1. Pimpinan Gila

9.3K 582 21
                                    

Bandara

Rania POV

"Dita, Om sama tante titip Rania ya, kalau rewel paketin pulang aja ke sini!"

"haha siapp Om, nanti aku plester terus aku paketin pulang."

"Astagfirullah sadissss!"

"Pokoknya kalian hati-hati ya disana, jaga diri baik-baik, ingat selalu pesan Ibu ya Ran!"

"iya Ibu sayang,doakan aku juga ya selalu baik-baik disana"

Begitu acara pamitan selesai yang diakhiri adegan pelukan yang mengharukan, aku dan Dita mulai berjalan menuju ruang keberangkatan. Dalam hati sebenarnya aku sangat khawatir akan menjalani hari-hari jauh dari keluarga ,namun aku berusaha terlihat percaya diri agar orangtuaku tidak khawatir. Ya Tuhan mudahkanlah segala aktifitasku nanti, lindungilah aku dari segala macam bahaya.

Setelah kurang lebih 2 jam lamanya, aku dan rombongan pegawai baru tiba di Kuala Lumpur. Disana kami sudah di jemput oleh petugas dari Lembaga, yang akan mengantar kami ke asrama. Aku merasa sangat bersyukur, setelah lulus aku langsung diterima kerja ditempat yang terkenal dengan kesejahteraan karyawanya. Sebenarnya bukan hanya itu yang membuatku tertarik, tapi karena Lembaga ini bergerak dibidang kesehatan antar negara, dan program kerjanya lebih ke bidang sosial, terjun ke masyarakat tingkat bawah yang membutuhkan

Sekitar 30 menit perjalanan, kami tiba di asrama dan disana kami di sambut sangat baik.

"Halo semua, kenalin namaku Aryn Kusuma Wardana. Aku staff bagian SDM di sini. Jadi nanti semua keperluan tentang kepegawaian sama aku ya."

"Baik Bu, terimaksih." jawab Dita sopan dan Aryn tertawa.

"Sama aku biasa aja ya, gak usah formal banget, panggil Aryn aja biar lebih akrab gitu. O iya, perkenalan dulu kali ya."

"Oh iya Aryn, aku Dita bagian perawat."

"Aku Rania bagian KesMas, senang bisa bergabung."

Dan begitu seterusnya teman-teman satu rombongan memperkenalkan diri dan bagian masing-masing.

"Oke semua, selamat bergabung semoga betah. Dan tunjukan diri kalian yang terbaik ya." Ucap Aryn.

"nanti untuk pembagian kamarnya bisa konfirmasi dengan Pak Budi ya, beliau yang mengurusi logistik karyawan. Setelah istirahat dan persiapan, besok hari Minggu siang kita ketemu ya untuk membahas lebih lanjut tentang pekerjaan kita agar hari Senin temen-temen semua udah siap bergabung."

"Siap.. terimakasih ya Aryn untuk kesan pertamanya, Kita sangat merasa nyaman." jawabku dengan penuh syukur.

"Itu sudah jadi tugasku, maaf tadi namanya siapa?"

"Rania!"

"Oh iya Rania, bagian KesMas ya? mungkin nanti kita akan sering kerjasama karena bagian kita erat hubungannya."

"Oke,semoga bisa bekerjasama dengan baik."

Setelah perkenalan, kami dibagi dan ditunjukan kamar masing-masing. Lagi-lagi semua hal disini membuatku sangat bersyukur, Aryn yang begitu ramah memberikanku gambaran bahwa pegawai - pegawai disana nanti ramah seperti dia. Fasilitas asrama yang juga bagiku cukup baik. Setiap ruangan berukuran cukup luas, kamar mandi, ruang makan, balkon dengan pemandangan Kuala Lumpur yang indah.

Di setiap ruangan ada tiga tempat tidur, dan tentu saja aku memilih dengan Dita karena menurutku akan lebih nyaman jika bersama Dita. Kami berdua sekamar dengan satu teman Dita yang juga seorang perawat, namanya Sari.

Hari Sabtu malam kami habiskan untuk merapikan semua keperluan tinggal kami. Untuk makan, kami hanya dapat jatah makan siang di kantor, untuk selebihnya menjadi urusan masing-masing. Malam itu setelah selasai beres-beres, kami bertiga mencoba jalan-jalan keluar untuk mencari makan sekaligus menghafal jalan menuju kantor yang terbilang cukup dekat, hanya 10 menit jalan kaki dari asrama.

Tiba disebuah tempat makan tak jauh dari asrama, kita bertiga langsung memesan makanan. Kami asyik berbincang, tetapi pandanganku tertuju pada seorang pria tinggi dengan jaket hitam yang duduk di pojokan. Pandangannya kosong, wajahnya terlihat sedikit pucat. Di mejanya terdapat beberapa makanan dan minuman, namun sepertinya dia tidak menyentuhnya. Aku terus memperhatikan dia yang seperti sedang menunggu seseorang, namun dia terus melamun.

"Kamu lihat apa sih Ran?" Tanya Sari mengagetkanku.

"Eh, gak lihat apa-apa kok."

"Masa sih gak lihat apa-apa sampai diajak ngomong gak jawab."

"emang tadi nanya apa?"

"Nah kan!" Omel Dita.

"Hehe.. bukan apa-apa sih, cuma penasaran aja sama cowok yang duduk di pojok itu, dari 15 menit yang lalu dia ngelihatin makanan tanpa di sentuh."

"Yang jaket hitam itu? lagi nungguin pacarnya kali." ucap Dita.

"Iya mungkin, tapi aneh aja masa 15 menit betah nglihatin aja tuh makanan tanpa pindah."

"Udah biarin aja, makan aja yuk habis itu kita pulang, besok kita ada acara sama Aryn." ucap Sari menyudahi obrolan kita.

Setelah sampai asrama, aku membersihkan diri dan sebelum tidur aku telpon Ibu untuk sekedar melepas rindu. Ya begitulah baru beberapa jam pisah udah terasa kangen banget. Selesai menelpon Ibu, aku belum bisa tidur, aku melihat dua temanku sudah terlelap. Aku membuka pintu balkon dan menikmati pemandangan malam ini yang sekali lagi membuat aku sangat bersyukur bisa berada di sini. Beberapa menit di luar, aku melihat seorang yang duduk sendiri di bangku taman asrama. Terlihat jelas karena kamarku berada di lantai dua, tapi tunggu! bukankah itu cowok yang tadi di restoran?

Setelah memastikan, aku yakin dia adalah cowok yang tadi. Kira-kira dia kenapa ya, kok kaya mayat hidup gitu, hidup tanpa punya tujuan?

Saat tengah memperhatikannya, tiba-tiba dia memukul seseorang yang kebetulan lewat di depannya. Sontak aku juga ikut kaget, kemudian terjadilah keributan di bawah. Setelah banyak pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk turun.

"Ada apa sih ini?" Tanyaku pada Desi, teman rombonganku yang barengan masuk di lembaga ini.

"Itu si Bagas tiba-tiba dipukul." Bagas juga salah satu pegawai baru di rombonganku.

"Memang ada masalah apa sampai dipukul gitu?"

"Gak ada,,kenal juga belum."

"Tapi Bagas gak apa-apa kan?"

"Untungnya cuma luka ringan, udah di bawa ke klinik."

"Terus yang mukul itu siapa Des?"

"Emmm.. aku sebenarnya juga gak tau sih, cuma denger- denger dia itu salah satu pimpinan kantor kita, tapi dia gila."

"HAH..GILA???" teriakku kaget.

"haduuuuh pelan-pelan aja Ran!" Protes Desi.

"Maaf..maaf. Kaget sih, kok orang gila bisa jadi pimpinan?"

"Dia itu katanya depresi berat akibat patah hati sama pacarnya yang hampir nikah. nah gilanya sih kumat-kumatan gitu, terus karena dia itu pinter dan kinerjanya sangat bagus makanya masih dijadikan pimpinan."

"Oh gitu.. tapi kan serem juga ya kalau pas penting kerja terus dia kumat gitu."

"katanya sih setelah sakit gitu dia turun jabatan, dulunya lebih tinggi. Eh hati-hati, kayaknya dia pimpinan di bagian umum deh,itu kan deket banget sama bagianmu!"

Aku terus merenungkan kata-kata Desi, sampai di kamar aku masih belum bisa tidur, aku membayangkan apa yang akan terjadi besok di tempat kerja kalau yang di bicarakan Desi tadi bener. Tiba-tiba jiwa ciutku muncul.

Jangan Bilang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang