MISTERI PEMONDOKAN NYAI JUMINTEN

3.9K 103 2
                                    

Seminggu sudah aku di rumah Mama, Mas Robi tidak mengizinkanku pulang ke Bandung tanpanya. Ya aku mengerti Mas Robi melakukan ini semua agar tidak adanya kecurigaan Zahra.

Sebelum Dinda mengikuti suaminya ke Australia, kita sepakat untuk mengadakan pertemuan. Kita belum bertemu dan bicara melepas kerinduan, semenjak peristiwa pernikahan Dinda yang membuat hatiku terluka melihat Mas Robi dan Zahra begitu mesra. Sampai saat ini belum sempat aku menemui Dinda lagi.

Sabtu, pukul 17.00 segera bersiap aku menjemput Dinda. Cika dan Ciko sengaja aku tinggalkan di rumah mama. Membawa anak tidak membuatku bisa berlama - lama dengan Dinda.

Kebetulan aku melewati jalan ini, aku segera berbelok menuju pemondokan Nyai, sudah 3 tahun tidak berjumpa dan berkomunikasi dengan Nyai. Aku tersentak, seakan tidak percaya.

Mengapa tempatnya menjadi seperti ini. Terus ku ulangi jalannya, kembali ku berbelok. Masih sama, tempat ini lagi. Apakah aku salah jalan dan masuk gang.

Tiga kali ku putari, dan beruntungnya aku melihat Nyai Juminten berjalan melaluiku. Segera ku turun dari mobil, mencoba memanggil Nyai.

Namun ternyata Nyai sudah tidak ada lagi. Kemana perginya Nyai, mengapa begitu cepat sekali dia berlalu.

"Non.. Non..."

Terkejut ku melihat dua orang pria menyentuh pundakku.

"Ngapain disini Non.. magrib - magrib lagi. Gak takut apa Non." Kata salah satu lelaki tadi.

" Takut, takut apa ya Bang. Oh iya mau tanya Rumah elite yang tertutup pagar tinggi dimana ya, saya lihat kok tidak ada lagi. Takutnya saya salah jalan." Tanyaku kebingungan.

"Rumah elite.. di jalan apa Non."

" Dijalan Jambu Bang, benarkan ini Jalan Jambu. Tapi kenapa disini tidak ada rumah sama sekali ya. Padahal saya dulu sering kesini sekitar tiga tahun yang lalu, disini banyak perumahan Elite dan salah satunya rumah yang saya maksud itu."

"Kalau boleh tau yang dimaksudkan rumah siapa ya non, disini memang tidak ada rumah warga."

"Ah yang benar Bang, namanya Pemondokan Nyai Juminten. Di Jalan Jambu."

" Allahuakbar Non, Nyai Juminten itu ratu jin disini Non. Dulu dia dukun, tapi dulu sekali. Semenjak ritualnya banyak menyimpang agama. Pemondokannya terpaksa dibubarin Non, tapi Nyai dan pengikutnya tidak mau. Lalu dibakar warga pemondokannya beserta orang yang ada didalamnya ikut terbakar, dan mereka yang meninggal dimakamkan disini tepat di tanah bekas pemondokannya."

"Katanya lagi non, Jinnya kuat suka mengganggu orang yang lewat sekitar sini. Nah sebenarnya saya dan Mardi tidak mau jalan kesini Non. Cuma tadi saya lihat ada mobil bolak balik lewat sini, kami ikuti. Takutnya Non nyasar di area pemakaman ini."

Aku terkejut, bingung mendengar perkataan mereka. Rasa antara percaya dan tidak, lalu siapa yang aku temui disaat ritual, dan jamu serta minyak yang aku berikan itu apa. Dimas, para dayang dan security, mereka bukan orang. Nyai yang tadi aku temui juga bukan manusia. Ya Tuhan, aku tidak mempercayai ini semua.

Segera ku laju mobilku dan menemui Dinda, kita segera pergi ke Cafe sekitar rumah Dinda.

"Din..."

"Yupz Na gimana kabar Lu, makin cantik aja ya Na. Meski sudah beranak dua."

"Serius nih, Gua mau tanya. Pemondokan Nyai Juminten sebenarnya tidak ada Din, aku baru saja kesana. Ternyata yang kita jumpai itu pemakaman umum. Sumpah aku benar - benar tidak percaya Din. Lalu ritual dan semua biaya yang aku keluarkan.. Ya Tuhan, aku tidak bisa membayangkan jika semua itu ternyata."

PELETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang