DIARY ZAHRA

3.4K 119 1
                                    

Kembali mengantarkan Dinda ke Bandara, dia memeluk erat sekali.

Rasa sedih kehilangan Tante kesayangannya belum juga hilang. Dinda sahabatku, kini statusku menjadi tantenya dia. Meskipun dia terkejut mendengar aku menikah dengan Mas Robi atas permintaan Zahra. Namun dia mencoba untuk memahami.

"Ga menyangka ya dulu kita bersahabat, kalau ngomong Lu Gua, sekarang aku tak lain menjadi keponakanmu. Dan aku harus memanggilmu dengan Tante. Hadewh.. sulit gimana gitu."

"Ntar kan lama - lama terbiasa Dinda, ponakan Tante. Take care ya, salam buat James."

"Hemm iya Tante.."

Kita pun tertawa bersama.

Semenjak kepergian Zahra, aku berada di rumahnya. Meskipun aku merasakan Mas Robi masih belum bisa menerima kenyataan, aku berikan waktu untuknya.

Biarlah dia dengan segala kepedihan yang begitu mendalam. Ada kalanya dia akan kembali mengikhlaskan yang telah pergi.

Aku merapikan semua perkakas Zahra, tak pernah aku menyingkirkan barang - barangnya. Entah mengapa mataku tertuju dengan buku Diary berwarna kuning bunga.

Aku melihat buku Diary berada ditumpukkan majalah kuliner yang sengaja dia beli untuk menu baru di restorannya.

Mencoba membacanya dengan perlahan. Sungguh begitu takjub melihat kisah percintaan mereka, terus ku membacanya sampai pada akhirnya aku menemukan beberapa tulisan yang membuatku bergetar.
............

"Rasa penasaranku sudah terbayarkan, kedatanganku ke Bandung mengawali kecurigaanku selama ini. Abi yang tidak pernah pergi selama ini, dia tega meninggalkan kami, berhari, berminggu, bahkan berbulan - bulan aku menahan rasa sakitku sendiri, kuat demi mereka anak - anak yang sangat aku cintai."
..........

"Ya Allah ada apa dengan suamiku mengapa dia terus mengigau menyebut nama Liana, siapa Liana itu. Ataukah dia Liana sahabat Dinda keponakanku. Aku harus mengetahui kebenarannya."
.......

"Astaghfirullah aku memergoki Abi berada di apartemen lain, aku mencoba menanyakan pemilik kamar itu. Meskipun sulit aku mendapatkan identitas pemilik kamar tersebut, aku tidak menyangka Abi berada di apartemen Liana. Sakit hatiku melihat mereka tega berselingkuh di belakangku."
..........

"Ternyata stadium tiga sudah menggerogoti hampir seluruh dadaku. Namun rasa sakit ini tak begitu ku hiraukan, Abi masih berada bersama Liana. Bahkan ku mendengar jika Liana sudah menikah siri dan memiliki anak dengan Abi. Begitu hancur hatiku, mendengar semua cerita itu. Aku mencoba menampiknya namun semua terjadi, aku melihat anak Liana begitu mirip dengan Abi, di waktu pernikahan Dinda mencoba untuk tidak mengetahui apapun, rasanya teramat sakit. Namun harus ku menutupi luka hati ini. Menyaksikan mereka pandai bersembunyi dibelakangku seakan tidak pernah terjadi. Ya aku menyadari selama sakit tak pernah ku berikan nafkah batin untuk Abi, wajarlah jika dia melampiaskan dengan Liana."
..................

"Aku merasa usiaku tak lama lagi, aku menahan rasa sakit sendiri, meskipun saat ini Abi sudah sering kerumah, namun sudah tidak bisa ku bertahan lagi. Masuk stadium empat, dokter pun telah menyerah. Jaringan kanker sudah menjalar kemana - mana. Aku tidak boleh dendam, meskipun hatiku terluka dan hancur atas apa yang dilakukan Abi padaku. Aku akan tetap tersenyum dan mencintainya. Jika waktu itu tiba, seandainya aku belum bisa bertemu dengan Liana. Tetap ku meminta pesan terakhirku ke Abi di hadapan anak - anak. Untuk menikahi Liana. Aku merestui mereka, meskipun aku telah dikhianatinya aku mencoba ikhlas, karena aku percaya Liana gadis yang baik, mungkin Abilah yang selama ini menggodanya. Dan aku percaya, ada cinta diantara mereka. Seandainya usiaku sampai disini, seandainya belum sempat ku mengungkapkan kepada mereka. Mungkin melalui tulisan ini aku akan mengungkapkan kepada mereka. Jika aku merestui hubungan mereka, aku meridhoi, mungkin ini jalannya. Menikahlah meskipun tanpa ada Ummi, resmikan pernikahan kalian di jalur hukum bukan dengan siri seperti ini. Cincin pernikahan kita akan ku berikan dengan wanita pilihanmu Abi. Semoga dengan cincin ini Abi mengingat bagaimana perjuangan cinta kita, cukup Abi mengkhianati Ummi. Jangan lagi Abi mengkhianati Liana yang telah melahirkan anakmu."
.............

Tak lagi ku melihat tulisan lainnya, aku menangis setelah membaca semuanya.

Tak ku sangka selama ini, Zahra telah mengetahui perselingkuhanku dengan Mas Robi. Dia menutupi semuanya dengan begitu tegar dan kuat.

Pantaslah kedatanganku, membuat dia memaksaku menikah dengan Mas Robi dihari itu juga. Semua rencana yang dia inginkan, terwujud sudah.

Namun aku tak menyangka, selama ini dia telah mengetahui semuanya.

Zahra, belum pernah aku menemukan wanita seperti dia. Mengetahui perselingkuhan suaminya, namun tetap selalu baik kepada Mas Robi dan aku, bahkan begitu tegar dan kuatnya dia menjadi saksi pernikahan kami.

Ku peluk buku Diary Zahra, begitu sangat menyesal atas apa yang aku lakukan. Aku menangis tiada henti, mengingat akan semua perlakuan jahatku terhadap mereka orang yang begitu baik.



..........

PELETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang