Sore ini Dimas masih di Jogja, dia pergi ke tebing breksi tempat kenangannya bersama Rania. Hatinya benar-benar tersiksa, dia akan terus menunggu Rania, setidaknya sampai dia yakin kalau Rania sudah ada yang memiliki. Dia memandang jauh langit senja sore itu, pikirannya kembali terbayang saat dia dan Rania di sini, duduk di tempat yang sama dan dia mengutarakan niat untuk menikahi Rania.
Tiba-tiba telepon Dimas bunyi panggilan masuk.
"Halo Dim, kamu di Jogja?" sapa Kayla teman Binar
"Iya, ada apa?"
"Tolongin aku Dim, aku lagi di RS Sardjito sekarang, Bintang kecelakaan Dim, dan ini Binar lagi panik banget."
"Kok Bisa kalian di Jogja? terus Bintang gimana?" Dimas cemas dan langsung menuju RS.
"Dia masih belum sadar Dim. Sekolah Bintang lagi ada acara ke Jogja, aku nemenin Binar nganter Bintang, terus pas tadi dia mainan terpleset jatuh agak parah." Jelas Kayla dengan nada panik.
"Ya udah, aku kesana."
Dimas mengendarai mobilnya dengan cepat karena sangat khawatir dengan Bintang. Bintang adalah anak Binar yang tak diakui oleh ayahnya, Dimas menyayangi Bintang, dia merasa sangat kasihan padanya karena tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ayah.
Sesampainya di rumah sakit, Dimas bergegas ke UGD untuk mencari Bintang.
"Gimana Bintang?" Tanya Dimas pada Kayla begitu dia menemukan mereka.
"Udah sadar Dim, dia nangis terus minta sama Binar buat ketemu kamu."
Dimas lalu masuk menemui Bintang.
"Om Dimaaaas!" Panggil Bintang lalu memeluk Dimas.Dimas ingin Binar menjelaskan pada Bintang kalau memang dia bukan papanya, dia berjanji akan membantu merawat dan menyayangi Bintang dengan syarat harus menjelaskan siapa Dimas sebenarnya, dia tidak mau Bintang menganggap dia sebagi Papanya, walaupun dia sangat menyayangi Bintang dengan tulus.
"Jagoan Kok nangis?"
"Sakit Om, tadi aku naik ayunan terus jatuh." Jelas Bintang dengan nada manjanya
"Sekarang udah sembuh kan? Anak hebat kan nangisnya bentar aja. Oke?"
"Oke, Bintang kan hebat kaya Om Dimas"
Dimas hanya tertawa melihat tingkah Bintang, dia bersyukur Bintang baik-baik saja. Binar yang menyaksikan pandangan itu harus menahan rasa sakit di hatinya, satu sisi dia tidak puas dengan Dimas yang hanya menganggapnya sebagai saudara tapi di sisi lain dia berterimakasih karena Dimas menyayangi Bintang seperti anaknya sendiri.
"Bintang sudah boleh pulang?" tanya Dimas pada Binar
"Kata dokter sudah, beruntung lukanya tidak dalam."
"Kamu menginap di mana?"
"Hotel ambarukmo."
"Ya udah, aku antar sekarang."
Setelah mengurus administrasi, Binar segera mengajak Bintang pulang ke hotel. Dimas menggendong anak lelaki berumur 2 tahun itu dan Binar mengikutinya bersama Kayla. Saat orang-orang melihatnya sudah pasti mengira kalau Binar dan Dimas adalah pasangan muda yang sudah memiliki anak, tak terkecuali seseorang yang berpapasan dengan mereka. Dimas diam membeku melihat orang yang ada di depannya yang juga diam memandang ke arah mereka.
"Raniaa..." Panggil Dimas dengan nada lirih hampir tak percaya bertemu Rania di sini.
Rania hanya diam saja, dia gugup tak sengaja bertemu Dimas di rumah sakit. Melihat pemandangan di depannya sudah pasti dia mengira bahwa Dimas dan Binar sudah menikah dan punya anak. Walaupun gugup dia berusaha bersikap tenang, dia berusaha menyapa mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Cinta
عشوائيSeorang wanita bekerja di bidang kesehatan luar negeri berhasil menyembuhkan pria dari depresi berat karena putus cinta. Namun setelah sembuh, pria tersebut malah melukai perasaanya. Bagaimana perjuangan wanita tersebut untuk menyembuhkan luka hat...