In The Day of The End II....

168 31 3
                                    


Kanade selesai menyanyikan lagu tambahan yang memang ia khususkan untuk Ciel. Ciel yang juga merasakan pandangan Kanade dan juga arti dari lagu itu juga merasa tertegun dengan lagu yang dinyanyikan barusan.

"Lagu itu benar-benar sesuai dengan dirimu ya, Bocchan." Tukas Sebastian.

Ciel tidak membantahnya karena itu memang benar.

It's my will with all my might. To stay strong put up a fight. I'm so lost but not afraid. I've been broke, I'll rise again. Won't give up I've come this far. Know what's right in my heart. I'll get back to my home. And for now I'm on my own....

Kanade memberi salam pada penonton tanda pertunjukannya sudah selesai. Ia membungkuk dalam-dalam. Instingnya mulai bekerja kalau musuh sudah semakin memdekat. Ia mengintip dari ekor matanya bahwa Hinami dan Ayato sudah memberi tanda.

Ciel, Sebastian, dan Lizzy segera mundur diantara kerumunan dan berlari ke atas gundukan tanah berumput. Disana sudah ada Shirota dan kawan-kawan yang menunggu mereka bertiga untuk mengambil Quinque mereka.

Ketiga pelayan Phantomhive sudah berlari menuju dua menara yang menghadap lokasi festival. Tanda dari Hinami dan Ayato cukup memberi peringatan bagi mereka.

Grell sudah semenjak tadi bersembunyi diantara semak belukar. Kanade segera turun dari panggung utama setelah mengucapkan beberapa patah kata dengan mata terpejam.

"Kumohon kepada seluruh penonton agar jangan ada yang meninggalkan arena ini. Karena penampilan selanjutnya akan segera dimulai."

Tsukiyama segera bergabung bersama yang lainnya sementara Kanade berjalan di depan guna menyambut kedatangan musuh.

Seluruh penduduk terkejut melihat adanya pasukan yang entah pasukan apa mendatangi tempat itu. Ratu merasa terkejut melihat pasukan perang itu. Beliau hendak memanggil seluruh pasukannya namun dihalangi oleh Sebastian dengan segera.

"Maafkan Hamba Yang Mulia Ratu. Peperangan ini biarkan kami yang menyelesaikannya."

"Kenapa ini bisa terjadi? Kenapa mereka..."

"Jelasnya akan kami jelaskan nanti. Serahkan saja pada Phantomhive." Sebastian segera membantu mengamankan penduduk bersama Shirota dan kawan-kawannya.

Kanade sudah melepas sebagian dari kain yang berada di gaunnya menyisakan gaun tipis hitam yang terlihat santai dibandingkan tadi. Matanya tajam menatap kedatangan Kaiko yang berdiri di barisan terdepan. Jumlah pasukannya ternyata cukup banyak.

"Lizzy... Apa yang kau lakukan? Biarkan kami membantumu." Seru Edward yang melihat Lizzy hendak bersiap untuk bertempur.

"Jangan, Kakak. Ini bukanlah musuh tandingan keluarga kita. Tenang saja aku akan segera menangani ini." Lizzy menyahut sambil mengacungkan pedangnya ke arah kakaknya.

"Lizzy..?" Gumam Ibunya yang merasa khawatir.

"Ayah, Ibu. Doakan aku. Dan doakan kami semua." Seru Lizzy.

"Wah, wah, wah... Cucu tersayangku ternyata sudah menyambutku dengan pasukan buatanmu itu. Hahahaha...." Kaiko angkat bicara setelah melihat Kanade yang berdiri dengan tatapan yang begitu tajam dalam diam.

"Aku tidak yakin kalau pasukan buatanmu itu akan menang melawan pasukan milikku. Jadi.. Mari kita lihat. Wahai cucuku yang tidak tahu diri..." Tepat diakhir perkataan Kaiko itulah musuh mulai melancarkan serangan mereka.

The War Begins: TOKYO GHOUL X BLACK BUTLERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang