MENGAKUI CINTA

4.9K 100 0
                                    

Cinta mulai tak terbendung lagi, aku ingin segera mengungkapkan semua dengan Liana.

Sudah terbiasa aku memakan bekal yang dibuatkan olehnya, perhatiannya membuatku semakin simpatik dan mulai jatuh cinta padanya.

Entah mengapa rasa cinta ini begitu semakin kuat, semakin banyak dia memberikan perhatian padaku semakin kuat rasa cinta ini.

Malam minggu aku sengaja mengajaknya Dinner di salah satu tempat makan romantis di Bandung, udara dingin seakan menghangatkan tubuhku.

Aku segera menjemputnya di Apartemen karena dia tidak menyukai satu ruangan apartemen dengan rekan kerjanya dari kantor pusat, dia sengaja menyewa apartemen lain.

Ya aku memahami dia memang berbeda, lebih menyukai kesendirian, dari pada berkumpul dengan orang lain.

Lima tahun bekerja dikantorku, aku hanya mendengar jika dia hanya memiliki satu orang teman wanita saja yaitu Dinda keponakanku sendiri. Selebihnya dia jauh lebih asyik menyendiri dan tidak banyak yang tau tentang kepribadiannya.

Aku semakin tertantang ingin mengetahui bagaimana watak dia sebenarnya, ingin jauh lebih dekat dengannya, apalagi aku mulai merasakan puber ke dua, mulai merasakan jatuh cinta lagi.

Segera ku parkirkan mobil ini sesampai di apartemennya. Lantai 5 nomor 588, aku terus mencari letak posisi ruangan kamarnya.

"Ting Tong."

Terus ku menekan bel pintu kamarnya, ada rasa gugup, dan campur aduk. Belum pernah aku melakukan hal seperti ini. Mendatangi perempuan lain mengajak untuk berkencan selain dengan istriku Zahra.

Melihat Liana membuka pintu dengan handuk kimonya membuat darahku semakin mengalir deras, dan jantung berdegup hebat.

Pantaslah dia membuka cukup lama, aku yang terlalu cepat datang tidak seperti yang aku janjikan. Melihat dia baru selesai mandi. Membuatku tidak bisa menahan diri.

Dia tersenyum melihat kehadiranku, dilepasnya handuk kimononya memaksaku untuk menatap tubuh indahnya tak henti. Aroma tubuh sehabis mandi semakin menyegarkan dan menegangkan urat syarafku.

"Jika Bapak ingin mengulangi kejadian di Villa Bogor, mari Pak kita lakukan sebelum kita makan diluar. Apalagi sekarang masih jam 5 sore pak. Dan kebetulan Liana baru habis mandi, masih segar loh pak."

Liana terus mendekatiku tanpa menggunakan penutup kain apapun, dia memeluk tubuh, menciumiku terus tanpa henti sampai akhirnya Liana menanggalkan setelan kemeja yang aku kenakan.

Aku tak bisa berkutik, kenikmatan bibirnya mengulum batang kemaluanku membuat aku tak bisa bereaksi, aku terus mengerang merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Kami bermain di apartemennya. Memuaskan nafsu hasrat yang selama ini aku pendam.

Liana yang tampak pendiam, tak ku bayangkan dia jago bercinta. Dan baru ku mengetahui jika dia selalu melakukan senam yoga, sehingga bercinta kami tidak seperti biasa.

Dia pandai melakukan semua gaya yang ada di buku kamasutra yang pernah aku baca. Dan itu yang tak pernah ku lakukan dengan Zahra.

Gaya monoton yang terkadang membuatku cepat jenuh tidak bisa bertahan lama seperti dengan Liana.

Liana begitu hebat, dan sangat liar. Setiap sudut kamar apartemennya tak terlepas dari permainan cinta kami.

Tepat jam 19.00 malam kami menyelesaikan permainan cinta ini, aku cukup puas dan sangat puas.

Segera kami membersihkan diri dan bersiap makan malam diluar.

Di restoran yang penuh romantis sudah ku siapkan segalanya, aku membelikannya kalung bermata berlian khusus untuknya. Semua aku lakukan untuk menyatakan cintaku padanya.

Ya seperti harapanku, dia menerimaku untuk menjadi kekasihnya. Namun aku tak ingin menjadi kekasihnya saja, aku ingin menikahinya namun tak berani ku nyatakan ini kepada Zahra.

"Saat ini kita sebagai pasangan kekasih, tapi kelak nanti aku ingin menjadikanmu istriku. Panggil saya dengan Mas Robi saja ya, jangan Bapak. Masa saya setua itu."

"Iya Mas Robi, untuk menutupi semuanya dari kantor. Jika ingin bertemu di apartemen Liana aja ya mas, kalo Mas dah ga tahan main dikantor nanti kita bisa lakukan di ruangan mas selagi tidak ada orang."

"Oh pastilah sayang, tak ku sangka kamu jago bercinta apalagi jago bermain dengan si junior mas ini. Duh malah jadi bangun lagi nih pengen disentuh."

"Upps mas, nanti kedengaran orang. Kalau begitu menginap di apartemen Liana ya malam ini. Kan besok minggu mas, atau mas mau kita kemana Liana ikut."

"Kalau ke hotel saja bagaimana, nanti mas anterin kamu beli baju dulu ya di Mall. Kita cari hotel yang dekat Mall saja, biar abis jalan - jalan dan anterin kamu shopping. Kita bisa main lagi."

Aku cukup tersenyum lega, akhirnya perjuanganku mendapatkan Mas Robi dengan mudah aku lakukan, segera ku WA Nyai mengungkapkan semua ini, balasan Nyai membuatku semakin bahagia.

Sebentar lagi tidak hanya jiwa dan raga saja yang aku miliki, tapi harta dan kekayaannya Mas Robi juga akan aku dapatkan.

Seperti janji Mas Robi dia banyak membelikanku pakaian, gaun, dan beberapa lingerie untukku. Segera kita menyewa kamar hotel, hotel berbintang lima dengan fasilitas yang super mewah.

Mas Robi langsung menyerbuku dengan rakus, dia memainkan tubuhku tanpa ada kesempatan untukku.

Usia yang tak muda namun permainan ranjangnya begitu hebat. Terkadang aku kewalahan menghadapi Mas Robi yang begitu rakus akan sex.

Namun bagaimana lagi, selain aku mencintainya ada hal yang ingin aku incar darinya.

Semalaman kita terus bercinta tanpa henti, benar - benar Pelet Nyai Juminten super ampuh. Bisa membuat Pak Robi yang seperti itu jatuh ke pelukanku. Apalagi disaat bersamaku Pak Robi jarang terlihat beribadah. Sehingga memudahkan ku untuk terus memberikan ramuan pelet itu.


PELETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang