Flashback
SMA YG. Siapa yang tidak mengetahui SMA elit itu. Menyebutkan namanya saja membuat murid-murid dari sekolah lainnya merasa terintimidasi. SMA ini sangat diminati oleh hampir keseluruhan siswa. Bukan hanya uang yang diandalkan untuk dapat bersekolah di sekolah ini, namun otak dan etika menjadi poin penting dalam penilaiannya.
Setiap tahunnya, SMA YG hanya menerima 150 orang siswa namun peminatnya entah mengapa semakin banyak setiap tahunnya. Ada ujian atau seleksi ketat yang harus dilalui agar dapat masuk ke sekolah yang sudah menjuarai berbagai perlombaan atau olimpiade baik dibidang akademik maupun non akademik. Sekolah ini juga membuka jalur beasiswa dengan memilih sendiri siswanya yang pantas menerima beasiswa tersebut. Kelasnya juga terbagi menjadi kelas unggulan dan kelas reguler.
Itu adalah image sekolah di mata masyarakat. Namun nyatanya sekolah ini juga tidak jauh berbeda dari sekolah lainnya. Memang fasilitasnya yang lengkap dan prestasinya membedakan sekolah ini dari sekolah lainnya namun selain itu sekolah ini sama dengan sekolah lain.
Di antara semua murid yang bersekolah, ada beberapa yang memiliki nilai etika yang tidak terlalu tinggi. Bisa ada siswa yang perilakunya melenceng jauh. Misalkan saja, terlambat datang dan mencontek PR di pagi hari adalah keadaan yang lazim dijumpai.
Kelas XI IPA A tahun ini merupakan salah satu kelas yang menciptakan rekor sebagai kelas tergesrek di sepanjang sejarah YG. Kelakuan mereka membuat guru-guru hanya geleng-geleng kepala dan membatin kesal. Besar keinginan wali kelas sebelumnya memberi tanda coret pada kata naik kelas, namun nilai mereka yang menghiasi indahnya buku raport mereka mencegah hal itu terjadi.
Pagi ini terjadi keributan di kelas tersebut. Salah satu muridnya, Bambam yang biasanya datang lima menit sebelum pelajaran dimulai, hari ini datang lebih awal demi mencontek tugas kimia 150 soal yang harus dikumpulkan di jam pertama. Banyak suara tumpang tindih terdengar dari kelas ini.
"Hei, bagi contekan dulu dong!" teriak Bambam saat di depan pintu.
"Siapapun yang sudah mengerjakan nomor 70, tolong kasih tahu!" timpal Hanbin yang sudah lebih dulu ada di dalam kelas dan mencontek tugas entah siapa itu bersama Lee Hayi dan Lee Chanyuk.
"Nomor 100 apa jawabannya?" tanya Yook Sungjae.
"Bagi Tip-X dong. Aku salah tulis ini," kata suara yang lain.
"Ada yang lihat catatanku ada di mana?"
Itu adalah serangkaian percakapan yang terdengar. Volume yang terdengar hingga ke koridor kelas membuat mereka yang lewat di depan kelas tersebut harus menutupi telinga mereka agar tidak tuli mendadak.
'kringgggg' bel masuk berbunyi.
Semua murid bur-buru kembali ke tempat duduk masing-masing. Tidak lama kemudian, Pak Sugeun masuk dengan seorang perempuan dengan rambut dikuncir dan mengenakan kacamata bulat.
"Berdiri!" perintah Hanbin, selaku ketua kelas. "Beri salam!"
"Selamat pagi, Pak!" sahut mereka kompak.
"Selamat pagi," sapa Pak Sugeun. "Hari ini, kita mendapat tambahan siswa baru. Semoga kalian semua berteman dengan baik ya," jelasnya. "Perkenalkan dirimu," sahutnya pada perempuan itu.
"Nama saya Kim Jisoo. Saya pindahan dari SMA XX. Sekian," kata Jisoo.
"Baiklah, bila ada yang ingin bertanya pada Jisoo bisa dilanjutkan saat jam istirahat," kata Pak Sugeun. "Silahkan duduk di samping Lisa. Lalisa Manoban, tolong angkat tanganmu agar Jisoo tahu tempatnya di mana."
Lisa mengangkat tangannya dan Jisoo segera berjalan menuju tempat duduknya yang terletak di bangku kedua dari belakang dekat jendela.
"Bapak dapat pemberitahuan tadi pagi kalau jam kimia kalian nanti kosong karena Pak Eun Jiwon tidak dapat masuk hari ini. Oleh karena itu, tugas 150 nomor nanti akan dikumpulkan pada ketua kelas. Ketua kelas nanti kumpulin tugasnya di meja Pak Jiwon seperti biasa. Apa ada yang ingin ditanyakan?" tanya Pak Sugeun. Dia memindai setiap murid, memastikan mereka semua hadir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You No Matter What (Bobsoo)✓
Fiksi PenggemarKetika kenangan yang paling berharga buatmu harus tertimbun begitu dalam hingga terlupakan, apa yang harus dilakukan? Mengikhlaskannya pergi atau berusaha mengingatnya kembali? Mencari kenangan yang baru atau tetap bertahan meskipun pada hati yang r...