Saat sedang asik bercengkrama dengan hangatnya matahari yang perlahan muncul,suara seseorang membuyarkan segala yang telah Ara bangun dengan Juno. Kenyamanan,keakraban,kedekatan,dan kehangatan yang ia rasakan.
Juno menghentikan gurauannya. Sedangkan Ara hanya menatap canggung Lita yang sudah berdiri di samping tempat Juno dan Ia duduk dengan kopernya. Ara melihat Lita,ia akui Lita terlihat sangat dewasa,mulai dari cara berpakaian,riasan wajah bahkan postur tubuh. Mungkin juga dari sikapnya yang lebih dewasa. Sedangkan Ara masih terlihat seperti anak kecil yang meminta susu formula ibunya. Ara akui dirinya belum dewasa,ia masih terlihat seperti anak kecil meski di umurnya saat ini 17 tahun.
"Hai Jun, Hai juga Ra," sapanya lalu Ara mengangguk pelan dengan senyum yang terukir tipis. Ia terlalu bingung harus bersikap seperti apa ,"hai ta,"
"Lita,sini aku bantu bawa kopernya. Dianter siapa?" Juno berdiri dari duduknya,lalu menggenggam tangan Lita tepat di hadapan Ara yang menatap tautan itu sendu.
Juno membenarkan posisi koper Lita ada di sebelah barang bawaannya dan juga Ara agar tidak menutup jalan. Juno lantas memberi ruang untuk Lita duduk dan kini Ara berada di posisi paling tidak ia inginkan dalam hidupnya. Ara merasa terintimidasi.
"Aku tadi dateng sama sopir,biasalah,"
"Kenapa ngga ngomong aku? Nanti aku jemput," dengan masih saling menggenggam,Juno seakan menghilangkan Ara begitu saja. Juno seakan menghempas ia begitu saja. Sorot mata Ara tidak bisa dibohongi bahwa ia terluka melihat mereka berdua. Tapi dia tidak bisa beranjak begitu saja. Ia merasa tidak enak hati.
"Ngga mau ngerepotin. Kamu berangkat sendiri?"
"Iya naik motor tadi,motornya mau aku tutupin di sekolah aja,"
"Ngga papa di tinggal? Memangnya aman?"
Juno mengusap puncak kepala Lita,"aman,kan gerbangnya nanti di kunci. Banyak yang tutup juga kok," Lita hanya tersenyum malu mendapat perlakuan dari juno. Ara hanya tersenyum getir. Sungguh dirinya tidak kuat.
Suatu kebetulan,Ara tak sengaja melihat gerombolan temannya di sebrang. Antara senang dan tidak ingin meninggalkan mereka bermesraan,namun Ara lebih merasa ia terselamatkan. Ia bisa beralasan," Jun,aku ke sana dulu ya. Ada temen aku,mereka manggil tadi," bohongnya
"Oh,iya. Ngga usah di bantuin kan bawa kopernya?"
"Ngga usah. Duluan ya ," Ara setengah berlari membawa kopernya yang ia seret.
"Ra,baru dateng?" Ucap Oliv saat melihat temannya itu ngos-ngosan
"Ngga,udah dari tadi,"
"Kenapa deh,kamu ngga berangkat dari rumah maraton kan Ra?"
"Ngga lah Liv, aneh banget,"
"Ya terus kenapa kayak habis maraton gitu?"
Ara diam.
"Eh bis nya udah dateng," ucap gina.Oliv seketika melupakan pertanyaan yang tak dijawab oleh Ara. Semua sibuk dengan barang bawaannya masing-masing dan memasukkannya ke bagasi bis. Di setiap bis sudah di beri nama kelas,jadi mereka sudah tau bis kelas mereka. Ara memasukkan kopernya ke bagasi lalu berjalan berdampingan dengan Oliv dan gina yang ada di belakangnya.
Tepat lurus ke arah pandangannya,Ara
melihat Juno membantu Lita memasukkan kopernya ke bagasi. Mereka tentu tidak semua bis karna beda kelas. Ara tersenyum tipis melihat bagaimana Juno tersenyum lebar ke arah Lita.Dadanya sesak. Sepertinya wisata ini tidak semenyenangkan yang Ara bayangkan. Lalu juno meninggalkan Lita dengan membawa tasnya."Ra,ayo masuk. Udah pada naik,"
"Oh ,iya,"
🌧️🌧️🌧️