23. First Date

4K 364 6
                                    


Cuaca pagi hari ini sangat cerah, secerah hati dua insan yang sedang jatuh cinta. Pagi -pagi sekali Dimas sudah siap untuk berangkat ke kantor. Dia menolak diajak sarapan oleh mamanya, karena memang dia berencana sarapan dengan kekasih hati.

Dimas sudah sampai ke asrama dan langsung mengajak Rania berangkat. Sampai pagi itu, baik Rania maupun Dimas masih canggung dan salah tingkah. Keduanya hanya lebih banyak tersenyum malu. Dimas yang sudah lebih percaya diri mencoba menghangatkan suasana agar mereka lebih akrab.

"Mau makan dimana?"

"Ikut aja Kak,"

"Ke pelaminan?" Goda Dimas sambil memainkan alisnya.

"Boleh," jawab Rania

" HAH?" 

Rania tertawa melihat wajah Dimas yang kaget,

"kita makan di belakang kantor itu aja Kak, di sana ada kedua enak makanannya Indonesia banget, murah lagi."

"Enaknya karena murah kali, "

"Bener sih," jawab Rania sambil terkekeh pelan. "anak rantau gitu, mikir harga dulu baru rasanya." lanjutnya.

"Kasihan ya anak rantau." ucap Dimas sambil mengusap lembut rambut Rania.

"Situ juga anak rantau kan?"

Dimas mengangguk beberapa kali seraya tersenyum lebar lalu berkata, "anak rantau jatuh cinta sama anak rantau di perantauan."

Rania lagi-lagi merespon gurauan Dimas dengan tawa riang, dalam hati Dimas selalu bersyukur, sekarang pemilik senyum yang indah itu sudah menjadi kekasihnya.

Kurang dari 10 menit mereka sudah sampai tujuan. Mereka lalu makan sambil membicarakan hal-hal ringan. Mereka sudah terlihat lebih akrab lagi satu sama lain. Disela-sela obrolan Dimas masih saja sibuk mengendalikan jantungnya yang selalu berdebar tiap kali melihat senyum Rania.

Setelah makan mereka segera ke kantor dan kembali pada tugas masing-masing. Dimas berusaha fokus pada pekerjaannya walaupun sulit baginya menghilangkan bahayangan Rania. Dia berusaha selalu profesional mengingat masih banyak pekerjaan yang harus dia perbaiki karena banyak yang terbengkalai selama dia terpuruk.
Rania juga berusaha selalu fokus, dia tidak ingin mencampur adukan kepentingan pribadi dengan pekerjaan. Dia mulai menyusun laporan akhir dan evaluasi acara kemarin.

Sampai saat istirahat tiba, Dimas yang sudah selesai sholat mencoba menengok ruang makan untuk mencari Rania, namun dia tidak melihatnya. Lalu dia mencoba mengirim pesan pada Rania.

Belum istirahatkah?

Cukup lama Dimas menunggu tapi tidak ada balasan dari Rania. Kemudian dia memutuskan untuk menelpon, tetapi beberapa panggilan juga tidak diangkat. Dimas bermaksud untuk menghampiri Rania di ruangannya, namun baru beberapa langkah dia melihat Rania dan Aryn datang. Terlihat Aryn melambaikan tangannya.

"udah makan, Kak?"

"belum, " jawab Dimas singkat lalu matanya beralih menatap Rani. "Hp kamu di mana Ran?"

"Aku tinggal di meja, tadi baterainya habis. Kenapa?"

"Oh pantesan, tadi aku hubungi gak nyaut."

"maaf gak tau. Tadi aku ke ruangan Aryn dulu ."

Dimas mengangguk karena merasa tidak masalah dengan hal itu lalu dengan reflek dia menggenggam tangan Rania menyisakan Aryn yang mengkerucutkan bibirnya, merasa kesal dengan dua manusia yang meninggalkannya begitu saja.

"Eh, Aryn ketinggalan!"

"Oh iya, sampai lupa!" sahut Dimas seraya menepuk dahinya.

"Emang dasar kalian!!!" protes Aryn. Keduanya langsung menarik kedua tangan Aryn dan bertiga berjalan menuju ruang makan.

Jangan Bilang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang