Tangis sesenggukan masih terdengar. Vanessa tak kunjung bisa tenang. Ia benar-benar merasa tak berguna. Kata-kata mertuanya yang begitu pedas itu membuat hatinya teriritasi. Memang sampai saat ini Vanessa merasa belum bisa memberi kebahagiaan sesuai harapan Eksa. Namun, apa harus ia sesakit ini menerima cacian sang mertua?
Vanessa sendiri. Ia sungguh merasa sepi. Di saat-saat seperti ini yang ia butuhkan hanyalah bahu Eksa untuknya bersandar. Tapi tak mungkin Vanessa bisa mengadukan kata-kata mertuanya itu pada Eksa. Ia tak ingin menjadi pencipta jarak untuk hubungan ibu dan anak.
Vanessa hanya bisa mencoba tenang sambil membayangkan pertemuan pertamanya dengan Eksa. Bagaimana mereka dipersatukan hingga menjadi sepasang seperti sekarang.
--- flashback ---
Hari ini hari Sabtu. Hari Sabtu pertama Vanessa di Sekolah Menengah Atas. Vanessa yang masih berseragam SMP karena seragam barunya belum selesai dijahit menjadi pusat perhatian semua orang. Pasalnya sebagian besar teman-temannya sudah memakai seragam baru.
Seorang pria masuk ke kelas Vanessa. Ia adalah guru Bahasa Inggris di sekolah itu. Jujur saja, menurut para siswa perempuan di kelas, guru itu berparas begitu tampan, mereka langsung jatuh hati pada pria itu begitu melihat sosoknya. Mungkin Vanessa pun juga merasakan hal yang sama.
"Morning class, I'm your English teacher. My name is Eksa Susanto, you can call me Mr. Eksa," ucap Eksa memperkenalkan diri.
Eksa meminta para siswa memperkenalkan diri satu-satu dengan Bahasa Inggris dan menjelaskan apa mereka suka Bahasa Inggris atau tidak, beserta alasannya.
Kebetulan Vanessa duduk di bangku paling pojok belakang. Eksa pun menunjuk Vanessa untuk mulai lebih dulu.
"My name is Vanessa Putri Ardian, you can call me Vanessa," ucap Vanessa agak gugup.
"Oh Vanessa. Is it too long, right? Uhm, why don't i call you, Vaness? Can i?"
"Ehm, okay. Yes, you can, Sir."
"Of course. And then, how about English?"
"Uhm, i like English language, because.. It is interesting."
"Ho ho interesting. Okay, and then? Or just interesting?"
Vanessa mengangguk.
"Okay, thank you Vaness!"
°°° °°° °°°
Vanessa mulai terbiasa dengan pelajaran Bahasa Inggris Eksa. Sementara Eksa sendiri harus membiasakan diri dengan gombalan para siswa perempuan. Saat itu Eksa mengajarkan materi tentang pembacaan waktu. Seperti biasa setelah menjelaskan materi, Eksa memberi beberapa latihan soal. Sembari menunggu para siswa selesai mengerjakan soal, Eksa berkeliling mengecek siswanya satu-satu. Siapa tahu ada yang ingin mereka tanyakan.
"Hey Vaness, nah ini kamu bawa kamus paper," ucap Eksa ketika mendekati bangku Vanessa.
"Iya Sir, tapi tadi saya cari gak ada arti dari a.m. atau p.m.," sahut Vanessa.
"Masa' gak ada? Atau mungkin kamu yang gak bener carinya? Coba tak liat." Eksa mengambil kamus milik Vanessa.
Begitu Eksa mengamati kata-kata di kamus Vanessa secara saksama, beberapa detik kemudian Eksa bicara lagi.
"Iya gak ada. Mungkin yang bikin kamus juga gak tau artinya," tukas Eksa sembari menatap Vanessa dan menampakkan senyum manisnya.
Mau tak mau Vanessa pun membalas senyuman Eksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Romantic Husband
Romance[ SUDAH TERBIT ] "Cukup menjadi mantan gurumu saja. Jangan sampai aku jadi mantan kekasihmu. Karena aku hanya ingin kita bersama selamanya ditemani dengan kisah kasih yang indah. Aku mencintaimu sampai kapan pun." -Mr. E- *** Vanessa Putri Ardian ke...