IKHLAS

3.7K 115 1
                                    

Menangisi semua hal yang telah terjadi, untuk apa. Semua ini salahku terlalu terbawa nafsu tanpa memikirkan dampak akibatnya.

Tiga setengah tahun menyandang status sebagai istri siri, dan usia si kembar yang sudah memasuki 2,5tahun. Membuatku berfikir keras dengan status mereka. Mereka belum memiliki akta kelahiran karena terhalang oleh status pernikahan kami.

Sedangkan usia terus bertambah pendidikan si kembar bagaimana, jika status pernikahan kami hanya seperti ini. Sah dalam agama, namun tidak berlaku di negara hukum ini.

Masih memikirkan perkataan Doni, mungkinkah ku harus menerima tawarannya untuk menikah dengan dia. Namun tak ada cinta di hatiku, aku mengetahui dia menyukaiku sejak lama. Sejak aku berada di kantor pusat, dia terus memberikan perhatian lebih dan khusus kepadaku. Namun tak pernah ku hiraukan, yang aku cinta tak lain Ayah kandungnya sendiri.

Teramat pusing memikirkan hal itu, Mas Robi yang tak kunjung pulang. Membuat hatiku semakin teriris. Aku tidak bisa menjalani keadaan seperti ini. Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan.

Aku tidak bisa memejamkan mata, hati dan fikiran ku sangat kalut. Ya aku memiliki seseorang yang selama ini mengajariku banyak hal, bukan Nyai Juminten. Melainkan Bunda Fatimah, istri Kyai Ahmad yang membantuku dalam teror Nyai.

Melihat jam sudah pukul sembilan malam, ragu takut mengganggu istirahat beliau. Namun aku butuh Bunda untuk meringankan bebanku ini.

"Assalamu'alaikum Bunda.. maaf Bunda mengganggu istirahat Bunda." Sapaku melalui telefon.

"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarakatuh, belum tidur Nak.."

"Belum Bunda.. Bunda.." Aku menangis terisak.

"Menangislah Nak, tidak apa - apa. Sambil istighfar ya. Biar lebih sedikit tenang."

(Hening..).

"Bunda.."

"Bagaimana sudah tenang...?"

"Iya Bunda, sedikit lega. Liana mau curhat sama Bunda."

Aku menceritakan semua yang terjadi, keadaan Zahra, Mas Robi yang tak juga pulang, lalu kedatangan Doni yang akan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan Abinya.

"Nak Liana, mintalah petunjuk dengan Allah ya. Bunda tidak bisa membantu banyak, karena semua atas kehendak Allah SWT. Apa yang menurut kita baik, belum tentu itu yang terbaik. Namun jika kehendak Allah itu terjadi, yakin dan pastilah itu jalan yang terbaik meskipun kita merasakan ketidakadilan. Cobalah untuk belajar ikhlas dalam menghadapi segala ujian, InsyaAllah jika Liana kuat dan bisa, bisa melunturkan segala dosa - dosa Liana di masa lalu."

"Caranya bagaimana Bunda, Liana tidak tahu harus melakukan apa lagi. Liana bingung Bunda. Sudah mencoba menghubungi Mas Robi, namun Mas Robi tidak pernah mengangkat telefon Liana. Sedangkan jika menerima tawaran Doni, Liana tidak pernah menyukainya. Liana bingung Bunda.."

"Sholat Istikhoroh Nak.. bangun nanti di sepertiga malam sholat Taubat, sholat tahajud, dan sholat Istikhoroh meminta petunjuk Allah SWT. InsyaAllah, ada jawaban dari semua itu. Besok pagi kita bertemu saja di Padepokan Al - Hidayah ya. Lebih enak jika bertemu langsung."

"Oh iya Bunda, malam ini Liana coba untuk bangun sepertiga malam. Terimakasih ya Bunda, InsyaAllah jika tidak ada halangan Liana mampir ke padepokan ya Bunda. Ya sudah Bunda istirahat saja, sudah malam. Liana sudah cukup lega Bunda. Terimakasih ya Bunda. Assalamu'alaikum."

Segera ku matikan handphone, dan benar juga. Mungkin meminta petunjuk dengan Allah dan mengungkapkan semua curahan hati kepada sang Pencipta jauh lebih baik.

Segera ku pasang alarmku, dan segera mencoba tertidur agar tidak kesiangan bangun.

Pukul 03.00 dini hari, segera ku terbangun. Aku melihat si Kembar masih tertidur pulas di ranjang tidurku. Semenjak Mas Robi tidak pernah pulang, Si kembar selalu tidur bersamaku. Ku biarkan Dewi dan simbok dikamar mereka.

PELETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang