Setahun berlalu hubungan kita semakin panas membara, karena kami pintar berakting menutupi segalanya. Sampai sedetik ini tak ada yang mengetahui bahkan mencurigai hubungan kami.
Sekarang aku bukanlah sekretaris kantor saja, jabatanku dinaikkan menjadi sekretaris pribadi Mas Robi karena di kantor cabang jabatan sekretaris pribadi belum ada yang menempati dan rekan kerjaku Siti Marfu'ah yang ditugaskan menjadi sekretaris menggantikan aku.
Sering kami melakukan perjalanan dinas baik keluar kota ataupun ke luar negeri berdua bahkan bersama rekan kerja lainnya. Dan memanfaatkan moment itu untuk menambah gairah cinta kami.
"Jangan mau cuma dijadikan simpanannya saja, mulai menantang untuk mengajak nikah. Atau nikah siri dan mengabulkan permintaanmu. Jika seperti ini terus dia bisa berpaling darimu jika tanpa adanya ikatan tetap waspada ya Nduk."
Pesan Nyai seakan membutakan mataku, ya aku lupa dengan ambisiku selain mendapatkan cinta Mas Robi, aku ingin kejelasan status kita. Aku ingin memiliki rumah mewah seperti yang dia berikan ke istri tuanya.
Seperti biasa, malam ini Mas Robi masih menginap di apartemenku. Sudah beberapa bulan ini dia tinggal bersamaku di Apartemenku ini. Dan aku pun tidak keberatan dia tinggal bersamaku semakin mudah ku terus memberikan minyak pelet Nyai.
Malam semakin dingin disaat kita selesai bercinta, aku menyuguhkan jamu pelet untuknya. Agar esok Mas Robi tetap fresh dan bersemangat di kantor. Disaat kita asyik menikmati malam yang penuh bintang di balkon apartemen, disaat itu juga aku memulai percakapan serius dengan Mas Robi.
"Mas.." Tanyaku sambil memijit badannya.
"Iya sayang, bagaimana..?"
"Tidak terasa setahun sudah kita menyembunyikan hubungan kita didepan rekan kantor ya mas."
"Iya sayang, aku belum siap mengenalkan dirimu dengan mereka."
"Nah itu masalahnya mas, Liana tidak ingin kita seperti ini terus. Takutnya Mas Robi bosan dengan Liana, Mas lalu meninggalkan Liana begitu saja."
"Kamu minta apa sayang, untuk membuktikan rasa cinta mas, kalau mas tidak akan meninggalkanmu."
"Liana ingin menjadi istri mas dan tinggal dirumah yang besar untuk menampung keluarga baru kita."
"Istri.. bagaimana ya sayang, ada waktunya. Tapi tidak sekarang."
"Lalu mau kapan lagi mas, Liana sudah terlambat haid 2 bulan ini. Dan Liana tidak berani mengeceknya."
"Yang benar sayang.. coba besok pagi kamu cek. Mas pergi ke apotek dulu untuk beli test pack, jika positif mas akan fikirkan langkah selanjutnya ya sayang. Beri Mas waktu semalam ini. Besok pagi mas akan beri jawabannya ya. Sekarang tidurlah lebih dulu, mas masih ingin disini sambil menghabiskan jamu ini. Tidur yang nyenyak ya sayang."
Aku tertunduk diam, melihat dia berlalu untuk membeli tes kehamilan itu. Tak begitu lama ku dengar ia kembali, rasa kantuk yang luar biasa memaksaku untuk kembali tertidur.
"Ya Tuhan, apakah Liana benar hamil. Apa yang harus aku lakukan, aku tak bisa berfikir. Apa yang harus ku katakan dengan Zahra."
Aku terus memikirkan cara, sudah cukup ku berdosa melakukan perzinaan yang terus aku lakukan dengan Liana dan tak akan mungkin aku memaksanya untuk menggugurkan janin dalam kandungannya.
Aku tidak ingin menambah dosa kesekian kalinya.
Terlalu panik dan bingung dengan apa yang harus aku katakan esok hari kepada Liana. Tak sengaja aku melihat acara di televisi tentang maraknya nikah siri.
"Ya aku telah menemukan jawabannya."
Hari semakin larut, membersihkan diri sebelum akhirnya ku ikut tidur bersamanya, ku pandangi wajahnya yang sangat cantik, ku belai tubuh indahnya, dan ku kecup keningnya. Mungkinkah ini takdir yang harus aku terima untuk berpoligami, bukankah poligami itu dibolehkan dalam agama, meskipun aku terganjal dari istri pertamaku Zahra. Sampai saat ini pun aku belum menceritakan kepada Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELET
Mystery / ThrillerKetika cinta merasa bertepuk sebelah tangan terkadang hati dan fikiran akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Bermula dari persahabatan Liana dan Dinda, sampai akhirnya Dinda menceritakan pengalaman mistisnya bertemu dengan wanita sakti be...