AKHIR SEBUAH CERITA ( TAMAT )

4.5K 196 36
                                        

..........
(DONI)

Terus ku pandangi Foto liana yang dibawakan Abi menuju pemakaman. Liana wanita yang aku kenal tanpa sengaja di kantor Abi.

Membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama, pantaslah sampai saat ini tak pernah ku mendekati wanita manapun. Karena aku sudah terlanjur jatuh cinta kepadanya.

Sampai aku mengetahui ternyata Liana tidak pernah menyukaiku, dan ku melihat dia begitu tertarik dengan Abi. Sampai aku mengetahui segalanya, terluka hatiku harus bersaing dengan Abi untuk mendapatkan cinta Liana. Rasanya tidak mungkin.

Benar kata Ummi cinta jangan dipaksakan, ikhlaskan meskipun berat.

Ya aku harus mengikhlaskan melihat dia melangsungkan pernikahan didepan Ummi, didepan mataku.

Seandainya Ummi tidak menyuruh Liana menikah dengan Abi. Aku siap menikahi dia dengan segala kekurangannya.

Namun semua telah terjadi, dan kini aku harus merelakan kepergiannya. Kepergian selama - lamanya, ditinggalkan dua wanita yang begitu teramat spesial dengan waktu yang tidak begitu jauh.

Aku terus memandangi langkah kaki Abi mengantarkan ke peristirahatan terakhir wanita yang dicintainya. Aku tidak menyangka secepat ini kehangatan keluarga baru tercipta, mengapa secepat ini mereka pergi meninggalkan kami.

Aku terus menunduk menahan air mata yang seakan tertumpah, masih ku mencoba kuat mengangkat keranda yang mengantarkan tidur panjangnya. Begitu ringan tanpa beban tidak kesulitan kami membawa jenazah Liana.

..............
(ROBI)

Liana, wanita yang aku cintai tanpa ku sengaja. Meskipun aku tau begitu kecewanya diriku mendengar dia pernah melakukan ritual PELET Gaib tersebut, namun rasa cinta ku yang begitu besar padanya dengan mudah memaafkan dan melupakan semua kesalahannya.

Mulai mencoba untuk kembali seperti dulu, hangat cinta membara yang kita rasakan. Namun mengapa Tuhan seakan memberikan isyarat yang lain.

Aku harus merelakan kepergian dua wanita yang sangat aku cintai.

Ku peluk erat fotonya, foto yang terus aku bawa sampai pemakaman terakhir.

Terasa sulit melepaskan dia begitu saja, terasa sulit untuk mengucapkan kata ikhlas.

Aku memandangnya begitu penuh haru disaat tubuhnya diturunkan ke dalam liang lahat tempat peristirahatan terakhirnya, mencoba ku melihat wajahnya untuk terakhir kali.

Begitu teduh wajahnya, tersenyum seakan telah mengetahui takdir ini.

Aku tak dapat menahan air mata, meskipun berat untuk tidak ku tumpahkan ke wajahnya.

Perlahan tanah menutupi tubuhnya, ku melihat Dinda sahabatnya menangis histeris melihat sahabatnya tertidur selamanya. Semua anak - anakku begitu Shock melihat kepergiannya yang begitu cepat.

Segera ku peluk si kembar, aku mencoba kuat memeluk tubuh mereka yang telah beranjak besar.

Bunga bertaburan menghiasi tanah pemakaman yang masih basah, kusandingkan Zahra dan Liana dalam tempat pemakaman yang sama. Agar mudah untukku mengirimkan doa kepada mereka, dan ziarah merindukan mereka.

Dua wanita yang sangat berarti dalam hidupku, dua wanita yang sangat aku cinta. Ternyata Allah lebih menyayangi mereka.

Semua orang telah berlalu meninggalkan tanah pemakaman, aku masih tetap berada disini. Mencoba merenungi dan mengingat semua kenangan yang aku lalui bersama mereka dua wanita hebatku.

Liana dan Zahra dua wanita yang paling berkesan dalam hidupku, Zahra cinta pertama aku lalui begitu banyak lika liku dalam berumahtangga, aku lukai dengan pengkhianatan cintaku, namun dia tetap mencintai dan menyayangiku.

Liana, mencintai karena terbiasa. Melihat begitu sangat dia mencintaiku, meskipun ku tak pernah menyangka dia pernah melakukan hal itu demi mendapatkan cintaku.

Namun dia tidak pernah mengetahuinya, aku sangat menyukainya sejak mulai berdekatan padanya, meskipun cinta kita datang pada saat yang salah. Dia memperbaiki dirinya dengan cara yang indah.

Begitu cantiknya dia dalam balutan busana muslim, tak pernah meninggalkan sholat, dan ibadah sunah pun dia sering lakukan.

Menjadi pembicara dalam pengajian, dan impiannya menjadi novelis menerbitkan buku pertama dan terakhirnya sudah dia dapatkan. Meskipun dia belum menikmati seutuhnya akan hasil karyanya.

Andaikan waktu itu dapat terulang, melihat dirinya berubah seharusnya lebih cepat ku memaafkannya dan kembali manis dengannya. Mengapa aku terlalu lama menyiakan semua kesempatan itu, baru beberapa hari aku kembali menerimanya. Mencoba manis kembali padanya, dan rasa cinta yang mulai tumbuh kembali. Liana pergi meninggalkan rasa cintaku ini.

"Abi pulang ya, kita harus ikhlas. Mungkin ini memang yang terbaik, takdir dan jodoh kita tidak akan pernah tahu, begitu juga kematian. Kita sebagai manusia harus ikhlas dengan semua yang terjadi."

Melly menggenggam jemariku, anak gadisku yang telah dewasa bahkan usia dengan Liana tidak begitu jauh. Seakan aku merasakan Liana berada disisinya.

Dengan langkah gontai, Melly memeluk tubuhku. Aku kehilangan arah, dua wanita yang aku cintai pergi berlalu begitu cepat.

Inilah takdir atas kuasa Allah yang tidak pernah kita tahu misterinya. Sekali aku menoleh ke arah dua batu nisan itu. Sepintas ku melihat Liana dan Zahra melambaikan tangannya dan tersenyum kepadaku. Seakan menguatkan diriku yang sulit aku menerima.

Aku harus kuat, demi anak - anakku. Perjuangan akan kembali dari awal, dimana aku harus berjuang membesarkan mereka yang masih kecil Edo dan si kembar meskipun tanpa adanya istri yang mendampingiku sampai ku lanjut usia.

Kesabaran dan kegigihan Liana dan Zahra membuatku menyadari arti kehidupan. Sampai sisa waktuku aku akan terus mengikuti mereka berada dijalan lurus, sampai saatnya nanti jika ku menyusul mereka aku bisa berbahagia dapat berkumpul dengan mereka wanita sholeha yang sangat aku cintai.

(TAMAT).


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PELETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang