"Pak Farel. Saya mau bicarain sesuatu."
"Vanessa. What happen? Kamu mau ngomong apa?"
"Pak Farel gak usah pura-pura gak tau. Saya mau penjelasan soal ini. Ini dari Pak Farel kan?" Vanessa memberikan kartu ucapan itu pada Farel.
"Iya, tapi apa lagi yang perlu saya jelasin ke kamu? Saya yakin kamu paham banget sama arti kata-kata itu."
"Bukan gitu Pak. Saya tau, saya paham semua artinya tapi maksud Pak Farel kasih ini tuh apa?"
"Vanessa... Kamu jadi gak ngerti juga soal ini? Oke, saya jelasin semuanya. Saya--" Farel mendekati Vanessa, menyentuh bahunya dan menatapnya penuh cinta.
"Pak... Pak Farel ngapain Pak?"
"Va, saya... Saya tau ini semua gak mungkin. Tapi saya cuma pengin kamu tau tentang perasaan saya. Saya mau jujur sama kamu kalo saya... Saya sayang kamu Vanessa. I love you. Saya sangat mencintai kamu. Tapi kamu gak perlu peduli sama perasaan saya ini. Vaness, i just wanna see you happy, without me. Maybe you will happy ever after with Eksa. Lupain aja semuanya, seperti yang saya bilang, yang penting kamu dah tau semuanya dan kamu tetep bahagia."
Farel memberikan pelukan hangat untuk Vanessa.
Vanessa tidak ingin Eksa tahu tentang pertemuannya dengan Farel itu. Lagipula Farel tidak memaksakan perasaannya pada Vanessa jadi Vanessa pikir tidak perlu memberitahukan hal itu pada Eksa.
Semua berjalan baik-baik saja hingga sekarang. Vanessa menjalani kehidupannya di sekolah dengan baik. Ia mengikuti semua pelajaran di sekolahnya dengan hati yang tenang.
•••
Hingga tiba saat yang menyedihkan, ayah Vanessa tiada karena sebuah kecelakaan. Vanessa pastinya begitu terpukul atas kejadian itu.
"Sayang... Stop! Udah jangan kayak gini. Kamu gak boleh gini sayang. Nanti kamu bisa drop dan sakit lagi. Biarin papa kamu tenang di sana. Kalo kamu kayak gini, gimana kamu bisa jaga mama kamu Vaness?"
"Kenapa ini semua terjadi? Kenapa harus papa?"
"Vanessa sayang, kita gak mungkin salahin takdir kan? Kamu gak sendirian sayang, ada mama kamu dan masih ada aku, Eksa-kamu..."
"Pak Eksa..." Vanessa pingsan karena terlalu shock dan sedih.
"Vaness... Kamu kenapa? Vanessa sayang bangun sayang! Kita ke rumah sakit sekarang!"
Eksa membawa Vanessa ke rumah sakit. Di sana dokter memberitahu bahwa penyakit jantung yang diderita Vanessa sejak kecil makin parah.
"Eksa, aku kenapa?"
"Sayang, kamu tenang ya! Kamu pasti akan baik-baik aja. Sekarang kamu gak boleh stress, pokoknya harus jaga mood kamu dan minum obat yang teratur ya sayang."
---
Di sekolah, Vanessa sedang terlibat konflik dengan guru olahraga yang merupakan mahasiswa PPL di sekolahnya. Itu karena Vanessa jarang mengikuti pelajaran olahraga akibat penyakit jantung yang dideritanya. Namun, Vanessa masih enggan memberitahu kondisinya yang sebenarnya pada orang-orang.
Hingga akhirnya suatu hari, Vanessa memaksakan diri untuk ikut pelajaran olahraga yang saat itu kegiatannya adalah lari jarak jauh. Saat itulah Vanessa pingsan dan akhirnya Pak Zennyar--guru PPL olahraga mengetahui semuanya di rumah sakit.
"Pak Zen, makasih udah bawa saya ke sini. Maaf kalo Pak Zen jadi harus repot gini."
"Gak, saya yang seharusnya minta maaf. Maksud saya, semua masalah antara kita di sekolah, saya... Ehm, saya baru tau kalo kamu beneran sakit."
"Iya gapapa Pak. Ee... Pak Zen tolong jangan kasih tau keluarga saya soal keadaan saya sekarang ya Pak. Saya gak mau buat mama saya jadi khawatir."
Zen mengangguk.
Zen yang tadinya angkuh dan tak peduli pada Vanessa, sekarang mulai berubah jadi sebaliknya. Bahkan, Zen seperti merasakan perasaan yang berbeda pada Vanessa. Namun, sepertinya tidak mungkin kalau itu cinta karena mereka masing-masing sudah punya pasangan. Vanessa dengan Eksa dan Zen dengan Tasya.
---
Waktu terus berlalu, semua peristiwa terjadi silih berganti. Saat ini Vanessa sedang kritis di rumah sakit. Dia butuh donor jantung sesegera mungkin. Saat itu pun, datang takdir dari Tuhan yang menyelamatkan hidup Vanessa. Seseorang mengalami kecelakaan dan memutuskan untuk mendonorkan jantungnya. Orang itu ternyata Tasya, kekasih Zen.
Operasi jantung berhasil, semua biaya operasi ditanggung oleh Eksa. Semenjak ayah Vanessa meninggal, perusahaan milik keluarga Vanessa mengalami kebangkrutan. Sehingga hidup Vanessa berubah, tidak semewah dulu. Bahkan ibu Vanessa kini harus memutar otak memulai usaha apa pun untuk melunasi hutang-hutang perusahaan dan membiayai hidup mereka kedepannya setelah tabungan yang mereka miliki habis.
Eksa lebih tenang karena kini Vanessa kesayangannya telah memiliki jantung baru.
***
Sekolah Vanessa telah usai. Saatnya Vanessa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Ia mendapat beasiswa untuk masuk ke sebuah universitas.
"Sayang, selamat yaa. Congratulation for your graduation."
"Makasih Eksa."
"Tapi kamu harus tetep jaga kesehatan ya, sesibuk apa pun kamu kuliah nanti, jangan lupa istirahat. Okee!"
Di kampus itu, Vanessa pun bertemu Zen. Ternyata itu juga kampus tempat Zen berkuliah. Zen sekarang merupakan mahasiswa tingkat akhir. Ia baru selesai menjalankan PPL di sekolah Vanessa. Kini ia lebih sering di kampus untuk menyelesaikan mata kuliahnya dan menyusun tugas akhir-nya. Semenjak kepergian Tasya, Zen jadi berubah lebih pendiam dan selalu suka menyendiri. Sampai detik ini, kenangan akan Tasya masih terus terbayang di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Romantic Husband
Romance[ SUDAH TERBIT ] "Cukup menjadi mantan gurumu saja. Jangan sampai aku jadi mantan kekasihmu. Karena aku hanya ingin kita bersama selamanya ditemani dengan kisah kasih yang indah. Aku mencintaimu sampai kapan pun." -Mr. E- *** Vanessa Putri Ardian ke...