Prolog

21.7K 733 45
                                    

Malaysia. Tepatnya Kuala Lumpur, seminggu lagi aku akan menjadi warga negaranya untuk beberapa tahun kedepan. Aku diterima di salah satu lembaga kesehatan Indonesia yang ada di sana, tentunya melalui perjuangan yang tidak mudah termasuk meyakinkan kedua orangtuaku.

Aku seorang mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat yang lulus tahun ini, yang alhamdulillah langsung dapat kerja di Malaysia. Aku anak kedua dari dua bersaudara yang tak pernah jauh dari keluarga, tak heran ketika memutuskan untuk bekerja di Malaysia semua anggota keluargaku sulit untuk menerima, namun dengan sedikit bersitegang dan meyakinkan akhirnya aku dapat izin dari mereka. Untung aku diterima kerja bersama satu sahabatku dan beberapa teman seangkatan yang beda jurusan. Maklum, aku wanita polos yang tinggal di pinggiran kota Jogjakarta yang minim pengalaman, kemana-mana di antar abang.

"Udah disiapin semua Dek barang-barangnya?"

"Eh ibu, alhamdulillah udah siap semua bu tinggal berangkat"
"Sebenarnya ibu masih berat nglepasin kamu dek, kamu kan penakut, cengeng, manja, apa-apa kalo gak sama ibu ya sama Mas Roni."

"Iiiih ibu ma gitu, aku tuh ya bukanya manja, tapi gak mau aja menyia-nyiakan perhatian dari keluarga."

"Dasar anak bandel, pokoknya ingat pesan ayah ibu, jaga diri, jaga sholat, jangan aneh-aneh di negeri orang, selalu bersikap sopan, disiplin, dan sering-sering kabarin kami."

"Iya ibu saying, aku inget terus deh, ini udah yang ketujuh kalinya ibu ngasih wejangan dengan kalimat yang sama!!"

"Gak peduli, yang penting kamu inget!!"

"Inggih ibuku yang cantik tapi bawel!"

" Raniaaaa!! Awas ya! "

Kutinggalkan ibuku yang masih menggebu-nggebu ngasih wejangan, bukannya gak sopan ya, tapi dalam satu hari ini aku dah dapet wejangan sampe tujuh kali. Tapi begitulah ibuku, ibu wanita yang super hebat dan sabar, ibu selalu bisa menjadi tempat ternyaman buatku.

Bakalan kangen banget sama pelukan dan bawelnya ibu. Berbeda dengan ayah, beliau sosok yang lebih demokratis pada anak-anaknya, selalu hangat tapi lebih sering galaknya sih. Oh iya lupa, aku punya satu kakak laki-laki yang super duper bawel melebihi ibu, dia seorang dokter yang sedang berjuang menyelesaikan spesialisnya, sebenarnya pinter dan ganteng sih tapi belum laku.

Dia yang mengikuti jejak ayah, ya ayahku seorang dokter bedah di salah satu rumah sakit di Jogja. Kok aku gak ikut jadi dokter juga? Ya karena aku merasa bukan passion aku aja, aku lebih suka terjun langsung ke lapangan, lebih suka berhubungan langsung ke orang-orang, kaya ibu, ibu dulunya adalah seorang guru yang hebat, mendedikasikan dirinya ditempat tepencil.

Dua hari menjelang keberangkatanku aku masih sibuk menyiapkan pernak pernik keperluanku hidup di negara tertangga. Tiba-tiba ada telpon dari sahabatku yang juga akan berangkat bersamaku.

"Assalamualaikum Dit, gimana?"

"Waalaikumsalam, udah siap Ran?"

"Siap apa Dit? "

"Hadeeeh anak satu ini lemotnya, ya udah siap berangkat?"

"Belum, kan berangktanya masih lusa."

"Ya ampuuun Rania Dewi Utomo binti dr. Utomo yang cengeng, manja, suka ngompol, suka jajan sembarangan, maksudnya barang-barang udah siap, mental udah siap?"

Aku terbahak mendengar omelannya "Kamu tanyanya gak jelas, aku kadang bingung sendiri deh, kenapa ya aku tuh di kelilingin orang-orang yang bawelnya gak ketulungan?"

"Awas ya aku bilangin Mas Roni lho!!"

"Kenapa Mas Roni??"

"Ya tadi kamu bilang bawel."

"Dasar kamunya aja yang modus!"

"Gak apa kali, gak mau apa punya kakak ipar yang cantik kaya aku?"

"Idiiiih masa kakak iparnya lebih pendek gitu?"

"Awas kamu ya, aku sumpahin cepet jatuh cinta kamu, biar tau rasanya gak ngrecokin orang terus."

Ya begitulah, Dita adalah sahabat baikku, dia seorang perawat yang katanya sih pengen banget jadi kakak iparku. Dia cantik, pinter anak salah seorang dokter yang juga kolega ayahku. Sebenarnya sih aku setuju aja kalo Mas Roni mau sama dia, tapi kakakku itu kelewat kaku orangnya, lari deh si Dita ke cowok lain.

"Hari Sabtu pesawat jam berapa dek?"

"jam 4.15 kayaknya Mas."

"kok kayaknya? Mulai sekarang harus inget segala hal, bakalan jauh dari keluarga!!" Mulai deh bawelnya.

"iya Mas siap.. Siap!! "

"udah siap lahir batin dek jauh dari ibu?" tanya ayah dengan nada meledek

"siap dong Yah, biar cepet mandiri dapet cowok."

"husssh.. Awas ya, kalo mau ada cowok harus lewat seleksi Mas dulu"

"udah-udah makan dulu nanti lagi debatnya!!!" seru ibu.

"maaf ya dek,, besok gak bisa ikut nganterin, aku ada jadwal ujian"

"gak apa2 Mas, yang penting uang sakunya jangan lupa!!"

"Pinjem tapi ya, besok kalo udah dapet gaji balikin!"

"ya Allah,, perhitungan amat sama adek sendiri"

"harus disiplin lah!"

^^^^^^^

Malaysia

"Tiga bulan lagi Papa pindah tugas balik ke Indonesia Ma!"

"ya bagus Pa, pulang kampung, Mama udah kangen banget sama Jakarta."

"iya tapi gimana dengan anak kita?"

"Kita pantau terus Pa, semoga segera pulih seperti semula. Mama kangen banget sama keceriaanya, perhatiannya sama kita.

Saat serius berbicara, seorang pria tinggi keluar dari kamarnya. Sebenarnya parasnya tampan namun karena susah tersenyum jadi terlihat garang.

"Dimas berangkat dulu Pa, Ma!"

"gak sarapan dulu nak?"

"nanti!"

"kalau nanti bukan sarapan Dim." Tanpa menjawab Dimas langsung menuju mobilnya dan berangkat ke kantor.

"sabar Ma, semua konsekuensinya harus kita terima"

"iya Pa, semoga Dimas segera kembali seperti dulu."

Tiba-tiba anak gadis merekapun keluar kamar
"pagi Ma,, pagi Pa??"

"pagi sayang, sarapan dulu!"

"siap Ma, kakak udah berangkat Ma?"

"udah barusan." terlihat jawaban Mama seperti menahan tangis.
"kenapa Ma?"

"Mama sedih sayang, kakakmu masih seperti itu!"

"iya Pa, Aryn juga sedih kehilangan sosok kakak yang ceria, kakak yang care banget sama orang."

"kita berusah terus ya!"

"iya Pa!"

"Kak Mirna jadi pindah kesini kapan Ma? Biar tambah ramai, udah kangen banget sama Aira."

"Minggu depan mereka pindah tugas kesini!"

"Mama sama Papa tenang ya, aku sama kak Mirna bakalan usaha banget buat ngembaliin Kak Dimas seperti dulu."

"iya, makasih ya sayang!"

"Oh iya, minggu depan kan ada tenaga Indonesia yang masuk kesini Ryn? "

"iya kayaknya Pa, nanti Aryn urus semua."

"Papa percayakan ke kamu."

"siappp Pa!"

Aryn, Dimas dan Mirna adalah tiga bersaudara dari pak Sandi dan bu Arum. Pak Sandi sendiri adalah salah satu pimpinan di lembaga kesehatan milik Indonesia yang ada di Malaysia, beliau seorang dokter namun lebih sering memegang jabatan manajemen. Mirna anak sulung merupakan seorang dokter umum, Aryn anak bungsu dia bekerja sebagai staf Papanya dalam bidang kepegawaian. Kemudian Dimas yang merupakan anak kedua juga bekerja sebagai kepala bagian umum.

Jangan Bilang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang