♡10.Balas Dendam.

389 148 52
                                    

Maaf kalo ada typo barang kali 😂 enjoy is reading 📚

♡♡♡


  Iri melangkah maju ketempat UKS dengan dirinya yang ketakutan juga, bukan karena Zia tapi karena kebohongan besar yang dibuatnya.

Klek!

  Suara pintu UKS terbuka dan langsung disambut Zia sedang duduk dan PMR (Palang Merah Remaja) yang menolongnya.

Zia menoleh dan mencoba tersenyum sumringah tapi hasilnya nihil hasilnya senyuman dibuatnya kecut.

“Gimana keadaan lo? masih sakit?” tanya Iri dan segera duduk.

“Mendingan Ri, tapi aku mau ngomong sama kamu dulu sebentar.” jawab Zia.

  Para anggota PMR yang ada disitu segera bubar dan hanya tersisa mereka berdua.

“Gini, apa bener kamu anak kepala sekolah?” tanya Zia dengan menyerongkan badannya kearah Iri.

“Eh?” Iri kaget bukan main. “E-eh i-ia gue anak Bu Hera, nama belakang gue sama ibu gue sama.” kuku Iri memutih dan keringat dingin menyergap tubuhnya, sesegera Iri mengalihkan pembicaraan.

“Ayuk kita ke kelas udah mau masuk Zi.” ajak Iri tanpa ekspresi.

♡♡♡

#1
'TERKUAK IRI AZALIA KELAS 10 IPA 2 ADALAH ANAK KEPALA SEKOLAH SMA 109 ANGKASA YAITU AZALIA HERA.'


  Bu Hilma masuk dalam kelas, siswa dan siswi saling melihat satu sama lain.

Kenapa? karena sekarang bukan pelajarannya dan ia sedikit kikuk juga saat mau bicara.

“Iri Azalia,” ucap Bu Hilma menatap Iri. “Kamu, dipanggil kepala sekolah.”

Deg!

  Iri membeku ditempatnya, tangannya bergetar, kukunya memutih dan keringat dingin menyergap tubuhnya dan refleks pandangannya kebawah.

  Iri melirik Zia dan Zia sudah dari tadi meliriknya dan sekarang Zia sedang memegang handphone yang memunculkan aplikasi Instagram dan sebuah caption.

#1
'TERKUAK IRI AZALIA KELAS 10 IPA 2 ADALAH ANAK KEPALA SEKOLAH SMA 109 ANGKASA YAITU AZALIA HERA.'

  Iri diam, lebih tepatnya membeku dan kelasnya sunyi tak ada satu pun disana yang bersuara. Iri berdiri dan mencoba melangkah walaupun berat.

“Baik Bu.” jawab final Iri dengan gugup dan keluar dari kelas yang langkah tanpa suara.

  Iri sudah ada didepan ruang kepala sekolah, bersiap mengetuk dan menarik nafas dalam dalam.

Tuk!
Tuk!

“Silahkan masuk!” suara Bu Hera menggelegar sampai keluar.

Iri membuka gagang pintu dan membukanya lebar lebar. Dan,

“Shafa?” Iri menutup mulutnya yang ternganga tak percaya.

“Silahkan duduk ananda Iri.” ucap elegan Bu Hera bergema di ruangan sunyi itu.

Iri melangkahkan kakinya pertama kali diruangan itu, Shafa masih kekeh menatap terus Iri sampai dia duduk, sedangkan Iri yang sudah duduk dan membuang nafas gusar.

“Apa maksud ananda mengaku saya sebagai Ibu kamu Iri?” tanya elegan Bu Hera.

“Saya punya alasan,” Iri mengantung perkataannya. “Senior saya menampar pipi sahabat saya karena seorang laki laki.” jawab final Iri dengan percaya diri.

ZIA-IE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang