Menatap lama memandang foto Pak Robi yang tersusun rapi di meja kerjanya, sudah Lima Tahun ku bekerja dengannya dan tak lebih hanya menjadi sekretarisnya saja. Bukan seperti sekretaris pribadi seperti harapanku.
Entah mengapa sosok Pak Robi yang dewasa, bijaksana, meski usia sudah memasuki kepala empat namun sosok yang berkarisma begitu tampan, membuat ku begitu tertarik dengannya.
Lima tahun bekerja dikantornya membuatku semakin nyaman, dan tak ingin berpindah kerja ditempat lain.
"Mbak.. ngapain disini, ini kan tugas saya yang beresin ruangan Pak Robi." Maman menepuk pundakku.
"Apaan sih lu, gangguin orang aja. Ngaggetin tahu."
"Lah habis mbak Liana mandangin foto Pak Robi lama benar, keburu Pak Robi masuk ruangan, meja kerjanya masih berantakan belum saya rapikan."
"Yaya, dah sana beresin lagi. Aku kembali ke mejaku dulu. Oh ya Man, saya nanti minta tolong buatkan kopi susu ya. Takaran susunya seperti biasa. Oke. Makasih ya.."
"Oke mbak, setelah saya rapikan ruangan Pak Bos dan buatkan teh tawar hangat dulu ya mbak buat Bapak."
Aku hanya mengangguk dan segera meninggalkan ruangan yang begitu indah dipandang. Maman si OB (Ofice Boy) segera membereskan ruangan Pak Robi karena sebentar lagi Pak Robi segera datang.
Menanti kehadiran Pak Robi, aku merapikan riasan dan baju kerja yang aku kenakan. Bagaimana bisa Pak Robi tidak pernah melirikku, apalagi mengangkatku sebagai sekretaris pribadinya. Justru Doni si bocah culun yang dijadikan sekretaris Bapak.
Bukannya dimana - dimana sekretaris pribadi itu wanita, mengapa ini lelaki. Uuhh rasanya ga adil banget.
Tidak lama Doni berjalan terburu - terburu membawa tas kerja dan perlengkapan jas Bapak. Dia mengatakan padaku jika pagi ini akan diadakan rapat dadakan, di ruang meeting. Secepat kilat ku segera mengumpulkan beberapa dewan yang terkait untuk segera berkumpul.
Empat puluh lima menit berlalu, aku tidak begitu fokus dengan meeting hari ini. Hanya berfokus kepada Pak Robi. Oh Tuhan, mengapa ada lelaki seperti dia. Usia 48 tahun, seperti usia 30an. Badan yang kekar karena Pak Robi suka berolahraga, menjaga pola makan dan kesehatannya, dan selalu murah tersenyum. Membuat usianya tampak jauh lebih mudah dari usia aslinya.
"Meeting kita selesaikan, Doni mohon untuk menyiapkan berkas yang tadi saya butuh kan kita langsung ke Bandung. Saya sudah ditunggu jam 2 siang nanti. Liana, tolong kamu handle urusan dikantor ya. Mungkin hari ini saya tidak akan kembali ke kantor, karena saya ada urusan di Bandung 3 hari. Saya dan Doni akan ke Bandung. Semua para Divisi memantau pekerjaannya masing - masing ya. Mari silakan semua tinggalkan ruangan dan kembali ke meja kalian. Selamat pagi Wassalamu'alaikum. Semangat bekerja ya team."
Aku hanya menggerutu melihat Doni yang tampak bersemangat membereskan semua berkas yang diminta Pak Robi. Enak sekali dia selalu pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri dengan Bapak. Kapan aku yang bisa merasakan seperti Doni.
Suntuk berada didalam kantor, apalagi jika Bapak tidak ada.
Apa kurangnya aku sih, banyak yang mengagumi kecantikan wajahku, body ku sexy proporsional, memiliki kaki panjang dengan balutan rok diatas lutut banyak para hidung belang melirik penampilanku.Kata mereka bodiku seperti body gitar, ya bagaimana tidak aku memiliki payudar* dan bok*ng yang besar dengan pinggang yang ramping.
Aku selalu menjaga penampilanku, merawat diri dari rambut sampai kaki. Berharap Pak Robi melirik aku atau mengajak ku perjalanan ke luar kota ataupun ke luar negeri. Ini tidak sama sekali, setiap tugas untukku selalu Doni yang menghubungiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELET
Mystery / ThrillerKetika cinta merasa bertepuk sebelah tangan terkadang hati dan fikiran akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Bermula dari persahabatan Liana dan Dinda, sampai akhirnya Dinda menceritakan pengalaman mistisnya bertemu dengan wanita sakti be...