"Yakin tidak ingin ikut Na.." Sahut mereka bersamaan.
Aku hanya menggelengkan kepala, dan benar kata Bu Vita. Aku tampak kelelahan. Rasanya hari Sabtu ini ingin istirahat penuh, aku melambaikan dari teras Villa menyaksikan mereka melaju dengan penuh ceria.
"Hati - hati bawa mobil Gua, dijaga loh..." Teriakku sambil melambai tangan ke arah mereka.
Sejuk sekali di Villa Pak Robi, menghirup udara yang masih asri menyegarkan pernafasanku. Semua sudah pergi namun tak ku lihat Pak Robi ikut didalam rombongan mereka. Dimana bapak, ataukah Bapak sudah pergi sedari tadi.
Mencoba menutup pintu dan berpamitan kepada si Mbok Nunik, jika ku ingin joging sebentar mumpung hari masih pagi.
Terpesona dengan pemandangan indah di sekitar Villa, memang jarang aku lihat pemandangan asri selama berada di Jakarta. Terus ku berlari kecil sambil menyapa para petani teh yang sudah turun ke perkebunan.
Pandangan mataku tertuju kepada pria bertubuh atletis, berambut cepak, dan berkulit putih sedang asyik berbincang dengan salah satu petani teh.
Tidak salah lagi, lelaki itu Pak Robi. Pantaslah tidak ku melihat Bapak berada di rombongan mobil tadi.
Segera ku hampiri beliau untuk sekedar menyapa, dan mencoba mulai mendekati Pak Robi dengan cara halus.
Beliau tersentak melihatku masih berada di sekitar Villa, dia menanyakan mengapa aku tidak ikut pergi dengan rombongan.
Dari pertemuan tanpa sengaja ini membuat perlahan Pak Robi mulai membuka peluang emas untukku, dia mengajakku berkeliling perkebunan di sekitar Villa. Dan banyak menceritakan berbagai macam hal, ya benar tak kusangka. Pak Robi yang terkenal diam dan dingin, ternyata pembawaan Pak Robi sangat menarik, dia ramah, dan humoris.
"Saya sebenarnya tadi ingin mencari jamu langganan saya, ternyata sudah tidak berjualan lagi disini." Ucap Pak Robi sambil menuntun sepedanya.
"Bapak suka jamu, tapikan jamu pahit pak. Tidak minum suplemen lain saja pak."
"Bedanya anak zaman dulu dan zaman sekarang ya begini, padahal kalau tahu manfaat jamu itu bagus buat kesehatan, penambah stamina dan badan jadi berenergi pasti banyak yang memilih jamu, cuma ya itu di rasanya. Anak zaman sekarang mana mau dikasih makanan atau minuman yang pahit. Benarkan.?"
"Ah tidak juga loh Pak, Liana suka jamu. Bahkan setiap Liana capek dan tidak fit selalu membawa jamu rebusan sendiri. Bapak mau, kebetulan Liana membawa jamunya. Nanti Liana rebuskan dan hidangkan buat bapak." Ucapku penuh semangat, sudah tidak sabar memberikan racikan jamu pelet ini ke Pak Robi.
"Boleh wah saya tidak menyangka ada anak muda seperti kamu, masih suka olahraga, suka minum jamu lagi. Istri saya malah tidak suka jamu, taunya medis saja. Hahaha."
Please Pak sudah tidak perlu menyebut nama istri, spontan aku merasa tidak suka jika Pak Robi menyebut nama istri atau anak - anaknya.
Setiba di Villa, segera ku membuat rebusan jamu pelet Nyai Juminten. Tak lupa ku menghubungi Nyai terlebih dahulu untuk cara merebusnya.
Aku melihat Pak Robi sedang sibuk membersihkan sepeda gunung kesayangannya, segera aku menemuinya diteras sambil menyuguhkan secangkir jamu pelet dan pisang goreng untuk beliau.
"Mari pak diminum jamunya selagi masih hangat, saya tidak ikut menemani minum ya pak karena saya ingin membersihkan diri dulu. Badannya lengket bau keringat pak, tidak enak jika badannya bau gini dekat sama bapak."
Pak Robi hanya tersenyum kecil, dan mempersilahkan aku mandi. Segera ku melihat dari jendela dalam, dan benar saja Pak Robi duduk diteras sambil menikmati jamu hangat dan pisang goreng yang telah ku siapkan untuk menyambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELET
Mystery / ThrillerKetika cinta merasa bertepuk sebelah tangan terkadang hati dan fikiran akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Bermula dari persahabatan Liana dan Dinda, sampai akhirnya Dinda menceritakan pengalaman mistisnya bertemu dengan wanita sakti be...