"Mbak, jadi sewa apartemennya..?" Tiba - tiba Pak Seno Security kantor menghampiriku.
"Jadilah, sudah dapat info tidak pak. Saya tidak ada waktu buat cari nih pak."
"Ada mbak, bisa bayar perhari, mingguan atau bulanan mbak. Tempat lokasinya dan fasilitasnya seperti yang Mbak Liana minta tadi. Kebetulan kamar kosongnya tinggal satu. Kalau mau saya pesankan mbak."
"Oke pak, saya pesan satu bulan dulu ya pak. Nanti uangnya saya transfer langsung ke bapak dan langsung saya bayar full satu bulan ya pak. Mohon bantu untuk urus ya pak, sorenya langsung saya tempatin."
"Siiapp mbak, jangan lupa bonusnya ya mbak. Heheh."
"Beres pak, makasih ya pak."
Rasa senang dan bahagia seakan berjalan lancar, mendapatkan sewa apartemen semudah itu. Minta ijin dengan Mama dan Papa juga mudah. Eh dapat tambahan uang pegangan sebulan full dari Papa membuatku lega, akhirnya ada tambahan uang untuk semua biaya hidup selama jauh dari mereka.
Usai bekerja langsung menuju apartemen yang diinfokan Pak Seno. Wah benar - benar bisa diandalkan Pak Seno. Bisa memilihkan tempat yang sangat strategis seperti ini, apalagi fasilitas yang komplit, elegan, meskipun tidak begitu besar cukuplah jika hanya menampung diriku seorang.
Teringat kata Dinda tadi siang, dia banyak bercerita tentang ritual yang ada di pondokan Nyai Juminten. Terutama tentang pembersihan organ intim tidak lain pemasangan susuk di organ intim, berfungsi untuk meningkatkan gairah sex, serasa perawan kembali, dan membuat orang yang berhubungan intim akan terasa sangat nikmat dan bikin ketagihan. Dan katanya Dinda akan menggunakan itu jika kelak dia sudah memiliki pasangan yang cocok dihatinya. Agar pasangannya tidak mudah berpaling. Ah sebenarnya ingin juga, tapi ya mendapatkan cinta Pak Robi aja belum bisa, bagaimana bisa mengajak berhubungan intim Pak Robi.
Setelah menyantap makan malamku dengan sepotong roti tawar dan air mineral, segera ku tinggalkan Apartemen menuju Pemondokan Nyai Juminten. Aku sudah membuat janji terlebih dahulu dengan salah satu Dayang Nyai. Dan kebetulan hari pertama tidak begitu ramai pemondokan. Sehingga Nyai bisa fokus dengan ritual dihari pertama. Aku menyiapkan segala yang dibutuhkan. Termaksud foto Pak Robi.
Dengan penuh semangat ku laju mobil merahku, dan sesampai disana seperti biasa sambutan - sambutan kecil dari para body guard dan dayang Nyai.
Ya benar saja malam ini hanya kedatangan 2 pasien saja, dan itu pun mereka sudah hampir selesai. Karena mereka sudah datang dari sejak siang.
Tinggalah diriku seorang yang menjadi pasien Nyai. Setelah melakukan berapa ritual meditasi segera ku datangi ruangan utama Nyai. Senyum manis Nyai membuat bahagia hati yang memandang.
"Bagaimana sudah ikuti yang Nyai sarankan.?"
"Iya nyai, dan badan terasa segar aja Nyai. Padahal selama ini sepulang dari kantor badan loyo terus, sekarang rasanya selalu segar aja Nyai. Dan banyak rekan kerja katanya pangling sama saya Nyai. Kata mereka saya agak berbeda lebih cantik katanya. Padahal kan saya aslinya cantik toh Nyai."
"Hahaha, ya itu karena Aura Cakranya sudah dibuka dan yang gelap sudah dihilangkan. Kalau orang yang disukai bagaimana sudah ada perubahannya."
"Belum tau Nyai, yang saya sukai sedang ada di Bandung, baru pulang hari Jum'at tapi biasanya minggu depannya baru kembali ke kantor."
"Ya sudah tidak apa, malah pas banget sekali ketemu langsung ada getaran yang lain loh. Seperti yang banyak dibilang kamu manglingi. Dan orangnya semakin lama semakin tertarik denganmu."
"Asyik... lalu hari pertama ini ritualnya apa Nyai."
Hening, terdiam.. sudah dua kali aku memperhatikan, jika Nyai sedang fokus dia langsung terdiam. Para dayanglah yang sibuk menyiapkan segalanya. Seakan mengetahui segala tugas mereka, tanpa diperintah mereka melakukan segala hal yang diinginkan Nyai.
"Mari masuk dalam Jeng, nanti Nyai Juminten akan menyusul." Ajak salah satu dayang membawaku ke ruangan itu. Ruangan dimana aku melihat banyak para wanita yang dibersihkan bagian organ intimnya.
Beruntunglah tidak ada pasien selain aku, aku berbaring di kasur dipan jati mengikuti segala perintah para Dayang.
Mereka melepaskan kain jarik yang menutupi tubuhku, aku telanjang bulat mencoba menutupi payudar* dan vagin* dengan tanganku. Aku sangat malu bertelanjang dengan diperhatikan orang lain meskipun kami sama - sama perempuan.
" Tidak usah malu Jeng, sampai hari ke 7 nanti ritual seperti ini wajib. Kita kan sama - sama wanita. Dan nanti jangan terkejut ya Jeng, jika nanti Nyai mendatangkan orang lain, jika malu atau takut tutup mata saja. Maaf Jeng tangan dan kakinya kami ikat sebentar, kalau ikatannya sakit bilang ya. Dan maaf kakinya rileks saja Jeng, dibuka lebar kaya orang melahirkan. Setelah kami membersihkan Jeng Liana. Nyai langsung datang bersama orang lain."
Aku gugup, takut, tidak ku sangka ritual dihari pertama begitu sangat menegangkan, seluruh tubuhku kaku, aku ketakutan, dan seakan menggigil kedinginan, semua rasanya campur aduk tidak menentu.
Perlahan ku menutup mata, pasrah dengan apa yang dilakukan para Dayang. Aku hanya merasakan hawa dingin saat mereka menyentuh lengan, leher, wajah, dan seluruh tubuhku. Mereka menekan payudar' dengan lembut, menyentuh organ intim dan memijit dengan penuh irama, entah mengapa aku merasakan kenikmatan luar biasa.
Cairan dingin menyebar ke seluruh tubuh, begitu wangi cairan ini, membuat semakin menikmati setiap sentuhan yang ada. Mencoba untuk membuka mata dengan apa yang mereka lakukan, beruntunglah mereka melakukan sama seperti waktu di pemandian. Mereka hanya memandikan aku hanya saja tempat yang berbeda.
Setelah selesai ritual pembersihan kata para Dayang tersebut, badanku kembali dipakaikan jarik yang semula. Dan melepaskan segala ikatan yang ada ditangan dan kaki.
Kembali aku dibaringkan ke ruangan lain, seperti ruangan pengantin.Dengan kamar penuh bunga, seprai merah satin, aku dibaringkan dengan lembut. Dan kali ini Nyai datang bersama seorang pria muda yang tidak pernah aku jumpai sebelumnya.
Dia menggunakan pakaian adat Jawa lengkap, sebelum Nyai mendekatkan dengan pemuda tampan tersebut. Nyai melakukan ritual terlebih dahulu tepat di hadapanku.
Aku sangat terkejut, setelah menyelesaikan ritual Nyai dan para Dayang meninggalkan kami berdua, aku bingung. Aku takut, ini kali hal pertama aku berdua dengan lelaki.
"Jangan takut, ikuti saja perintah Kangmas Dimas, anggap dia lelaki yang kamu sukai. Dengan cara ini kami bisa melihat bagaimana kesungguhanmu mencintai lelaki itu. Jika kami rasa cintamu kuat, kita akan melanjutkan ritual lainnya. Tapi jika kami anggap cintamu tidak begitu kuat, ketakutanmu mengalahkan rasa cintamu. Kita akan ulangi hari selanjutnya sampai kamu siap, dan punya keyakinan kuat." Ucap Nyai sebelum meninggalkan kami.
Aku takut setengah mati, aku bingung, kesal, rasanya ingin mengakhiri ritual ini. Tapi demi Pak Robi aku mencoba menguatkan hati.
Aku coba pejamkan mata, membiarkan Kangmas Dimas mendekati diriku. Perlahan dia memegang jemariku, membelai tanganku sampai ke bahu. Terus tangannya bergerilya menelusuri bongkahan payudar* yang menyembul naik turun. Mengikuti irama ritme nafas yang tidak beraturan.
Aku gagal di hari pertama. Aku tidak bisa, menyerah, belum pernah ku berhubungan dengan pria manapun. Rasa takut jauh lebih besar dari pada rasa inginku memiliki Pak Robi.Ritual di hari pertama tidak dilanjutkan karena kegagalanku. Banyak dinasihati oleh Nyai tentang maksud dan tujuanku datang menemuinya. Aku tertunduk malu dengan kelakuanku tadi.
Aku kembali dihari selanjutnya sampai hari ke enam, lagi dan lagi ritual bebadan atau dalam istilahnya bersetubuh tidak berjalan mulus. Selalu gagal dan besok adalah hari terakhir, dan hari terakhir ini sudah kesepakatan jika aku akan bermalam di pemondokan Nyai. Nyai tidak akan bisa membantu jika ritual dihari terakhir aku gagal lagi.
.................

KAMU SEDANG MEMBACA
PELET
Mystery / ThrillerKetika cinta merasa bertepuk sebelah tangan terkadang hati dan fikiran akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Bermula dari persahabatan Liana dan Dinda, sampai akhirnya Dinda menceritakan pengalaman mistisnya bertemu dengan wanita sakti be...