Bagian 2 : Sarang Kecoa

576 73 115
                                    

Alunan jazz mengalun saat seorang pramusaji berpakaian rapi membuka pintu.

"Nama?" Dia membawa sebuah papan dengan kertas dan daftar di dalamnya.

"Kinar." Pramusaji melihat daftar tersebut, telunjuknya menyusuri kertas.

"Ikuti saya. " Ia kemudian mengantar Kinar ke suatu tempat.

Kafe itu tidak terlalu besar dan memanjang. Warna kafe didominasi hitam dan ungu bergaya industrial yang lux.

Lantainya dari parket kayu oak hitam. Sebelah kiri berderet meja bertiang besi dengan 2 kursi dan puff. Sebelah kanan terdapat sofa kayu berhadapan dengan lukisan zaman Renaisans pada latarnya.

Ia melewati meja bar berwarna hitam dengan lampu pijar hitam berpipa. Bawah mejanya membiaskan lampu LED membuatnya terlihat seperti benda dari luar angkasa.

Dudukan kursi bar berwarna merah marun membuat bar itu terlihat kontras dan seksi.

Pramusaji mengantarkan Kinar ke sebuah meja bertuliskan Reserved di ujung ruangan dengan sofa kulit panjang melengkung mengitari sebuah meja.

Warnanya yang ungu kebiruan membuatnya terlihat mewah. Sandarannya begitu tinggi sehingga akan sulit melihat sekeliling bila duduk disana.
Wah ini sangat ... Privasi.

Pramusaji yang berbeda mendatanginya. Menaruh menu dengan sampul kulit coklat yang dicetak bakar dengan logo restoran.
Sangat cantik.

Hampir seluruh makanan dan minuman memiliki 6 digit angka dengan nama yang asing.

"Sekarang atau nanti?" kata pramusaji dengan wajah yang ramah.

"Nanti saja mas," jawab Kinar.
Kinar tidak mau meresikokan diri menjadi pencuci piring tanpa gaji di restoran ini, oleh karena orang yang mengundangnya tidak datang.

Lama sekali.
Kinar sudah menunggu sejam.
Kinar bolak-balik melihat ke handphonenya yang hanya bisa untuk sms dan menelpon.

Kinar berbicara dalam hati. Tai, mungkin aku dibohongi ...Membesarkan diri sendiri? Bagaimana bisa? Itu bahkan tidak masuk ...

"Halo." Tiba-tiba pria yang ia tunggu, langsung duduk.

Orang itu hanya memakai kaos dan celana training.
Akan tetapi tidak adanya bau yang tercium, menyatakan bahwa ia sudah mandi.

Sementara Kinar melihat dirinya sendiri yang berkemeja putih, rok biru dan sepatu pantofel.

"Maaf terlambat. Hanya 1 jam. Tidak-tidak sebenarnya 15 menit. Itu pencapaian yg bagus. Percobaan awal terlambat sebulan. Haha I'm awesome.

"Tadinya ... Iya itu masih bahasa yang cocok kurasa. Waktu itu saya sudah mempersiapkan segalanya dalam tutza, bodohnya saya tahun ini setiap surface belum terkoneksi. Kertas, flash disk, printer yang kalian tahu sudah jarang ada."

Apa yang dia bicarakan? Insting Kinar, ini akan berjalan buruk.

"Emm. Nama saya Handoko, profesor. Perkenalkan."

Akhirnya pria itu memperkenalkan dirinya.

"Kinar." Dia lalu memperkenalkan dirinya.

"Ya. Saya tahu," ujar Prof.Handoko.

Apa? Kinar yakin ia tidak salah dengar.

"Waktu ... Waktu ... Saya benar-benar tidak terbiasa dengan ini." Handoko terlihat mempertimbangkan sesuatu sambil menjentik-jentikan jari.

Raising meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang