Chapter 7 : Harapan

80 2 0
                                    

Beberapa tahun berlalu, usia pernikahan Eksa dan Vanessa sudah berjalan selama tiga tahun. Selama itu pun perhatian dan sikap romantis Eksa untuk Vanessa tidak pernah berkurang.

Namun, akhir-akhir ini Vanessa merasa sedih. Ia merasa belum bisa membahagiakan Eksa sepenuhnya karena hingga detik ini keluarga kecil mereka belum lengkap dengan kehadiran seseorang yang begitu mereka harapkan.

Malam itu Eksa pulang dari kantornya, seperti biasa ia mendapati istri tersayangnya sedang melamun di balkon kamar mereka sambil menatap langit malam.

Eksa memeluk Vanessa dari belakang.

"Sayang!"

"Eksa kamu dah pulang."

"Iyaa. Kamu sih ngelamun sendirian di sini sampe gak tau suaminya dah pulang kantor."

"Maaf."

"Hmm gapapa kok sayang. Kamu kenapa sih?"

"Aku gapapa kok Eksa."

"Gak sayang. Aku tau pasti ada apa-apa. Kamu masih kepikiran sama yang kita bicarain beberapa hari yang lalu?"

"Eksa... Kenapa sampe sekarang kita belum bisa punya anak? Apa Tuhan gak percaya sama aku? Tuhan gak pengin aku jadi seorang ibu? Emang aku ini kenapa? Aku salah apa?"

"Sstt, kamu kenapa ngomong kayak gitu sayang? Vaness... Mungkin ini belum waktunya aja sayang. Tuhan udah siapin sesuatu yang indah buat kita kedepannya nanti. Sekarang ini Tuhan masih pengin kita nikmatin moment berduaan dulu. Tuhan mau perhatian aku tetep buat kamu aja saat ini. Coba kamu pikir, kalo kita punya anak, pasti perhatian aku bakal kebagi ke dia juga kan?"

"Eksa maafin aku, aku belum bisa kasih kebahagiaan buat kamu dan jadi istri yang sempurna buat kamu."

Eksa membalikkan posisi tubuh Vanessa hingga kini mereka sudah berhadap-hadapan. Ia merengkuh tubuh Vanessa ke dalam pelukannya.

"Hey sayang. Stop! Kalo aku denger kamu ngomong kayak gitu lagi, aku gak akan mau ngomong lagi sama kamu! Bagi aku, kamu yang paling spesial dan sempurna di dunia ini. Vaness, satu-satunya kebahagiaan terbesar aku udah aku dapetin dari dulu, kamu tau itu apa? Mrs. Vanessa Eksa Susanto. Dia kebahagiaan terbesar aku."

Vanessa hanya terdiam dan menikmati rasa nyaman berada dalam pelukan Eksa.

"Kamu udah makan malem?"

"Belum..."

"Ya udah, abis ini kita makan sama-sama yaa. Tapi aku mandi dulu. Badan aku masih bau keringet gini. Okee..."

Bagi Vanessa, Eksa selalu menjadi mantan gurunya yang romantis.

Selesai makan malam, mereka beranjak masuk ke kamar. Vanessa sudah bersiap akan tidur, tapi Eksa justru masih sibuk menatap layar laptopnya.

"Eksa, kamu seharian kerja di kantor masih gak cukup? Di rumah pun kamu masih mikirin kerjaan? Padahal udah semalem ini."

"Maaf ya sayang, tapi ini nanggung, aku pengin selesaiin sekalian. Deadline-nya juga udah deket."

"Hmm, gak harus malem ini juga kan? Kamu juga butuh istirahat Eksa."

"Vaness sayang, iyaa ini bentar aja kok. Kamu tidur aja ya! Ini udah malem. Bentar lagi aku juga nyusul."

Vanessa tak mendengarkan Eksa. Ia memilih tetap terjaga dan menemani Eksa. Vanessa menyandarkan dirinya ke dada bidang Eksa. Melihat hal itu, Eksa menyunggingkan senyum kecil.

"Sayang... Kok kamu gak tidur?"

"Aku gak bisa tidur kalo kamu masih kerja kayak gini."

"Jadi istriku tersayang mau nemenin aku kerjain ini??"

"Iyaa Eksa. Aku tungguin sampe kamu selesai."

"Okay, up to you honey!!"

Melihat Eksa yang terus fokus dengan layar laptopnya, Vanessa mulai merasa bosan sendiri.

"Eksa??"

"Apa sayang?"

"Ihh Eksa. Kapan selesainya?"

"Nanti sayang, bentar lagi. Kenapa? Kamu ngantuk? Kan aku dah bilang, kamu tidur duluan gapapa sayang."

"Gak Eksa, aku gak bisa tidur. Aku bosen nungguin kamu tau."

"Ya kan aku gak nyuruh kamu nungguin aku Vaness..."

"Ahh kamu mah..."

Eksa hanya tertawa karena gemas dengan tingkah Vanessa.

"Eksa, aku buatin kopi buat kamu ya?"

"Gak usah, sayang."

"Udah gapapa yaa... Aku juga pengin minum kopi kok."

"Ya udah terserah Vanessa aja yaa."

Vanessa membuat kopi untuk dirinya sendiri dan untuk Eksa.

°°°

Eksa pun akhirnya selesai dengan pekerjaannya.

"Oke sayang, aku dah kelar nih. Sekarang kita bisa tidur. Ternyata kamu gak pernah berubah ya sayang, kamu tetep gak bisa tidur tanpa aku."

"Makanya jangan sibuk sama kerjaan mulu!"

"Maaf sayang. I'm so sorry. But, aku tetep gak lupain kamu kan walau sesibuk apa pun aku kerja?"

"Hmm."

"Ya udah, tidur yuk! Ngantuk nih... Good night honey, have a nice dream!"

Eksa mengecup kening Vanessa dan membawa Vanessa dalam pelukannya. Vanessa sudah terbiasa tidur di pelukan Eksa, itu sebabnya ia tak bisa tidur tanpa Eksa.

***

Pagi harinya, Eksa sudah bersiap untuk kembali ke kantor. Tentu saja Vanessa membantu Eksa bersiap.

"Sayang aku berangkat dulu yaa..."

"Eksa aku bosen sendirian di rumah."

"Ehm terus kamu mau gimana sayang? Kalo bosen, kamu main ke kantor aku aja! Aku bakal seneng banget."

"Ntar aku malah ganggu kerjaan kamu."

"Gak lah sayang."

"Aku boleh jalan-jalan keluar?"

"Emang kamu mau ke mana sayang?"

"Yah ke mana aja, yang penting gak di rumah."

"Sendirian jalan-jalannya??"

"Abis sama siapa lagi?"

"Sayang ntar kalo ada apa-apa gimana?"

"Aku janji gak akan kenapa-napa Eksa. Aku bisa jaga diri. Please, boleh yaa."

"Hemm, oke oke. Iyaa boleh sayang, tapi kamu janji kalo ada apa-apa harus kabarin aku ya!!"

"Siap Pak Eksa."

"Ya udah aku berangkat dulu ya, love you!" Eksa mengecup puncak kepala Vanessa.

"Love you too Eksa... Take care!"

Be My Romantic HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang