Cruelly Sound From The Past...

271 47 0
                                    


Aliansi Kanade tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya. Mendengar nama tersebut merupakan sebuah hal yang buruk. Belum lagi Kanade yang terlihat begitu shock.

"Bagaimana? Apakah kalian terkejut sekarang? Ah..memberi kejutan itu menyenangkan bukan?" seru orang dibalik alat penyadap ini. Kaiko, seorang misterius yang hingga saat ini keberadaannya selalu tertutup dan hampir terlupakan.

"Hmmm...biar kutebak, Arima Kanade, Kirishima Ayato, Fueguchi Hinami, dan Tsukiyama Shuu. Wah, wah...orang itu hebat sekali memilih kalian untuk menyelidiki kasus ini secara langsung...."

Aliansi Kanade terhenyak mendengarnya. Bahkan orang ini tahu siapa saja yang dikirim ke London abad 19 ini.

"Kaiko, ba...bagaimana kau tahu..."

"Kanade-chan, kau tidak sopan sekali memanggil kakek buyutmu seperti itu, apa Ayahmu tak pernah mengajari tata krama ketika berbicara dengan orangtua padamu?" suara itu terdengar menekan Kanade.

Kanade terkesiap mendengarnya. "Bukankah itu julukanmu...aku bahkan...".

"Cucu tersayangku. Ingatlah siapa lawan bicaramu saat ini?" Kaiko menggertak Kanade.

Kanade menunduk dan hanya bisa mengalah saat ini. "Ma..maaf, Oujisan".

"Anak pintar. Kau memang mirip sekali dengan Ayahmu. Sangat mirip, sampai-sampai kalian tega membangkangku. Ayahmu tak lebih dari orang yang hina, tak tahu diri...."

Kanade semakin menundukkan kepalanya. Enggan mendengar seluruh ucapan orang yang menjadi lawan bicaranya saat ini.

Ayato yang geram melihatnya segera menyambar alat penyadap dari genggaman Kanade.

"Oi, kakek tua. Bisakah kau mengerti perasaan Kanade sedikit saja, jika dia memang cucumu" gertak Ayato.

"Ah...Ayato-kun, lama tidak jumpa..." Kaiko malah santai membahas hal ini. "Bisakah kau serahkan dulu pembicaraanku pada cucu tersayangku? Aku merindukannya lho."

Meski geram, Ayato kembali menyerahkan alat penyadap itu pada Kanade.

"Kanade-chan, sejak kapan kau menjadi orang baik seperti ini? Kau sudah tak mau menuruti kakekmu lagi? Hahaha...aku benar-benar salut melihat kau yang seorang mantan pembunuh, seorang yang pernah menyandang gelar Shinigami itu kini berubah menjadi orang baik-baik. Percuma aku selama ini melatihmu untuk menjadi orang hebat...".

Kanade terkesiap mendengarnya begitupun dengan orang-orang di sekitarnya. Lebih-lebih Ciel dan Sebastian.

Ayato geram dan segera menghancurkan alat penyadap tersebut. "Makhluk tua tidak berguna! Pembicaraanmu makin ngelantur".

"Kanade-chan, apa kau baik-baik saja?" Tsukiyama memperhatikan Kanade yang masih belum bergeming dari tempatnya.

Hinami terlihat cemas dengan kondisi sahabatnya yang merasa tertekan.

Kanada terdiam di tempatnya. Tidak ada sahutan lagi disana. Kepalanya menunduk dan rambut hitamnya sempurna menutupi wajahnya. Hinami menyentuh pundak gadis itu namun, pergerakan tak terdugalah yang didapat Hinami saat itu.

Dengan gerakan reflek yang cepat, Kanade menepis sentuhan Hinami dan kemudian beranjak dari tempatnya berdiri.

"Kanade, kau kenapa? Aku mencemaskanmu, kenapa kau malah..."

"Kau kira aku butuh kata-kata itu, huh? Jangan bercanda..." Kanade menyahut kasar dan membalikkan tubuhnya. Menampakkan dengan jelas wajah Kanade yang kini tidak seperti Kanade.

Aliansi Kanade terhenyak melihat ekspresi itu. Ekspresi yang sudah lama tidak mereka lihat dari Kanade. Mata hitam yang dingin menyala itu... Mata seorang pembunuh.

"Jangan pedulikan aku." Kanade pun pergi dari mansion Phantomhive.

"Kanade..." Seru Hinami sekali lagi. Namun, Kanade tak lagi mendengarkan dan telah menghilang di tengah gelapnya langit malam.

***

"Apa yang terjadi? Kenapa teman kalian begitu marah? Dan..."

"Kurasa cerita kelam itu akan kembali terulang. Apa sebaiknya kita ceritakan saja?" Tukas Ayato yang menyahuti pertanyaan Ciel.

"Tidak bisa. Bukankah waktu itu Kanade pernah bilang kalau jangan pernah lagi mengulang cerita itu?" Hinami menolak tegas.

"Tapi, Hinami... Di saat genting seperti ini apa baik membiarkan mereka yang telah berbaik hati membantu kita dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan karena kejadian malam ini?" Ayato membantah. Suaranya cukup keras membuat Hinami sedikit terkejut di tempatnya.

Ciel memegangi kepalanya dna kemudian berujar. "Yah... Itu bukan masalah bagiku jika kalian ingin menjelaskan atau tidak. Toh, ini bukan urusanku melainkan urusan kalian. Kalau begitu, aku kembali dulu ke kamar. Selesaikanlah masalah kalian secepatnya."

Ciel pergi meninggalkan ruangan berkumpul bersama Sebastian yang sebelumnya sudah memberi salam pamit pada Aliansi Kanade yang kini sedang kebingungan.

Hinami menghirup udara kuat-kuat kemudian membuka mulutnya. "Sekiranya kalian ingin mendengarkan akan aku ceritakan. Siapa sosok lain dari Arima Kanade."

Ciel menghentikan langkahnya sesaat. Sebastian yang mengikutinya di belakangnya juga ikut berhenti. Tidak ada sahutan berarti namun Hinami dapat merasakan kalau Ciel dan pelayannya itu masih bergeming di tempatnya.

"Sosok Shinigami yang telah ditinggalkannya jauh..."

"Shinigami?" Ciel menyahut pelan. Shinigami?

"Arima Kanade, sosok yang dulu dikenal dengan kekejaman dan kebrutalannya. Shinigami bagi para ghoul dan manusia. Pembunuh kejam yang dingin tak berperasaan. Tak terkalahkan walau seribu lawan pun menghadapinya. Tubuhnya lincah, dan sosok itu sangat gesit dalam menghadapi lawan-lawannya. Apa kalian percaya, kalau sosok Arima Kanade yang dulu pernah mengalahkan satu pasukan CCG sendirian? Memusnahkan mereka dengan mudahnya? Menggunakan dua bilah Katana miliknya yang melegenda." Hinami menjelaskan lebih detail lagi.

Ciel kembali ke ruangan dimana mereka berkumpul dan menatap tajam Aliansi Kanade yang kini menundukkan semua kepala mereka.

"Aku bersedia mendengarkan kalian. Ceritakan semuanya dan jangan ada yang terlewat." Ungkapnya.

Hinami mengangkat kepalanya. Ada jejak air mata disana. Dalam hati, ia merasa akan menyesal pada Kanade karena kembali membuka kisah lama itu.

Malam itu, disaat bulan bersinar dengan redupnya, awan hitam mengungkung langit. Suara-suara tiada pada malam itu. Hanya keheningan yang hampa. Sehampa sosok gadis yang kini berdiri tegap menatap langit diatas sebuah atap bangunan tua. Matanya kosong hampa tanpa harapan. Rambut hitam panjangnya berkibar terbawa angin malam yang cukup tenang meski langit amat suram.

Sekali lagi, malam itu... Kisah gadis yang kini menatap hampa itu akan kembali terbuka. Lembaran halaman yang sudah dilewati kembali diputar ulang bagai skenario yang hendak ditonton kembali. Sebuah kesuraman yang dialami oleh gadis itu. Masa-masa yang kejam.

Kisah seorang Arima Kanade. Dewa kematian yang dikenal dengan kekejaman tak berperasaannya juga kelincahannya ketika menghadapi musuh-musuhnya. Yang konon pernah mengalahkan ribuan pasukan terlatih di medan perang....

The War Begins: TOKYO GHOUL X BLACK BUTLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang