43. Ada Yang Kurang

4K 404 28
                                    

Binar dan Ari tak hentinya meminta maaf dan berterima kasih pada Dimas karena berkat bantuan Dimas kini mereka telah menyadari kesalahan masing-masing dan memutuskan untuk memulai semua dari awal.

Binar pun sudah menyadari kesalahannya dan berusaha memperbaiki semua hal yang telah dia rusak, termasuk membantu memperbaiki hubungan Dimas dan Rania.

Dari kejauhan Dimas tersenyum melihat Bintang yang nampak sangat bahagia bisa duduk bersama mama papanya di pelaminan.

Bukan hanya Binar dan Ari yang sangat menantikan hari ini, Dimas pun sama. Dia menantikan acara pernikahan ini karena Binar juga mengundang Rania. Dia berharap bisa melihat wanita yang hingga detik ini masih sangat dia harapkan. Setidaknya sekedar memastikan bahwa wanita itu hidup lebih bahagia.

"Kak, ayo samperin teman-teman!" ajak Aryn.

Di ujung sana memang sedang berkumpul karyawan-karyawan Malaysia termasuk Dita, Sari dan juga Rania.

"Kamu aja Ryn, tadi Kakak udah nyapa sebagian dari mereka."

Aryn menatap kakaknya dengan serius, "Kakak nggak mau nemuin Rania?"

Dimas meneguk minumannya lalu tersenyum tipis sebelum pergi dia menepuk puncak kepala adiknya, "Nggak usah, salam aja. Kakak ambil makan dulu."

Aryn hanya bisa melihat kepergian kakaknya dengan rasa prihatin, sebagai adik dia sudah membantu semaksimal mungkin, tapi dia juga tidak punya hak untuk memaksa Rania.

Dimas memutuskan untuk duduk agak jauh dari pusat acara, dia membawa makanan yang akhirnya tak tersentuh sama sekali. Kalau ditanya seberapa besar keinginannya untuk menemui Rania, pasti sangat besar. Tapi dia sadar, kesalahannya sudah sangat Fatal, dia ingin Rania hidup lebih baik dan lebih bahagia tanpa dirinya.

Biarlah dia sendiri yang akan mengobati patah hatinya. Dia yakin suatu saat pasti akan sembuh dengan sendirinya, meskipun dia masih yakin nama Rania tidak akan pernah terhapus. Jalan satu-satunya adalah berdamai dengan keadaan.

.

.

.

.

Satu bulan berlalu, Dimas kembali menata hidupnya. Meskipun satu harapannya tak terwujud tapi hidupnya harus tetap berjalan.

Sejak sebulan terakhir juga dia lebih banyak menghabiskan waktu di Jogja, karena memang dia berniat tinggal di sini. Dan selama itu juga dia tidak pernah bertemu dengan Rania walaupun tinggal dalam satu kota.

Dia menyerahkan usaha di Jakarta pada Aryn, sedangkan dia memilih mengembangkan usahanya yang di sini.

Siang itu dia janjian makan siang dengan Raffi, selama tinggal di Jogja dia kembali akrab dengan sahabat lamanya itu.

"Gimana hasil perjuangan kamu?"

Dimas tersenyum pelan mendengar pertanyaan sahabatnya itu.

"Kayaknya nggak mulus ya?" ejek Raffi.

"Sesama orang yang nggak mulus jalannya jangan saling menghina!" balas Dimas dan keduanya kembali tertawa.

"Aku mau kasih tau, cuma nggak tau kamu masih peduli apa enggak." Raffi mengunyah makanannya terlebih dahulu. "Rania sakit, dan sekarang dirawat di rumah sakit tempatku kerja."

Dimas berhenti menyendok makanannya, tak dipungkiri rasa cemas langsung menyelimuti hatinya.

"Sakit apa?" tanyanya pelan sambil meneruskan makannya.

"DB apa tipes ya? Lupa. Tapi udah tiga harian ini dia dirawat. Jengukin gih!"

Lagi-lagi Dimas hanya tersenyum tipis menanggapi usulan Raffi. Bukan tidak mau, malahan sangat ingin melihat keadaan Rania, tapi dia teringat tatapan Rania yang penuh rasa kecewa dan luka hati waktu itu, dan itu semua karena kesalahannya, membuat dia merasa tidak pantas untuk menemui wanita itu lagi.

Jangan Bilang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang