dia sesakit itu. Saat gadis itu minta gue buat bawa dia pulang, dengan suara lirihnya, gue semakin ngerasa gue harus menjaga dia. Gue semakin bertekad buat dia bisa suka sama gue dan bisa ngelupain Juno. Mungkin,ini jadi titik Ara menyerah untuk menyukai Juno dan gue ngga bakal sia-siain hal ini. Gue pun menatap lamat wajah sembabnya dia sebelum bawa dia pergi dari atap mall ini.
Juno
Gue ngga merasakan getaran apapun saat gue mencium Lita. Yang gue rasakan adalah rasa sesal di diri gue. Yang gue rasakan adalah kesedihan dari gadis yang saat ini gue lukai. Gue bisa merasakan air mata yang terus mengalir dari matanya.
Gue perlahan melepas tautan dan gue bisa lihat dengan jelas wajah dia yang merah dan juga basah karena air mata. Matanya masih terpejam beberapa detik setelah gue menjauh. Setelah itu dia tersenyum tipis dan mengisyaratkan kata yang bikin hati gue mencelos entah kenapa. Hanya ucapan terimakasih tanpa suara. Hanya sebuah gerakan mulut yang masih bisa gue pahami. Lalu,Lita pergi dari hadapan gue begitu aja.
Lita
Aku merasakan sakit dan juga perasaan yang semakin dalam ketika Juno mencium sudut bibirku. Aku akui, aku semakin mencintai dia. Saat dia menjauh dari wajahku. Saat bibirnya tak lagi menyentuh bibirku, rasanya aku benar-benar sudah menjauh darinya. Rasanya benar-benar aku akan kehilangan dia. Aku ngga sanggup melihat wajah dia. Saat aku lihat wajah dia, rasanya aku ingin memeluknya terus menerus seakan tak rela untuk berpisah.
Aku tidak bodoh untuk mengetahui alasan sebenarnya dibalik ini. Aku tidak bodoh kalau sebenarnya alasan Juno tidak sesimple itu. Ya,mungkin benar bahwa dia memang tidak punya perasaan kepadaku dari awal,tapi kurasa ini masalah hati orang lain yang seharusnya sudah ia dapatkan dari lama. Mengenai masa lalu yang datang kembali padanya. Mengenai masa lalu yang sebenarnya sudah ia anggap angin lalu, tapi kedatangannya kembali membuat hati itu kembali tergerak.
Aku tau saat aku berkunjung ke rumah Juno beberapa hari setelah aku bertengkar dengannya waktu itu karna Ara menginap di rumahnya. Ibu Juno menceritakan banyak hal dan ada hal yang sedikit membuatku tersentil saat itu juga. Ibu Juno juga seperti tak menyadari apa yang sudah ia ceritakan padaku.
Meski bukan penuturan dari Junho langsung, hal itu sedikit menggangguku dan cepat-cepat kutepis. Namun, semua itu tak bisa kusangkal dan terjadi juga hari ini.
🌌🌌🌌
Elvan benar-benar menuruti perkataan Ara. Ia langsung membawa Ara pulang dan membatalkan rencana untuk menonton film bersama gadis itu. Ia pikir,ngga baik juga memaksakan keadaan saat Ara sedang kalut seperti ini. Gadis itu hanya terdiam sepanjang perjalanan ke rumah. Elvan pun juga membiarkan Ara berkutat pada pikirannya sendiri dan lebih memilih memutar lagu untuk sedikit mencairkan suasana.