♡9.Labrakan.

379 160 80
                                    

Maaf kalo ada typo barang kali 😂 enjoy is reading 📚

♡♡♡

  Zia, masih belajar padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. Zia belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah kimia yang diberikan Pak Atron.

Tring!

  Suara ponsel Zia berbunyi nyaring, dengan malas Zia mengambilnya dan melihat nomor yang tidak dikenal.

08×××××××××
Lo harus jauhin Ziie, kalau engak awas aja lo. Gue kaka tingkat lo.

  Zia menyerngit, terlihat garis tipis di dahinya. “Siapa, kok tiba tiba banget ke aku langsung chat kaya gini,“ gumam Zia.

“Engak waras.” lanjutnya.

Tring!

Zia menoleh dan agak geram, karena mengganggu konsentrasi belajarnya.

08××××××××××
Lo punya jari kan buat bales gue?
Bales dong!

Zia menggeleng geleng aneh dan jarinya mulai menari dilayar gadget dengan cepat.

Zia Olivia
Maaf, anda salah sambung deh.

08××××××××××
Gue gak salah sambung, nanti istirahat pertama kita ketemu di lapangan basket.

Zia Olivia
Ada keperluan apa?

08××××××××××
Gue mau ngomong sama lo, biar lo tau siapa gue.

♡♡♡

  Zia berjalan di koridor pusat sekolah dan berbelok kearah kelasnya pandangannya lurus kebawah dan tidak fokus jalannya. Tidak memperdulikannya siapa yang disampingnya dan didepannya dan belakangnya.

  Zia masuk kedalam kelas dengan gontai dan duduk lesu dengan muka yang kusut, rupanya gadis ini memikirkan SMS yang kemarin.

“Lah, lo kenapa dah, datang datang mukanya kaya baju yang engak disetrika,” Iri mencubit pelan pinggang Zia.

“Lo kenapa letoy banget, cerita kegue cerita cerita.” cewek itu memajukan kepalanya dan menunjukkan telinganya.

  Zia malah menjitak kepala Iri dengan sebalnya, dan Iri hanya bisa mengusap ngusap kepalanya.

“Kemarin ada yang nge-chat aku, katanya nyuruh aku jauhin kak Ziie,” jawab Zia menjeda. “Masa aja aku rela ngejauhin Ziie? kan kamu juga tau aku su-—”

  Zia melirik Iri rupanya Iri sedang bergidik gidik geli mendengar perkataan Zia, refleks Zia mengeplak bahunya dan mereka berdua tertawa.

“Lo bisa kan pake lo-gue?” tanya Iri dengan terus terusan bergidik jijik. “Jijik tau lo masih pake aku-kamu.” tutur Iri membuat Zia tertawa.

“Aku gak bisa, Iri sumpahnya aku gak bisa.” jawab Zia.

“Harus bisa, mulai sekarang lo harus pake lo-gue!” titah Iri dan mengetuk ngetuk botol minuman menyerupai palu saat dipersidangan.

  Mereka berdua tertawa sampai lupa cerita Zia yang menggantung ditengah tengah. Bu Indri masuk kedalam kelas dan mengajar matematika disana.

♡♡♡

Treng!Treng!Treng!

  Suara bel istirahat pertama berbunyi nyaring dan bergegaslah Zia kelapangan basket sebelum Iri mencengkal tangannya.

“Gue laper Zi, anter gue beli makanan yuk!” ajak  Iri dengan semangat empat lima.

“Aku harus kelapangan basket, nemuin yang kemarin chat aku suruh jauhin kak Ziie.” jawab Zia berusaha melepas cengkalan Iri.

“Gue temenin boleh?” tanya Iri dengan langsung berdiri.

“Hm.” jawab Zia dengan dehaman singkat dan mulai melangkah meninggalkan kelas dan menuju lapangan basket.

  Tak perlu lama lama Zia dan Iri sudah sampai di lapangan basket dan sangat terkejut lihatlah, siapa yang kemarin chat dirinya.

Shafa Gardigani - Ketua OSIS.

Oh my gosh, batin Zia berteriak.

Mengapa Zia berurusan dengan ratu disekolah ini? bila ia bertanding memperebutkan Ziie pastilah dia kalah, lihatlah betapa berkharisma dirinya dibandingkan Zia yang hari pertamanya juga sudah bikin ulah? sedangkan dia adalah ratu disini - Ketua OSIS.

“Lo udah tau siapa gue?” tanya Shafa dan dibelakang nya ada Silsi dan Clara yang siap menjadi bodyguard nya Shafa.

“Maaf kak, tapi kak Ziie yang deketin aku jadi aku g—”

Plak!

  Suara nyaring dan tangan yang sudah lepas kendali seorang Shafa, dia menampar pipi Zia dengan tidak ada belas kasihan.

Zia masih termenung meraba pipinya yang terasa perih dan hatinya yang mulai geram.

“Lo emang kaka kelas kita, lo terhormat disini. Tapi apa? ternyata kelakuan lo kaya anak yang ada distop-an lampu merah!” bentak penuh amarah Iri dan membantu Zia dengan meniup niup pipi Zia yang sekarang merah membentuk tangan lima jari.

“Apa lo bilang?!” Shafa geram mendengar kata kata Iri dan menarik kerah baju Iri membuat Iri sedikit berjinjit.

“Silahkan lo mau ngapain, asal lo tau siapa nama kepala sekolah kita?” tanya Iri dan senyum songongnya itu.

“Azalia Hera.” jawabnya tak kalah dengan senyum miring juga.

“Kenalin gue Iri Azalia, anak kepala sekolah.”

  Shafa melepaskan tangannya dari kerah baju Iri dan Iri membenarkan dasi warna abunya dan kembali menolong Zia dan menyuruhnya ke UKS.

“Gue minta maaf,” lirih Shafa dengan jari tangan yang memutih dan keringat dingin.

“Gue kemakan emosi. Sekali lagi gue minta maaf.” tambahnya dengan kepala menunduk.

“Iri tolong maafin Shafa.” mohon Silsi dengan sedikit suara parau.

“Ia Iri, gue ngewakilin Shafa juga gue minta maaf banget.” mohon juga Clara.

Iri tidak menanggapi perkataan Silsi dan Clara dan terus menatap tajam Shafa.

“Gue memang junior lo, dan lo senior gue,” jeda Iri yang seorang diri karena Zia sudah cabut ke UKS.

“Tapi gue pastiin lo kena hukuman yang setimpal.” lanjut Iri dengan senyum miring dan berniat pergi tapi dicekal oleh Shafa.

“Gue mohon Ri....” lirih Shafa.

  Iri menepas tangan Shafa dengan kasar dan segera berlalu. Wajah Shafa pucat dirinya ketakutan.

♡♡♡

Iriiiii anak kepala sekolah gusyy!pantes banyak yang suka wkwkwk.

Jan lupa vote comment 😴

Makasih yang udah baca 📖  bhaii♡

ZIA-IE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang