Chapter 20 : Panic Husband

64 2 0
                                    

Risang sedang mondar-mandir di depan ruang IGD rumah sakit. Ia terus memikirkan bagaimana kondisi Vanessa di dalam. Kepanikannya itu membuatnya sampai hampir lupa mengabari suami Vanessa. Bagaimanapun Eksa harus ada di sana juga, tak mungkin Risang membiarkan Eksa tak mengetahui kondisi istrinya sekarang.

Risang segera mencari nomor Eksa dalam daftar kontak ponselnya, segeralah terdengar nada sambung yang diikuti dengan suara kembarannya itu.

"Halo Risang, tumben lo telepon gue jam segini? Ada apa Sang?"

"Sorry Eksa, gue baru bisa kasih kabar ke lo sekarang. Habisnya gue bener-bener panik banget. Ini soal... Vanessa..."

"Vanessa? Ada apa sama dia? Apa semua baik-baik aja?"

"Justru karena keadaannya gak baik makanya gue harus hubungin lo sekarang. Gue tau lo lagi sibuk di kantor. Tapi, tolong Eksa, lo harus ke sini. Istri lo pasti butuh lo sekarang."

"Iya. Lo yang jelas dong. Ke sini, ke mana maksudnya? Vanessa kenapa sih?"

"Rumah sakit Citra Sejahtera. Ruang IGD. Vanessa lagi ditanganin di sini."

"APA? Rumah sakit?? Kok bisa? Vanessa kenapa, Sang?" Eksa begitu kaget mendengar istri kesayangannya masuk rumah sakit.

"Lo mending ke sini aja sekarang juga! Nanti gue jelasin di sini."

"Oke. Tolong jagain Vanessa dulu. Gue jalan sekarang."

Eksa beranjak keluar dari ruangannya, ia bicara pada sekretarisnya agar semua pertemuannya hari ini dibatalkan. Pikirannya kacau, ia membayangkan hal-hal buruk terjadi pada istrinya. Jika memang terjadi, Eksa tak kan bisa memaafkan dirinya sendiri. Ia akan merasa menjadi suami yang tak becus menjaga istrinya sendiri.

Tanpa memikirkan risiko kerugian atau pembatalan kerjasama yang akan menimpa perusahaannya akibat batalnya rencana meeting-nya hari ini, Eksa melangkahkan kaki selebar dan secepat mungkin menuju parkiran mobil. Ia langsung tancap gas menuju rumah sakit. Baginya, yang terpenting adalah keadaan Vanessa. Vanessa selalu jadi prioritasnya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Eksa langsung mencari di mana letak ruang IGD. Ia begitu berapi-api ketika melihat Risang tengah terduduk lemas di kursi tunggu sambil menutup mukanya.

"RISANG? Gimana Vanessa?"

"Eksa, akhirnya lo dateng juga. Vanessa masih di dalem. Dokter belum keluar dari tadi."

"Ya Tuhan, kamu kenapa Va? Kamu harus baik-baik aja sayang!" Eksa mengoceh sendiri, terlihat raut kesedihan dan kegelisahan di wajahnya.

"Sabar Sa, Vanessa pasti baik-baik aja."

"Sang, sebenernya apa yang terjadi? Kenapa Vanessa sekarang harus masuk IGD dan sama lo di sini."

"Oke Sa. Lo tenang dulu. Gue bakal ceritain semuanya ke lo." Risang pun mulai menceritakan kronologis kejadian bagaimana ia bertemu Vanessa di jalan tadi.

"Astaga! Kenapa bisa gitu sih? Ini semua salah gue. Seharusnya gue gak ngebiarin Vanessa pergi sendirian. Maaf sayang!" Perlahan tetesan air mengalir dari mata Eksa.

"Lo gak salah Sa. Vanessa sempet bilang kalo lo lagi sibuk banget di kantor, ada kerjaan yang lo gak bisa tinggalin. Vanessa nekat pergi sendiri mungkin karena terlalu kangen sama bokapnya. Kita juga gak tau bakal ada kejadian kayak gini kan."

"Tetep aja, harusnya gue tetep temenin Vanessa. Sama aja, sekarang gue juga batalin meeting penting gue. Harusnya gue lakuin itu dari awal."

"Udah Eksa. Percaya deh, Vanessa pasti gapapa."

"Risang tapi lo yakin kan kalo preman-preman sialan itu belum sempet nyakitin Vanessa?"

"Gue rasa Vanessa cuma shock karena preman-preman itu hampir aja nodain dia. Tapi itu hampir Sa. Belum terjadi. Vanessa bilang gue gak terlambat. Vanessa juga gak terluka, gak ada senjata tajam yang dibawa preman itu. Begitu gue berhasil usir tuh preman dan gue coba bantu Vanessa berdiri, Vanessa langsung pingsan. Gue juga gak ngerti dia kenapa Sa."

"Semoga Vanessa baik-baik aja. Gue ngerti banget, selama ini fisik Vanessa emang lemah banget. Dia gak boleh capek, apalagi terguncang kayak gitu. Terlebih dia juga pernah ada riwayat sakit jantung. Meski dia udah dapet jantung baru, gue takut kejadian ini ngaruh ke keadaan jantungnya sekarang."

Obrolan Risang dan Eksa terhenti begitu seorang dokter keluar dari ruang IGD.

"Keluarga Nyonya Vanessa??" Dokter bertanya pada Eksa dan Risang.

"Saya Dok. Saya suaminya. Gimana keadaan istri saya Dok?" Eksa yang masih begitu panik mencoba mendapat keterangan dari dokter itu.

"Tenang Pak. Istri Anda sudah lebih baik sekarang. Shock membuat keadaan istri Anda sempat melemah tadi. Tapi, kami tim dokter sudah berhasil membuatnya lebih tenang. Harap diingat Pak, kondisi istri Anda sangat rentan. Jangan biarkan dia terlalu stress atau mengalami shock lagi."

"Iya Dok saya mengerti. Apa saya boleh melihat istri saya sekarang?"

"Silakan saja Pak. Nyonya Vanessa kebetulan sudah sadarkan diri tadi."

"Terima kasih Dok."

Dokter itu berlalu. Eksa segera ingin masuk ke ruangan. Ia tak sabar ingin memastikan keadaan istrinya.

"Sang, gue mau liat keadaan Vanessa sekarang. Ayo!"

"Mending lo aja Eksa. Gue mau urus administrasi dulu. Lo tenang aja. Biar gue urus semuanya, lo temuin Vanessa sekarang. Semoga Vanessa baik-baik aja."

"Thanks Risang! Lo emang temen terbaik."

"Sans aja Sa. Gue gak akan biarin 'twins' gue ribet sendiri."

Eksa memasuki ruangan IGD. Ia makin merasa bersalah melihat istri tersayangnya sedang terbaring lemas di ranjang. Eksa mendekat ke arah ranjang, menggapai wajah Vanessa, mengusap lembut pipi Vanessa.

"Vanessa," sapa Eksa dengan begitu lembutnya, suaranya masih bergetar.

Vanessa yang tadinya memejamkan mata kini telah membuka matanya, menatap sosok pria di hadapannya, "Risang .... " itu kata pertama yang Vanessa ucapkan.

Be My Romantic HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang