Dua Puluh Satu

727 78 9
                                    

Warna putih adalah hal yang pertama kali menyambutnya begitu dia membuka mata. Jisoo memejamkan matanya begitu dia merasa sinar lampu menyilaukan matanya. Setelah beberapa kali mengerjapkan mata, dia akhirnya terbiasa dengan sinar yang memenuhi kamar yang ditempatinya.

Dia menoleh ke arah kanan dan meihat ibunya yang tertidur menungguinya. Jisoo berusaha tidak mengerang kesakitan karena lehernya yang masih terasa sakit. Namun dia yakin rasa sakitnya tidak seberat yang dialami oleh Bobby.

Namun, rasa sakit bukanlah sesuatu yang bisa dikendalikannya. Mulutnya spontan meringis pelan dan itu cukup untuk membangunkan ibunya.

"Kau sudah sadar? Ada yang sakit?" tanya ibu Jisoo dengan cemas.

"Mama," panggilnya serak. Dia berusaha bangkit namun ibunya menahannya.

"Kau berbaring saja dulu. Tubuhmu masih sakit," katanya.

"Sudah berapa lama aku tidak sadar?" tanya Jisoo pelan.

"Hanya beberapa jam. Ini masih tengah malam. Polisi sudah mengamankan mereka yang ternyata buronan. Donghyuk juga sudah membantu memberi keterangan pada polisi bahwa salah satu diantaranya adalah yang menyerang Hayi hari itu."

"Bagaimana keadaannya?" tanya Jisoo pelan. Ibu Jisoo yang mengerti tersenyum lemah. "Dia belum sadar namun kata dokter tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Jisoo menghela napas mendengarnya. Dia tidak bisa membayangkan bila sesuatu yang buruk terjadi padanya.

"Mama bisa mengantarku ke kamarnya?" pinta Jisoo. Ibunya terlihat tidak setuju dan baru saja akan menolak begitu Jisoo menyelanya.

"Kumohon, ma. Aku harus memastikannya sendiri agar bisa tenang."

Ibu Jisoo akhirnya mengangguk. Dia kemudian membantu Jisoo bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke ruang rawat Bobby yang letaknya bersebelahan dengan ruangannya. Jisoo meringis merasakan kepalanya yang pusing namun dia tetap memaksakan diri.

Ibu Jisoo mengetuk pelan kamar rawat Bobby dan pintu terbuka tidak lama kemudian. Wajah besannya yang dia lihat pertama kali saat masuk.

"Bagaimana keadaan Bobby?" tanya Jaekyung. Yoona tersenyum dan menjawab, "Tadi dia sudah sadar namun karena pengaruh obatnya masih ada, dia tertidur lagi."

Jisoo bergerak dan duduk di kursi samping tempat tidur Bobby. Dia meraih tangan Bobby dan memegangnya dengan lembut.

Jaekyung dan Yoona yang peka dengan keadaan lebih memilih keluar kamar dan pergi menyusul Donghyuk yang mencari cemilan tengah malam meninggalkan Jisoo dan Bobby yang tidak menyadari kepergian mereka.

Jisoo meringis melihat banyaknya luka di wajah suaminya. Tangannya mengusap setiap bagian dari wajah suaminya, merabanya dengan hati-hati, seakan bila dia menggunakan tenaganya maka Bobby akan kesakitan.

Dia kemudian mulai menangis terisak. Entah mengapa, namun dia sedih melihat Bobby yang biasanya kuat kini terbaring begitu saja. Dia terkesiap saat ada tangan yang mengusap air matanya dari pipinya. Jisoo mengangkat kepalanya dan melihat Bobby yang menatapnya. "Jangan menangis," katanya lirih.

Jisoo menatapnya tidak percaya. "Kau sudah sadar? Apa ada yang sakit? Kau haus atau butuh sesuatu-"

Tangan Bobby menahan tangan Jisoo. "Ssttt...., diamlah. Aku baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana?" Dia bangkit dan Jisoo membantunya agar bisa duduk bersandar dengan nyaman. Bobby menyengir lebar membuat air mata Jisoo mengalir kembali. Dia memukul Bobby. "Bobby bodoh. Bagaimana bisa kau menanyakan hal itu? Aku khawatir sekali. Apalagi saat mereka memukulmu dan mereka tidak mau berhenti. Kalau polisi tidak datang, kau bisa saja mati. Kalau kau kenapa-napa nanti aku bagaimana? Jihun bagaimana nanti?"

Love You No Matter What (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang