Sembilan Belas

552 74 10
                                    

Dia segera berlari ke lantai dua. "Bobby! Jihun!" panggilnya. "Jis?" balas Bobby. Jisoo dengan cepat menuju kamar Jihun dan melihat Bobby menggendong Jihun yang menangis. Dia masih mengenakan pakaian rumah.

"Jihun kenapa?" tanya Jisoo cemas. Dia menatap Jihun yang menangis keras dengan khawatir.

"Demam. 38,3" jawab Bobby singkat. Dia juga sama paniknya namun berusaha bersikap tenang.

"Di mana Donghyuk? Kenapa hanya kalian berdua yang ada di rumah?" tanya Jisoo. Dia segera mengambil alih Jihun dari Bobby dan berusaha menenangkannya.

"Dia pergi pagi-pagi sekali. Ada urusan penting katanya." Bobby mengekor Jisoo yang berjalan keluar dari kamar Jihun.

"Bob, bikin air hangat dulu supaya panasnya turun. Cepetan!" perintah Jisoo yang langsung dituruti oleh Bobby. "Untuk mandi kan, Jis?"

Jisoo ingin melempar panci ke kepala Bobby rasanya. Sempat-sempatnya di saat seperti ini dia bertingkah. "Iyaa! Udah cepetan!" Jisoo merasa kepalanya pusing karena Bobby. Yang dokter sebenarnya siapa sih. Dia atau Bobby. Tidak berapa lama, Bobby kembali dengan baskom besar yang berisi air hangat.

"Ya sudah, kau pergi mandi dulu. Kau kacau sekali. Biar aku yang urus Jihun," kata Jisoo.

Bobby pun berlalu mengikuti perintah Jisoo. Entah sudah berapa kali dia disuruh hari ini dan menurut saja pada Jisoo.

***

"Kau bisa tidur di kamar tamu kalau mau, Jis," kata Bobby. Saat ini keduanya sedang duduk di karpet kamar Jihun. Si bayi kecil yang sempat membuat kehebohan tadi pagi sudah tidur membuat suasana di rumah menjadi sepi.

"Tidak apa-apa, lagian aku tidak mengantuk," balas Jisoo pelan. Jisoo mengganti kompresan dan meletakkannya di dahi bayi kecil itu. 'Sepertinya demam Jihun sudah mulai mereda.' Jisoo meneliti kondisi Jihun. Pipinya tidak lagi berwarna kemerahan. Nafasnya teratur. Jisoo lega melihatnya.

Jisoo beralih dari Jihun namun tidak menemukan Bobby yang sebelumnya ada di ruangan itu. "Ke mana dia?" gumamnya. Tidak lama, pintu kamar Jihun terbuka dan Bobby masuk sambil membawa nampan yang berisi 2 piring makanan dan 2 gelas air.

"Makanlah dulu. Jangan sampai kau terlalu lelah karena menjaga Jihun." Bobby meletakkan nampan itu di atas meja lipat yang sudah dia sediakan sebelumnya. Jisoo menghampirinya.

"Bukan aku yang masak. Itu hanya bekal yang kau bawa tadi, aku hanya memanaskannya saja," jelas Bobby. "Kau makan saja punya Donghyuk. Dia belum pulang jadi lebih baik kalau bekalnya dihabiskan saja daripada mubazir."

"Kau yakin ini aman?" tanya Jisoo. Dia masih ragu saat mendengar penjelasan Bobby. Sedangkan yang ditanya hanya menghela napas berat. "Jis, aku tidak bisa masak tapi kalau memanaskan makanan aku tahu caranya." Bobby mulai memakan makanannya. Masa bodoh kalau Jisoo masih ragu, yang jelas dia sudah kelaparan.

Jisoo yang melihat Bobby baik-baik saja, tidak ada gejala keracunan makanan, ikut memakan makanannnya. Oke, dia mulai merasa tidak enak hati karena sudah sering meragukan Bobby.

"Maaf," gumam Jisoo pelan namun masih bisa didengar oleh Bobby. "Kau tidak salah, ngapain minta maaf?" Jisoo terkesiap. Dia kira Bobby tidak mendengarnya tadi. "Karena meragukanmu tadi," jawabnya.

Ambigu. Bila ada yang mendengar jawaban Jisoo tadi, mereka pasti berpikiran hal yang lain. Bobby kemudian berkata, "Tidak apa-apa," dengan linglung. "Itu wajar saja kan, sudah lah tidak perlu dipermasalahkan," lanjutnya dengan lebih santai.

Mereka kemudian menghabiskan makanan dengan diam. Jisoo baru menyadari kalau Bobby terlihat lebih berbeda bila mengenakan pakaian rumah. Biasanya jika keluar, setidaknya dia akan memakai sesuatu yang lebih formal. 'Hentikan pikiranmu, Jis. Udah punya istri ini. Jangan sampai kau jadi pelakor, viral di medsos, terus dibully netizen,' batin Jisoo ngawur. Keningnya berkerut membuat Bobby yang melihatnya mengangkat alisnya heran.

Love You No Matter What (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang