" Aku pandai dalam hal menunggu, bahkan ketika kamu sudah berada disampingku , aku harus tetap menunggu, menunggu pada kepastian cintamu, menunggu untuk bagianku didalam hidupmu, menunggu untukmu mengatakan bahwa aku adalah milikmu- Gun "
Off Pov
Hari ini aku memutuskan untuk kembali membolos, ntah aku tidak dapat berpikir tentang hukuman apa yang akan aku dapatkan dari guru pembimbing saat aku kembali ke sekolah besok. Aku sedikit khawatir tentang hal itu , namun saat aku memandang kearah seseorang yang dengan erat menautkan jari jemarinya pada jemariku , membuatku tidak peduli dengan hari esok, dan hanya ingin menghabiskan detik demi detik bersamanya.
" Gun, itu bibi kwang. Ibu Ssing " Ucapku pada Gun yang sedang asyik melihat bunga - bunga , membuatnya mengikuti arah mataku memandang.
" Off, sudah lama sekali bibi tidak bertemu denganmu " Bibi Kwang menyapaku, berlari kecil menghampiri dan memelukku.
Perkenalkan dia adalah Bibi Kwang , ibu dari sahabat kecilku Ssing. Benar, selain Gun aku juga memiliki satu sahabat lainnya, dia adalah Ssing, Gun juga cukup mengenal Ssing namun tidak sedekat diriku. Bibi Kwang dan keluarganya dulu tinggal berdampingan dengan rumahku , namun karena tuntutan pekerjaan Ayah Ssing , mau tak mau mereka harus memutuskan untuk pindah, saat itu aku dan Ssing tidak pernah lagi bertemu, hanya lewat line sajalah kami dapat berbincang. Tapi itu tidak membuat hubungan persahabatan kami terputus, karena aku dan Ssing selalu berbicara tentang apa - apa saja yang kami lakukan hari ini, seperti pasangan suami istri, bukan ?
" Apakabar Bibi ? Aku sangat rindu padamu bi " Aku membalas pelukan Bibi Kwang.
" Baik, bagaimana dengan Off ? Bibi pun rindu padamu. Dan siapa si kecil ini ? " Tanya Bibi Kwang , menunjuk Gun yang masih diam disampingku dan menatap diriku bingung.
" Sahabatku, Gun " Ucapku , Gun tersenyum menyapa Bibi Kwang
" Gun ? Jadi kamu Gun ? Pantas saja " Bibi Kwang tersenyum dengan kagum, meskipun aku tidak mengerti namun aku hanya bisa ikut tersenyum
" Selamat pagi , Bibi Kwang. Namaku Gun Atthaphan, aku tidak terlalu mengenal Ssing, tapi kami cukup berteman dengan baik dan kafemu benar - benar indah Bibi Kwang " Gun sedikit membungkuk untuk bersikap sopan pada Bibi Kwang.
" Aku tahu, Ssing sering bercerita tentangmu, bahkan tadi pagi ia masih bercerita tentangmu dan Off . Ssing sendiri yang mendesain kafe ini. Ayo masuk , apa kalian ingin terus berdiri diluar ? " Ucap Bibi Kwang, terkekeh.
" Dimana Ssing ? " Sebenarnya aku tidak tahu kalau Ssing akan menceritakan tentangku dan Gun, tapi tunggu , sepenting itukah aku dan Gun hingga dia menceritakan segalanya tentang kami berdua pada Bibi Kwang.
" Sekolah. Oho tunggu dulu. Off jangan bilang kamu bolos sekolah ? " Bibi Kwang menatap mengintimidasiku.
" Benar bi, dia menarikku untuk ikut bersamanya " Jawab Gun , membuat Bibi Kwang menggelengkan kepalanya menatapku tak percaya.
" Baiklah , lain kali lebih baik aku mengajak Mook saja " Ucapku berpura - pura sedang merajuk.
" Terserah apa maumu!" Gun berjalan meninggalkan aku, tanpa sedikit pun menoleh kearahku.
" Aw, kukira dia akan merayuku " Off berlari kecil hendak mengejar Gun , namun Bibi Kwang menghentikannya.
" Lain kali jangan membolos lagi " Ucap Bibi Kwang, aku tersenyum dan mengangguk.
Siang ini aku dan Gun , kami berdua duduk berhadapan dimeja kafe milik Bibi Kwang , namun Gun hanya sibuk dengan ponselnya. Ada apa dengannya ? Apa sekarang ponsel itu jauh lebih penting dari diriku ? Menyebalkan.
" Sedang mengobrol dengan pria lain ? " Tanyaku , Gun melihatku sekilas lalu kembali sibuk dengan ponselnya.
" Apa itu lebih tampan dariku ? " sekarang ia malah tidak memberiku respon.
" Gun, aku ada didepanmu, bukan diponsel itu " Ucapku kemudian karena sudah terlalu kesal.
" Ada apa denganmu ? Apa harus berteriak seperti itu ? " Ada apa denganku katanya ? , aku tidak berteriak, aku hanya menaikan sedikit intonasiku, kenapa dia begitu sensitif hari ini.
" Kenapa kamu malah meneriakiku ? Aku hanya tidak ingin kamu terus memperhatikan ponselmu saat aku berada tepat dihadapanmu. Itu menjengkelkan ! " Jelasku, ia bangki berdiri , meletakkan ponselnya dimeja dengan kasar.
" Hanya beberapa menit saja kamu sudah berani meneriakiku seperti itu. Apa kamu pernah memikirkan perasaanku ? Menunggumu agar memperhatikanku bertahun - tahun lamanya , apa aku pernah menuntut akan hal itu ? Dan memang siapa aku ini untukmu ? Aku hanya sahabatmu, itu saja tidak lebih , benar bukan ? " Gun wajahnya memerah , sepertinya ia benar - benar marah, membuat beberapa pelanggan disana menatap kearah kami, ia berlari pergi dari hadapanku.
" Biarkan ia sendiri " Ucap Bibi Kwang ketika aku hendang mengejar Gun.
" Bibi " Gumamku, ia tersenyum.
" Apa kamu mencintainya ? " Tanya Bibi Kwang padaku.
" Bukankah kamu dan Mook sudah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih sejak lama ? " Ya Tuhan sungguh aku malas jika harus membahas Mook, mengingat perlakuannya pada Gun tadi pagi.
" Off ? " Panggil Bibi Kwang padaku lagi.
" Bi, akan aku jelaskan nanti, sekarang aku harus menemuinya. Dan menjadikan dia orang pertama yang menerima jawaban atas semua pertanyaan Bibi " Aku berlari mengejar Gun setelah itu, aku melihat duduk dibangku taman, saat aku hendak menghampirinya , aku begitu terkejut ketika seseorang meraih tubuh Gun untuk kemudian memeluk pria mungilku. Aku mencoba sedikit mendekat dan mendapati bahwa Ssing berada disana , sejak kapan ia datang ? Kenapa ia tidak memberi tahuku bahwa ia sudah pulang ? Aku bahkan sudah memeritahunya bahwa aku datang.
Aku memperhatikan Ssing yang sepertinya sedang mencoba menenangkan Gun yang sedang menangis, kupikir aku akan selalu membuat Gun tersenyum setelah ini tapi ternyata malah membuat orang lain menghapus air matanya. Aku begitu bodoh, selalu mengulang kesalahan yang sama. Selalu menghamcurkan hati orang sangat berharga bagiku.
Aku memutuskan untuk kembali ke dalam kafe , menemui Bibi Kwang.
" Bibi, bisakah bibi menjaga Gun sementara untukku ? " Tanyaku dan Bibi Kwang menatapku bingung
" Bagaimana jika Gun bertanya ?" Bibi memandangku meminta jawaban pasti.
" Katakan bahwa aku akan segera kembali " Jawabku, Bibi mengangguk.
" Off , berjanjilah. Jangan pernah mengecewakan pilihanmu " Aku tersenyum dengan yakin lalu berlari pergi, perlahan agar Gun tak bisa melihat kepergianku, itu berhasil.
Aku memasuki mobilku, masih teringat pemandangan kala Ssing yang mendekap tubuh Gun, ntah kenapa itu dapat membuat kepalaku menjadi pening. Aku mencoba meyakinkan diriku, Ssing hanya mencoba menenangkan Gun tidak lebih dan Gun hanya menyukaiku, aku harus yakin padanya. Aku melajukam mobilku dengan cukup kencang, aku takut sesuatu yang buruk terjadi disekolah, tidak peduli jika sesampainya disana aku akan terkena hukuman ganda, 1 hal yang harus lakukan membuat semuanya kembali seperti semula bersama Mook.
---- tbc 21/07/19
( Omo !! Off mau ngapain lagi si ketemu Mook ? Darimana coba dia tau kalau bakalan ada hal buruk disekolah selain dapet hukuman karena keseringan bolos ? Terus kenapa coba dia ninggalin Gun ? Off sebenernya masih labil yakan ? Rumit sekali sih si Papii :( )
Wait for next chap ❤
Thanks for reading 😳
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You Evil ?
Fanfiction" Jangan takut, cintaku akan berlari , mencari lalu menemukanmu saat hatimu merasa tersesat dan ingin pulang " - Gun " Aku tidak takut, sebab aku tahu , cintamu akan menyelamatkan hatiku saat ia putus asa dan tersesat " - Off