Berkali-kali Vanessa mengembuskan napas lega. Setelah menerima jawaban Vanessa yang sebenarnya mengandung sedikit unsur kebohongan, Eksa percaya begitu saja dan pergi ke kantor. Eksa tak mendebat Vanessa lagi dan memilih menuruti Vanessa yang bersikeras tak ingin Risang datang ke rumah mereka.
Jelas saja, Vanessa tak berani memberitahu Eksa tentang kejadian pertemuan bibirnya dengan bibir kembaran sang suami di bawah pohon dengan alunan gemericik air hujan kemarin. Vanessa tak ingin terjadi pertumpahan darah antara dua lelaki dengan muka serupa yang sama-sama dikenalnya. Lagipula Vanessa hingga saat ini masih bisa meyakinkan dirinya bahwa apa yang dilakukan Risang kemarin tak ada maksud apa pun, hanya kesalahan kecil, kekhilafan Risang karena terbawa suasana.
Kini Vanessa hanya bisa berdiam diri di rumah. Perempuan kesayangan Eksa itu mengisi sebagian besar waktunya dengan rebahan saja di kamar. Meski pagi ini demamnya sudah turun, tak dapat dipungkiri tubuh Vanessa masih terasa lemas. Belum lagi flunya yang belum benar-benar lenyap, tentu masih mampu membuat kepalanya agak pening.
Tiba-tiba acara rebahan Vanessa sedikit terusik karena suara ketukan pintu.
"Non, saya masuk ya!" seru bibi dari luar kamar Vanessa.
"Iya Bi, masuk aja!"
Bibi pun masuk ke kamar dengan membawa nampan berisi sepiring buah-buahan dan segelas susu dingin.
"Non.. Bibi mau anter ini. Dimakan ya Non. Biar cepet sembuh."
"Makasih Bibi. Taruh di atas meja aja, nanti saya makan kok."
Bibi meletakkan piring dan gelas itu di atas meja kecil di samping tempat tidur.
"Oh ya, gimana keadaan Non sekarang? Apa Non butuh sesuatu yang lain?"
"Saya udah baikan kok Bi. Sementara ini saya gak butuh apa pun."
"Kalo butuh sesuatu atau Non ngerasa gak enak lagi badannya, langsung bilang aja sama bibi ya!"
"Iya Bi. Bibi gak usah terlalu khawatir, lagipula saya cuma demam sama flu biasa, masuk angin gara-gara kehujanan kemarin. Saya gapapa."
"Iya Non, tapi dari tadi Den Eksa terus hubungin bibi, dia mau bibi selalu cek keadaan Non. Dia minta bibi langsung hubungin dia kalo Non kenapa-napa. Udah hampir tiga kali sejak berangkat ke kantor tadi, Den Eksa telepon, nanyain kondisi Non."
"Astaga. Eksa tuh ya, berlebihan banget. Udah Bi, gak usah didengerin. Bikin Bibi makin repot aja. Kalo perlu gak usah diladenin kalo Eksa telepon lagi Bi. Bibi tenang aja, Bibi gak akan dimarahin kok. Nanti biar saya yang kasih wejangan ke dia."
"Gapapa kok Non. Ini juga jadi tanggung jawab bibi. Bibi juga gak mau kalo Non kenapa-napa tapi Den Eksa gak tau. Bibi justru gemes Non, liat perhatian Den Eksa yang segitu besarnya ke Non. Gak perlu diragukan lagi, rasa sayang Den Eksa ke Non pasti besar banget, gak ada tandingannya."
"Maaf Bi ya, Eksa memang suka lebay gitu orangnya."
Obrolan mereka terhenti karena interupsi dari bel yang berbunyi.
"Eh, itu kayaknya ada tamu Non. Biar bibi liat dulu ya."
Vanessa pun mengangguk mempersilakan bibi turun.
Ketika bibi membuka pintu, bibi pun merasa heran melihat siapa yang datang.
"Den, kok udah pulang jam segini? Non Vanessa baik-baik aja kok Den, barusan aja saya cek ke kamarnya."
"Ehm, saya--"
"Eh maaf Den, masuk dulu."
"Bi, saya bisa ketemu Vanessa di kamarnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Romantic Husband
Romantizm[ SUDAH TERBIT ] "Cukup menjadi mantan gurumu saja. Jangan sampai aku jadi mantan kekasihmu. Karena aku hanya ingin kita bersama selamanya ditemani dengan kisah kasih yang indah. Aku mencintaimu sampai kapan pun." -Mr. E- *** Vanessa Putri Ardian ke...