Chapter 17 : Melepas Rindu

53 2 0
                                    

Risang menghela napas panjang. Ternyata kejadian barusan hanyalah mimpi. Saat ia melihat jam di dinding, waktu masih menunjukkan pukul satu pagi. Risang pun kembali mencoba memejamkan matanya. Ia harus kembali tidur. Namun, ia berharap semoga tak ada mimpi buruk yang menghantuinya lagi.

---

Vanessa masih tertidur pulas. Wajar saja, ini belum waktunya Vanessa bangun. Sekarang masih pukul tiga pagi.

Seseorang menghampiri Vanessa yang masih terbaring di ranjangnya. Orang itu makin mendekat ke arah Vanessa. Ia menyentuh lembut wajah Vanessa, membelai rambut panjang Vanessa yang tergerai indah kemudian mengecup dahi Vanessa dengan penuh kasih sayang.

"Aku kangen kamu sayang. Akhirnya kita bisa bersama lagi."

Ia terus mengecup semua area wajah Vanessa. Saat kecupan itu sampai di bibir Vanessa, Vanessa terkejut. Tidurnya jadi terusik. Ia pun terbangun dengan pandangan yang masih kabur. Vanessa seakan tak percaya dengan penampakan di hadapannya.

"Eksa? Apa ini beneran kamu?"

"Iyaa sayangku."

"Really? Gak deh, aku pasti lagi halu sekarang."

"Kenapa sih sayang? Vaness, ini beneran suami kamu sayang.."

"Tapi--" Vanessa mencoba berkali-kali mengucek matanya untuk memperjelas pandangannya. "Iya, ini nyata. Ini beneran kamu." Vanessa yakin setelah ia menyentuh wajah Eksa.

"Sayang.. Kamu nih! Aku kangen kamu tau." Eksa memeluk erat tubuh istrinya.

"Eksa. Maaf, aku pikir aku lagi halu. Abisnya harusnya kan kamu baru pulang besok. Kamu bilang lima hari kan? Masih ada sehari lagi."

"Aku sengaja selesaiin semua lebih cepet sayang. Aku dah gak kuat nahan rindu ke kamu."

"Lebay Eksa mah."

"Aku serius sayang. I really-really miss you so much. Emang kamu gak kangen aku?"

"Yaa kangen juga lah Eksa."

"Ya udah. Sekarang kita bisa sama-sama lepasin rasa rindu kita. I love you, my wife!"

"Love you too, Eksa."

Eksa enggan melepaskan pelukannya.

"Eksa, aku masih ngantuk. Ini masih terlalu pagi."

"Ya udah, kalo gitu kita tidur lagi yaa."

Eksa membaringkan tubuh Vanessa. Ia pun ikut berbaring di samping Vanessa. Eksa lebih mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Vanessa. Ia memeluknya kembali, menghirup aroma tubuh Vanessa dalam-dalam, dan mulai mengecup bibirnya.

"Eksa..."

"Hmm, hah.. Aku kangen kamu sayang."

"Kamu mau apa, Eksa? Ini masih pagi."

"Gapapa, bentar aja sayang. Kamu tau kan, suami kamu ini lagi bener-bener kangen banget sama kamu.."

"Eksaa,"

"Ssttt. Please sayang! Sebentar aja."

Eksa mulai membuka kemejanya kemudian perlahan membuka kancing piyama Vanessa satu per satu.

... ... ...

•••

"Eksa,"

"Hm, apa sayang? Kalo capek tidur aja!"

"Udah pagi. Kamu gak mau ke kantor?"

"Gak ah. Aku baru pulang dari ngurus kerjaan, sayang. Capek, aku mau istirahat aja. Aku juga butuh refreshing. Pokoknya hari ini waktu aku cuma buat istriku tercinta." Eksa mengeratkan pelukannya.

"Ya udah terserah deh kalo gitu."

"Udah, kita tidur lagi aja yaa. Bangunnya ntar aja."

Vanessa ingin kembali memejamkan matanya, tetapi tak bisa. Ini sudah waktunya Vanessa bangun. Setelah Eksa benar-benar tertidur pulas, Vanessa mencoba lepas dari cengkeraman Eksa. Ia pun bergegas untuk mandi, bersiap, dan pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Vanessa ingin menjajal kemampuan masaknya. Ia sudah sering berlatih memasak apa yang Eksa sukai selama ini. Setiap kali memasak makanan kesukaan Eksa, selalu saja ada rasa yang kurang. Ia berharap kali ini masakannya sempurna.

Eksa terbangun saat merasakan Vanessa tak ada di sampingnya. Ia memutuskan untuk mandi dan segera mencari Vanessa ke bawah.

Eksa mencium aroma masakan di dapur. Ia mendapati istrinya sedang sibuk dengan segala macam peralatan dapur dan bahan makanan. Eksa pun memeluk Vanessa dari belakang.

"Astaga Eksa, kamu udah bangun? Bikin kaget aja sih!"

"Maaf. Abisnya tadi waktu aku kebangun, kamu udah gak ada di samping aku. Makanya aku cariin kamu. Ternyata istri cantik aku lagi masak di sini."

"Eksa, jangan gangguin lah! Ntar jadi berantakan semua."

"Aku gak mau ganggu kok. Hm, biar aku bantuin deh. Aku harus apa sekarang?"

"Gak usah, kamu mending diem, duduk aja! Stay di meja makan tunggu masakan aku selesai yaa! Pokoknya masakan kali ini bakal enak deh. Aku usahain."

"Oke deh. Terserah aja kalo Vanessa maunya gitu."

Setelah masakan Vanessa siap, Eksa langsung mencicipinya. Ada raut yang terlihat aneh di wajah Eksa.

"Eksa. Gimana? Uhm, gak enak lagi ya?"

"Enak kok sayang. Cuma--"

"Cuma apa?"

"Agak asin aja. Tapi gapapa kok, aku suka asin."

Vanessa mencoba masakannya, "Iyaa ini asin banget. Astaga gagal lagi. Eksa maaf ya, udah gak usah dimakan lagi. Kita delivery aja atau makan di luar. Ini asin banget Eksa."

"Gapapa Va, ini masih bisa aku makan kok."

"Ihh jangan! Gak boleh pokoknya." Vanessa menyingkirkan masakannya dari hadapan Eksa.

"Sebenernya tuh gapapa sayang. Kan kamu udah buat capek-capek buat aku, masa' gak aku makan sih?"

"Tapi itu gak enak. Aku masih harus belajar lagi. Maaf ya Eksa."

"No problem Vaness. Coba kalo itu gak asin pasti bakal perfect banget deh, soalnya bumbu yang lain rasanya udah pas. Hm, tapi sayang.. Masakan kamu keasinan bukan karena kamu pengin ninggalin aku dan ganti suami kan?"

"Issh, Eksa kamu apaan sih? Kok bilang gitu?"

"Ya, aku pernah denger orang-orang dulu bilang kalo cewek masak keasinan itu tandanya cewek itu pengin nikah. Kamu gak pengin nikah lagi kan?"

"Hmm, gitu yaa? Gimana ya? Pengin gak ya? Kalo iya, harus mikir cowok mana yang bisa gantiin posisi kamu. Pastinya yang lebih perfect dari kamu."

"Ihh kamu kok gitu sih sayang!"

"Boleh kan kalo aku ngerasa bosen sama kamu?"

"VANESSA.."

Be My Romantic HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang