Sesampainya di rumah, Dimas tak tega membangunkan istrinya yang kelihatan sangat capek. Dia membuka pintu lalu kembali ke mobil dan membopong Rania, tetapi Rania lebih dulu terbangun. "eh udah sampai ya Kak? Maaf aku ketiduran." ucapnya
Dimas tetap akan membopong Rania.
"Nggak usah Kak. Udah bangun aku." kata Rania sambil nyengir. Namun Dimas tidak menjawab dia tetap menggendong Rania. Rania hanya pasrah, dia tau suaminya masih marah.Sesampainya di kamar Dimas lalu ke kamar mandi dan Rania pergi mengambil minum.
"Kak!" Dimas menoleh sambil menerima gelas yang sodorkan Rania.
"Marahnya udah ya? masa baru tadi pagi nikah udah marah dua kali."
"Siapa yang marah?"
"Kakak lah.. Masa aku"
"Ya Udah, Cium dulu!" kata Dimas sambil menyodorkan pipinya.
"Nggak mau, kakak lupa sesuatu."
Dimas mengerutkan keningnya.
"Ya udah deh, aku ke kamar mandi dulu."
"katanya gak boleh marah-marah?"
"siapa yang marah?"
" kamulah masa aku." Dimas menirukan Rania
"Kakak ihhh.. Nyebelin banget.. "
Dimas semakin tertawa melihat Rania yang berubah dratis, dia merasa sejak tadi Rania senang merajuk, sama sekali dia tidak keberatan malah senang. Kemudian dia mengajak Rania ke balkon kamarnya, dari balkon itu mereka bisa melihat indahnya kota Jogja. Dimas sudah menyiapkan kue ulangtahun dan beberapa buket bunga serta 3 bungkus kado.
"Selamat ulang tahun istriku Sayang,, semoga panjang umur, dan selalu bahagia bersamaku."
Rania tidak bisa berkata-kata, dia sangat bahagia dan terharu melihat semua itu. Lalu dia memeluk suaminya. "Kamu inget hari ini aku ulang tahun?"
Dimas menahan tawanya, sebenarnya sejak tadi dia berusaha membuat Rania kesal, kejadian di gedung soal mantan Rania tadi pun tidak berarti apa-apa, dia sangat percaya pada istrinya itu.
"Sukses deh ngerjainnya!" ucap Rania setelah sadar dia baru saja dikerjain suaminya.
Perhatiannya teralih pada tiga bungkus kado yang Dimas berikan. "Kok banyak banget kadonya?"
Dimas membantu Rania memegang bunga agar wanita itu bisa membuka kadonya. "kado yang ini aku baru beli kemarin, yang ini aku beli tahun lalu, dan yang ini aku beli di tahun sebelumnya. " kata Dimas sambil menunjuk kadonya
"Buat apa Kak?"
"pada saat itu aku melupakan ulangtahun kamu, dan setiap tahun di hari ulangtahunmu aku selalu membeli kado berharap bisa memberikannya untukmu." jawab Dimas penuh penyesalan.
Rania kembali memeluk suaminya. Dia tidak menyangka ternyata selama ini Dimas bener-bener menyesali kesalahannya. "Kak.. Aku gak tau lagi gimana bilang makasih sama kamu."
"Cukup dengan gak ninggalin aku lagi, Ran! Kalau sampai aku berbuat salah, hukum aku, tapi jangan dengan cara pergi. Dan insyaallah, aku akan berusaha untuk tidak membuat kamu kecewa, apalagi pergi dari hidupku."
Rania mengangguk pasti dan semakin mengeratkan pelukannya.
"Sekarang berani peluk-peluk ya?" goda Dimas.
"Diem aja atau aku gak mau peluk lagi!" sahut Rania dengan cepat dan membuat Dimas tertawa bahagia.
Mereka menikmati malam yang indah berdua. Menyatukan dua hati dan dua jiwa yang sempat terpisah menjadi satu ikatan cinta. Dinginnya malam dan kelap-kelip kota Jogja menjadi saksi perpaduan cinta kasih mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Cinta
RandomSeorang wanita bekerja di bidang kesehatan luar negeri berhasil menyembuhkan pria dari depresi berat karena putus cinta. Namun setelah sembuh, pria tersebut malah melukai perasaanya. Bagaimana perjuangan wanita tersebut untuk menyembuhkan luka hat...