36. Keputusan Rania

3.7K 368 20
                                    

Hari senin para karyawan sudah kembali lagi pada pekerjaan masing-masing setelah liburan. Dimas dilema, dia masih mengejar maaf Rania tapi pekerjaannya sangat banyak dan tidak bisa ditunda. Dia berusaha keras menyelesaikan pekerjaanya agar segera ada waktu menemui Rania. Tiba-tiba asistennya masuk.

"Maaf Pak Dimas, tadi Bu Aryn telepon suruh menyampaikan kalau Bu Rania pingsan dan sekarang di bawa ke klinik."

Tanpa pikir panjang Dimas langsung berlari menuju klinik, dia membuka hpnya ternyata daritadi sudah mati.

"Rania kenapa Dit?" tanyanya begitu sampai klinik.

"Kecapekan mungkin pak, tadi dia pingsan. Tapi sejauh ini semua pemeriksaannya baik-baik saja."

"Alhamdulillah," Dimas lalu duduk disamping Rania, dipandangi wajah pucat Rania yang sudah dua hari ini tidak dia lihat. Tiba-tiba rasa bersalahnya muncul dan mengutuk dirinya sendiri. Dimas selalu ingin menjaga Rania namun tidak lama kemudian ada telepon dadi asistennya bahwa ada tamu penting yang harus segera ditemui, mau tidak mau Dimas harus meninggalkan Rania. 

"Dit titip Rania ya, kalau ada apa-apa segera hubungi aku."

"Baik Pak."

Tidak lama setelah Dimas pergi, Rania membuka matanya.

"Kasihan tau Ran lihat wajah khawatirnya Pak Dimas, udahlah menghindarnya, udah kualat juga gak kapok kamu." Omel Dita

"kualat apaan sih? " jawab Rania dengan sisa-sisa tenaganya

"lha itu kamu pingsan."

Rania hanya diam saja, mungkin sudah cukup dia menjauh dari Dimas, sebenarnya dia juga kangen dengan kekasihnya itu. Setelah mendapat vitamin, Rania merasa lebih enak dan diizinkan pulang. Setelah sampai di asrama, Rania ingin mengirim pesan pada Dimas namun selalu dia urungkan. Kemudian dia tertidur sampai malam.

Dimas merasa kacau, karena pekerjaannya sangat banyak dan juga tamu yang tadi datang memberikan keluhan tentang kerjasama mereka. Dia benar-benar sangat khawatir dengan Rania karena sampai malam dia belum bisa melihatnya lagi. Satu jam kemudian akhirnya dia bisa menyelesaikan pekerjaanya, dia bergegas ke klinik untuk melihat Rania. Namun dia merasa kecewa karena Rania sudah pulang tanpa ada yang memberitahunya. Dimas segera menuju asrama karena ingin cepat melihat keadaan Rania. 

Sesampainya di asrama, Dimas kembali kecewa karena Rania dan yan lain di ajak pergi oleh Aryn membeli makanan. Lalu dia mencoba menelpon Rania.

"Halo Kak."

"Kamu di mana?"

"Aku lagi makan Kak sama Aryn dan yang lain di deket asrama. Kakak di mana?"

"Udah sehat?" Dimas tak menjawab pertanyaan Rania tapi lebih memilih menanyakan keadaan kekasihnya itu.

"Alhamdulillah udah Kak, tadi belum makan dan capek makannya pingsan." jelas Rania yang sudah merasa baik.

"Ya udah aku pulang."

"Kakak di mana?"

"Nggak penting kan aku di mana? Kamu juga gak mau menemui kan? Ya udah gak apa-apa, yang penting kamu udah sehat aku udah seneng dengernya. "

"Aku minta maaf, Kak!"

"Nggak apa-apa Ran, aku yang salah, udah dulu ya aku pulang. Kamu jaga kesehatan."
Lalu Dimas menutup teleponya dan pulang, hari ini adalah hari terkacau menurutnya, dia sudah pusing dengan pekerjaannya ditambah Rania yang seakan tidak lagi menghargainya.

"Kayaknya Kak Dimas marah Ryn." ucap Rania dengan wajah penuh penyesalan

"Kak Dimas lagi banyak pekerjaan mungkin, nanti aku bicara sama dia ya!"

Jangan Bilang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang