Selesai acara pembagian sembako untuk dhuafa, Pak Andi mengajak Rania dan Mita untuk mampir di sebuah kedai makan. Rania senang melihat raut wajah bahagia dari para dhuafa saat menerima bingkisan dari Rania dan teman-teman, setidaknya dia bisa melupakan sejenak masalahnya. Rania dan timnya asyik ngobrol dan makan, tiba-tiba hpnya bergetar ada panggilan dari Dimas. Sampai ketiga kalinya Rania masih enggan mengangkat, namun diingatkan oleh Mita, dia akhirnya menjawab telepon Dimas.
"Halo, Rania. Kamu di mana? Aku di asrama, aku baru sampai dan langsung ke sini pengen ketemu kamu."
"Kakak sebaiknya pulang dulu istirahat, besok aja kita ketemu."
"Tapi Ran,"
"Maaf Kak, udah dulu ya, gak enak sama yang lain."
Tanpa persetujuan ,Rania menutup telepon Dimas lalu kembali ke meja makannya.
Dimas hanya tertunduk lesu, dia tahu Rania pasti kecewa padanya, dia hanya ingin segera bertemu Rania untuk menjelaskan semuanya agar tidak salah paham. Namun dia juga harus menghargai keingingan Rania, lalu dia memutuskan pulang dan akan menemui Rania lagi besok.Lalu mereka bergegas pulang ke tempat tinggal masing-masing mengingat waktu sudah malam. Beberapa saat kemudian, Rania mendapat taksi dan bergegas pulang ke asrama.
Sedangkan Dimas yang masih lesu karena Rania menolak bertemu dengannya langsung masuk ke kamarnya begitu tiba di rumah. Aryn yang melihat Kakaknya langsung mencecarnya dengan pertanyaan.
"Kak Dimas baru pulang? Udah liburannya? Masih inget rumah juga? " sebenarnya Aryn kasihan melihat keadaan Kakaknya tapi dia juga sangat jengkel padanya.
"Ryn.. Tolong jangan buat Kakak tambah pusing. Tadi Rania gak mau ketemu, sekarang kamu ribut. "
"Ya iyalah, mana mau dia ketemu Kakak,"
Dimas hanya diam, dia mengusap wajahnya kasar lalu menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Aryn yang tak tega melihat keadaan Dimas akhirnya luluh hatinya.
"Sebenarnya Kakak ada apa kok bisa sampai ke Indonesia sama wanita itu? "
"Papanya Binar kritis Ryn, waktu itu dia panik banget dan kamu tau kan kalau Binar hanya tinggal dengan Papanya. Kakak gak tega lihat dia kebingungan sendiri, akhirnya dengan banyak pertimbangan Kakak nemenin dia. Itu aja Ryn, gak ada maksud lain."
"Tapi kenapa Kakak gak ngabarin kita? Setidaknya kalau Kakak ngabarin mungkin Rania gak akan sekecewa itu sama Kakak. "
"Waktu itu Kakak tergesa-gesa dan tidak sempat ngabarin kalian, saat tiba di Jakarta Kakak juga langsung ke rumah sakit gak sadar hp kakak sudah mati. "
"Kakak tau gak? Rania nungguin Kakak di bandara sampai jam 10 malam sampai penerbangan terakhir. Dia sudah sangat panik nyariin Kakak Dan Kakak tahu rasanya gimana, saat tau Kakak malah pergi ke Indonesia sama wanita itu tanpa kabar. "
Dimas ingat akan sesuatu lalu dia bangun.
"Astaghfirullah Ryn.. Kakak baru inget Kakak minta jemput dan janji akan buka puasa bareng sama dia."
Aryn hanya diam menunjukkan ekspresi jengkelnya, dia tak peduli kakaknya yang capek dia langsung marah-marah sembari menunjukkan video yang sedang trending di kantor.
"Dia pingsan Ryn, Kakak hanya bantuin bawa ke klinik."
"Kenapa harus Kakak yang bawa dia?"
Dimas hanya diam saja, dia juga menyesal kenapa harus terlibat jauh dengan Binar.
"Atau Kakak emang masih cinta sama wanita itu? "
"Gak Ryn.. Bukan gitu, Kakak gak ada lagi perasaan apapun sama dia. Kakak cuma gak bisa lihat orang kesusahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Cinta
RandomSeorang wanita bekerja di bidang kesehatan luar negeri berhasil menyembuhkan pria dari depresi berat karena putus cinta. Namun setelah sembuh, pria tersebut malah melukai perasaanya. Bagaimana perjuangan wanita tersebut untuk menyembuhkan luka hat...