Author Pov
Tahun kelima : Gadis pirang yang tinggal disamping apartemen Off.
“ Kamu sedang apa ? ” Tanya Off pada Gun ditelpon.
“ Sibuk ” Jawab Gun dengan matanya yang terus menatap tablet miliknya.
“ Aku ? ” Off terdiam, sambil menunggu Gun meresponnya.
“ Er.. Kamu sudah belajar ? ” Tanya Gun membuat Off mendengus kesal.
“ Akan kututup, sepertinya bos besar sedang sangat sibuk sampai tidak memiliki waktu untuk anak pemalas sepertiku ” Off memutuskan teleponnya.
“ O..Off ” Gun menaruh ponselnya dengan kesal, ia sangat bingung dengan kekasihnya yang semakin hari semakin kekanakan.
“ Apalagi ini ? ” Tanya Jane sambil membawakan sepiring nasi goreng dan segelas jus stoberi untuk Gun.
“ Off sangat sensitif, aku bingung untuk menghadapinya ” Jawab Gun sembari menerima makanan yang disiapkan untuknya.
“ Terima kasih ” Ucap Gun setelah mencium aroma masakannya Jane yang lezat. Jane tersenyum dan mengangguk.
“ Ayolah, Gun. Aku pikir dia P'Off hanya merindukanmu. Aku tidak pernah mendengar kamu merindukannya, maksudku kamu yang mengatakannya terlebih dahulu. Kalian sangat jarang berkomunikasi, apa salahnya mengatakan hal itu ? ” Ucapan Jane membuat Gun tersadar, benar selama ini Off selalu mengatakan bahwa ia merindukan Gun terlebih dahulu.
“ Jane.. ” Panggil Gun, Jane menatapnya.
“ Bagaimana jika perasaan rindu Off habis untukku ? ” Tanya Gun membuat Jane mengernyitkan jidatnya.
“ Bagaimana jika itu yang sedang terjadi padamu ? ” Jane berbalik menanyakan hal yang sama pada Gun.
“ Hm ? ” Gun menatap Jane.
“ Kataku, bagaimana jika sebenarnya perasaan rindumu pada P'Off yang habis ? ” Tanya Jane membuat Gun tersedak.
“ Mustahil ” Jawab Gun, Jane menaikkan bahunya.
“ Maka itu juga mustahil bagi P'Off ” Balas Jane, Gun terdiam memandang piring dihadapannya.
“ Apa yang harus aku lakukan ? ” Gun kembali bertanya pada Jane, Jane mengambil ponsel Gun lalu mencari kontak Off disana kemudian menelponnya untuk Gun. Ia menyerahkan ponsel itu pada Gun.
“ Katakan padanya bahwa kau merindukannya ” Jane tersenyum dan kembali menikmati makanannya. Gun menarik nafas panjang lalu mengangguk, ia menunggu hingga lelaki diseberang sana mengangkat panggilannya.
“ Oh ” Off mengangkatnya membuat Gun tersenyum, sudah pasti Off tidak akan pernah mengacuhkan dirinya dan membuat Gun berpikir ia sangat beruntung memiliki Off.
“ Off.. ”
“ Huh ? ”
“ Aku ingin mengatakan sesuatu.. ”
“ Sebentar, seseorang datang dan aku akan membuka pintu sebentar ”
“ Baiklah ” Gun menunggu, ia menaikan satu alisnya ketika mendengar Off berbicara begitu akrab dengan seseorang diseberang sana.
“ Kenapa lama sekali ?... Tidak aku masih menunggumu ” Ucap Off dan samar samar Gun mendengarnya.
“ Apa kau sudah makan ? ” Gun mengernyitkan jidatnya saat ia mendengar suara seorang wanita disana.
“ mm... Off ? ” Panggil Gun.
“ Maaf membuatmu menunggu, baiklah sekarang katakan ada apa ? ” Tanya Off pada Gun, namun ia tidak kunjung mendapat respon dari Gun.
“ Gun..! ” Panggil Off sedikit kesal karena Gun hanya terdiam.
“ eum.. Aku ” Gun menjadi tak fokus.
“ Jika tidak ada yang ingin kau katakan akan kututup, aku sibuk ” Ucap Off dan Gun masih terdiam.
“ Kenapa kau mengatakan itu ? ” Tanya wanita yang berada disamping Off.
“ Dia menyebalkan, aku lapar, ayo makan ” Jawab Off pada wanita itu lalu menutup teleponnya.
“ O.. ” Gun terdiam, Jane menatapnya.
“ Mengatakan hal itu saja kau tidak bisa ? ” Tanya Jane.
“ Jane.. Off bersama dengan.. ” Gun menghentikan ucapannya dan memandang wajah Jane yang sudah penasaran.
“ Apa ? katakan, apa ? ” Jane menghentikkan aktivitasnya lalu fokus pada Gun.
“ Tidak, dia hanya sedang sibuk dan aku tidak ingin mengganggunya dulu. ” Jawab Gun membuat Jane memutar kedua bola matanya.
“ Baiklah, Tuan muda ” Jane bangkit berdiri untuk mencuci piringnya dan milik Gun. Gun menghentikkan langkah Jane, memegang ujung baju sahabatnya itu.
“ Malam ini, aku ingin menginap ” Ucap Gun.
“ Baiklah ” Jane tersenyum, ia tahu dan sangat mengenal Gun. Saat terjadi sesuatu Gun akan memilih untuk menginap ditempatnya karena ia ingin bercerita maka dari itu Jane tidak pernah memaksa Gun untuk bercerita karena sahabatnya yang mungil itu akan jujur padanya jika ia sudah siap.
Setelah merapikan kantor mereka, mereka pun pulang larut malam. Jane sudah merasakan keanehan Gun sedari tadi, bahkan ia menjadi semakin tak fokus. Saat diparkiran, Jane berjalan dan berdiri dihadapan Gun lalu menghentikan Gun saat akan masuk dikursi kemudi.
“ Malam ini aku yang akan menyetir, oke ? ” Ucap Jane sambil tersenyum dan mencubit kedua pipi Gun.
“ Baiklah, aku juga ingin tidur ” Balas Gun mengangguk.
Diperjalanan Gun hanya menatap kosong kearah jalan didepannya. Sesekali Jane melihat Gun dan menghela nafas, ia akan tetap menunggu hingga Gun mau menceritakan segalanya kepadanya. Ia mengusap kepala Gun dan tersenyum.
“ Tidurlah, istirahat saja. Aku akan membangunkanmu jika kita sudah sampai ” Gun tersenyum dan mengangguk mendengar perkataan Jane. Ia mencoba memejamkan matanya dan melupakan kejadian yang ia dengar saat menelpon Off tadi sore.
30 menit kemudian, mereka sampai. Setelah memarkirkan mobil , Jane pun membangunkan Gun. Gun masuk kedalam apartemen lalu kamar Jane dan langsung tertidur disana.
“ Apa kau mau mandi ? Aku akan menyiapkan air hangat untukmu ” Tanya Jane namun ia tidak mendapatkan jawabannya. Gun sudah tertidur pulas, sepertinya dia begitu kelelahan.
“ Hm selamat malam, Tuan ” Jane mematikan lampu kamarnya agar Gun dapat beristirahat dengan baik. Ia mengganti pakaiannya dan menyusul Gun untuk tidur.
Keesokan harinya Jane membangunkan Gun untuk sarapan dan berangkat bersama namun Gun berkata ia masih ingin tidur dan menyuruh Jane berangkat terlebih dahulu, Jane agak ragu dan khawatir tapi sekali lagi Gun berhasil meyakinkan Jane bahwa ia akan baik - baik saja. Jane tak punya pilihan lain ia pun sarapan dan berangkat sendirian ke kantor setelah menyiapkan keperluan Gun.
Setelah menunggu kedatangan Gun hingga 2 jam lamanya, Jane dan semua pegawainya dikejutkan dengan suara hantaman yang cukup keras dari tempat parkir. Jane berlari menghampiri mobil Gun yang menabrak pekarangan bunga milik kantor mereka, Jane mengetuk kaca mobil Gun dan mencoba membuka pintunya, Gun hanya menatap kosong kedepan dan membuat Jane semakin khawatir. Ia mengambil batu besar disana dan memecahkan kaca dipintu kursi penumpang. Gun tekejut dan menatap wajah Jane yang sudah marah dan khawatir, Gun pun menangis lalu Jane menghela nafas lega saat melihat Gun menangis, dengan begitu ia bisa mencari tahu apa yang sedang terjadi. Ia membuka pintu yang kacanya sudah ia pecahkan, membuka pintu Gun lalu mengeluarkan sahabatnya itu dari sana dan lekas memeluknya. Gun pun menangis sejadi - jadinya.
----------------
Tbc
17 / 10 / 2020
Lama ya nunggu cerita ini di Up ? Hehe maaf ya lama 😭 soalnya aku sibuk kerja terus.
Semoga kalian masih inget sama jalan ceritanya dan masih terus nunggu part - part selanjutnya. Sarangeyo 💚.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You Evil ?
Fanfic" Jangan takut, cintaku akan berlari , mencari lalu menemukanmu saat hatimu merasa tersesat dan ingin pulang " - Gun " Aku tidak takut, sebab aku tahu , cintamu akan menyelamatkan hatiku saat ia putus asa dan tersesat " - Off