Kinar kecil menatap lama meja makannya. Mulutnya terbuka.
Ada nasi goreng, ayam goreng, tumis kangkung, soto ayam, telur omelet, dan pecel lele. Dihadapannya telah siap mangkuk piring sendok dan segelas susu coklat hangat.
"Sayang ... makan yang banyak ya. Bentar mama ambilin nasi gorengnya." 'Titik' terlihat antusias menyendokkan nasi goreng ke atas piring kosong Kinar.
'Gunadi' lalu ikut duduk di kursi makan. Raut wajahnya tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.
"Wah sayang masakannya banyak sekali." Lalu menyiratkan kata Kau pikir kita sanggup menghabiskannya?
Dengan memaksakan senyum."Masasih? Kinar kan harus punya tenaga banyak. Tasnya kan berat iya kan sayang?" 'Titik Sundari' tersenyum pada Kinar berharap dia mengiyakan pendapatnya. Lalu berpaling pada 'Gunadi' dengan menyiratkan kata Tak bisakah kau makan saja? Aku bekerja keras untuk ini. Dengan senyum yang memaksa juga.
Kinar mengangguk sambil menyendokkan nasi goreng dan omelet ke mulutnya, fokus pada hidangan di depannya.
'Gunadi' mengambil piring kosong menaruh nasi goreng, soto, lele, ayam, kangkung tapi tidak telur. Bentuknya mengingatkannya pada makanan Mars.
Tak sanggup menghabiskan huh?! 'Titik' menggeleng melihat kelakuan 'Gunadi' yang seperti orang kelaparan. Ia berharap sang ayah di dalam tubuhnya tidak terbangun karena sakit perut.
'Gunadi' terdistraksi dengan aroma coklat hangat milik Kinar kecil.
"Sayang kau tak buatkan aku susu coklat juga?""Orang tua tidak perlu minum susu. Badan dah gak bisa nyerep kalsium banyak-banyak," jawab 'Titik' sambil tersenyum maksa.
Kinar kecil memandangi 'Titik', mengerjap-erjap sambil mengunyah. Seperti merasa aneh dengan perkataan 'ibunya'.
'Gunadi' memelototi 'Titik'. Dari wajahnya 'Titik' menyadari suatu kekeliruan.
"Oh maksud mama. Susu coklatnya hanya untuk Kinar. Mahaall ... soalnya." 'Titik' sedikit tertawa.
Deru mesin mobil butut terdengar di depan rumah mereka diiringi klakson bernada sember. Mobil jemputan Kinar datang.
"Pergi dulu ya, Mah. Assalamualaikum." Kinar kecil pamit, menyudahi makannya, mengambil tas dan mencium punggung tangan 'Titik'. Wajah Kinar menunjukkan ketidakantusiasan.
"Eh entar dulu sayang!" 'Titik' mencegah Kinar pergi.
Dari pintu yang terbuka 'Titik' dapat melihat sebuah mobil jelek, Mitsubishi Colt tahun 80-an warna abu-abu penuh tambalan dengan fender dan bumper mobil sudah berkarat. Tapi yang paling terkutuk adalah isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raising me
Ciencia FicciónKinar seorang teller berusia 30 tahun tiba-tiba didatangi sosok misterius yang mengajaknya mengurus seorang anak. Kinar yang merasa jauh dari kemapanan secara jelas menolak. Ia merasa tertarik saat sosok ini berjanji memberikan imbalan. Akan tetapi...