S² - Fears

800 99 40
                                    

Gun Pov

Katakanlah , haruskah aku menungu ? Jawablah, sampai kapan ? Kembalilah, hatiku sungguh tidak mampu. Bicaralah, maka aku takkan melepaskan ” - Gun

Aku mendengar suara teriakan Off setelah aku memutuskan untuk meninggalkannya. Percayalah , hatiku begitu sakit melihatnya seperti itu, ingin sekali aku tetap disana , memeluknya dan mengatakan semua akan baik - baik saja. Tapi, aku berpikir itu tidak ada gunanya lagi, aku tidak memiliki tempat dihatinya, karena sepenuhnya itu milik Mook. Ntah apa yang ia hadapi serta apa alasannya pergi tanpa pamit hari ini lalu membuatnya hancur seperti itu, aku benar - benar tak tahu dan sulit berpikir. Yang dapat kudengar kini tangisannya yang begitu terisak dan sesekali ia berteriak seperti orang kesakitan.

Aku mengingat sesuatu, dengan tanganku yang begitu gemetaran , aku mengeluarkan ponselku dan dengan cepat menghubungi seseorang tanpa harus menunggu lama ia mengangkat telponku dan lagi saat menelponnya aku menangis, setelah itu aku menutup telponnya. Berjalan dengan gontai menuju rumahku.

Belum sampai aku membuka pintu rumah, seseorang menepuk pundakku. “ P'Tay... Cepat sekali ” Aku berbalik dan mendapati bahwa Oab juga ada disana. “ Off ada didalam ” lanjutku, mereka melirikku lagi untuk memastikan bahwa aku baik - baik saja sebelum akhirnya mereka berlari untuk melihat dan menenangkannya.

Setelah melihat bahwa mereka berdua sudah masuk ke dalam rumah Off, aku kembali berjalan menujur rumah sembari memegangi dadaku yang begitu sakit, rasanya enggan sekali untuk terus bernafas. Saat tiba didalam rumah aku berniat untuk meminum air , namun ponselku berbunyi.

“ Ibu ”

[ “ Terjadi sesuatu ? ” ]

“ Hm ? ”

[ “ Ibu mendengar suara anak ibu meminta tolong, aneh sekali padahal kamu berada di Thailand dan jaraknya beribu - ribu kilometer ”] Ya Tuhan rasanya aku ingin menangis dalam dekapannya dan mengatakan bahwa aku sakit dan tidak akan pernah baik - baik saja, aku ingin memintanya agar cepat pulang tp yang aku katakan hanya sebaliknya.

“ Aku baik - baik saja, ibu. Sepertinya ibu terlalu merindukan Gun, sampai - sampai bisa berkata seperti itu. Bagaimana dengan Ayah ? Bibi Emma dan paman Porsche ? Apa kalian bersenang - senang disana ? ”

[“ Ibu begitu merindukan anak ibu yang manja, kami semua baik - baik saja dan begitu menikmati liburan. Bagaimana dengan Off ? ” ] Ketika nama itu disebut hatiku kembali sakit, teringat betapa hancurnya dia didalam sana, aku terdiam sejenak

[“ Menantuku , Gun ? Bibi sangat merindukanmu, menyusulah dengan Off ”] Aku tersenyum kecut saat Bibi Emma berbicara seperti itu.

“ Iya bibi ”

[“ Dengar , Ibu tidak akan lama. Ibu dan Ayah mencintaimu, Gun. Sampai nanti ”]

“ Hm ” Aku segera mematikan ponselku, lalu berlari menaiki tangga untuk menuju kamarku, setelah itu aku membaringkan badanku dikasur dan menangis sembari memegangi dadaku, berharap sakitnya akan berkurang. Mendengar betapa lembutnya perkataan ibuku dan mengingat tangis lelaki yang aku cintai begitu mengiris hatiku.

“ Ya Tuhan, sakit sekali, sakit, ibu dadaku sakit sekali, ibu tolong aku. Ibu aku merindukanmu. ” Ucapku dalam tangis , aku menarik selimut , merengkuh didalamnya 'Off aku merindukanmu ' sembari terus terisak sampai tanpa sadar aku terlelap dalam tidurku.

Kriiingggg kringgg

Suara alarm membangunkanku, aku mencoba membuka mataku, terasa berat , masih begitu sakit dadaku. Aku segera beranjak dari kasurku untuk lalu bersiap berangkat sekolah. Tidak peduli bagaimana nanti pandangan orang - orang disekolah nanti , aku harus tetap berangkat.

Are You Evil ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang